Mubadalah.id – Sebanyak 115 orang dari 14 negara Perwakilan konferensi internasional dan AMAN Assembly negara diterima oleh pemerintah Aceh Besar, Sabtu Malam (14 Oktober 2023). Sejumlah perwakilan negara berasal dari Bangladesh, India, Indonesia, Kenya, Malaysia, Myanmar, Nepal, Pakistan, Philippines, Singapura, Sri Lanka, Swedia, Thailand dan USA.
Dibuka dengan makan bersama khas Aceh, lalu dilanjut dengan tarian ratoh jaroe yang menjadi tarian khas Aceh. Tarian tersebut mencerminkan semangat dan keanggunan perempuan Aceh yang terkenal tangguh sejak dahulu. Pemberani, pantang menyerah, pantang mundur, militan, dan sangat kompak antara satu dengan lainnya.
Dalam sambutannya, Sekretaris Jenderal Asian Muslin Action Network (AMAN), Ruby Kholifah, para partisipan dibawa merasakan kultur, kebudayaan dan islam secara nyata kondisi Aceh.
“Kota Aceh sangat Indah dan semua peserta merasakan kondisi Aceh nyata. Dan itu adalah Indonesia,” terang perempuan penerima penghargaan N-Peace.
Ruby menjelaskan sekilas tentang AMAN dan harapannya paska agenda. Di mana AMAN membawa misi untuk memperkenalkan Islam yang rahmatan lil’alamin kepada semua orang di dunia. Sebab Tuhan menciptakan manusia dengan berbagai perbedaan.
Ruby berharap bisa membawa cerita yang berbeda paska agenda. Aceh bukan hanya cerita tsunami dan konflik. Ada banyak perkembangan yang terjadi perjanjian helsinki.
“Sehingga, paska agenda para peserta bisa membawa cerita yang berbeda secara konfrehensif,” terangnya yang juga menjadi Direktur AMAN Indonesia.
Mengenal Budaya Aceh
Di tempat yang sama, Dekan Fakultas Hukum dan Syariah UIN Ar-Raniry Aceh, Dr Prof Kamaruzaman mengajak para peserta untuk mengenali budaya Aceh. Pihaknya menyampaikan rass syukurnya sebab hari pertama berjalan dengan lancar dan baik. Bahkan, di masa depan bisa membangun kerjasama lanjutan.
“Kami berharap, baik dengan Pemerintah Aceh Besar atau Sejumlah peserta internasional, bisa membuat program yang bisa dilaksnakan. Serta, UIN Ar-Raniry bisa menjadi World Class University,” harapnya yang juga sebagai AMAN council.
Terakhir, Sekda Aceh Besar, Sulaimi menyampaikan rasa terimakasih telah mengunjungi Aceh dari 20 Negera di dunia. Dalam kesempatan tersebut, dirinya berharap para peserta konferensi internasional mengunjungi Aceh kembali, terutama Kota Janto.
“Saat ini, untuk mengunjungi Kota Janto tidak lagi membutuhkan waktu yang lama. Karena sejumlah infrastruktur sudah dilakukan,” ucapnya.
Sulaimi menjelaskan sejumlah wisata yang ada di Kota Janto. Di mana kota Janto memiliki banyak pariwisata yang bisa dinikmati, mulai dari wisata religi, wisata alam dan wisata kuliner. Ia kembali berharap di masa depan bisa bekerjasama dan bisa mengunjungi kembali Aceh.
Agenda
Agenda konferensi Internasional dan AMAN Assembly sudah mereka mulai dengan kunjungan ke sejumlah tempat sejarah di Aceh. Seperti, PLTD Apung, Museum Tsunami, Rumah Cut Nyak Dien dan makam massal korban tsunami.
Untuk Agenda hari pertama, akan hadir, Tenaga Ahli Menteri Agama Bidang Teknologi Informasi, Mariana Ariestyawati. Selanjutnya, hadir pula Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. H. Haedar Nashir, M. Si.
Selain itu, Hadir pula sebagai moderator Mantan Pimpinan Redaksi Jakarta Post, Ati Nurbaiti. Serta aktivis perdamaian Qutub Jahan Kidwai akan bicara tentang sejumlah kekerasan yang terjadi atas nama agama dan hal-hal yang bisa mereka lakukan di masa depan.
Qutub merupakan perwakilan dari India yang merupakan pimpinan dari Network for Education, Empowerment, Development and Awareness (NEEDA).
Pada 2020, Qutub juga mendapatkan perhargaan Penghargaan Aghaz-e-Dosti (Gandhian Muda dan Inisiatif Indo-Pak) dan Penghargaan Nirmala Deshpandey.
Sebanyak 500 orang peserta akan berkumpul dalam agenda Konferensi Internasional dan AMAN Assembly bertema ”Religious Inclusion and Peacebuilding in the World: the Perspectives of Muslims” di Auditorium Ali Hasyimi, UIN Ar-Raniry Banda Aceh, 14-17 Oktober 2023. Agenda yang mereka selenggarakan selama empat hari tersebut, membahas Inklusi keagamaan menjadi pekerjaan rumah besar bagi semua masyarakat dunia.
Konferensi Internasional mereka rancang untuk memberikan ruang pertukaran bagi umat Islam maupun agama dan kepercayaan lainnya.
Termasuk para pemimpin agama, akademisi, aktivis, praktisi, media dan anak-anak muda dari organisasi dan komunitas untuk berbagi capaian, tantangan. Termasuk praktik baik sejumlah isu terkait situasi keberagamaan di Asia dan dunia.
Mulai dari pencapaian umat Islam dalam mempromosikan kebebasan beragama, toleransi, dan perdamaian. Termasuk mendukung kepemimpinan perempuan dan anak muda dalam pembangunan perdamaian.
Kemudian, akan mendiskusikan berbagai persoalan humanitarian, crisis, pengungsian dan Aceh menjadi salah tujuan pengungsian Rohinya dalam beberapa tahun terakhir. Terakhir, akan membahas juga perlawanan masyarakat dengan pendekatan negosiasi. Serta kekerasan ekstremisme dari konteks anak muda dan perempuan. (rilis)