• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Buku

Buku Memori Tubuh Kami: Buramnya Liputan Kekerasan dan Diskriminasi

Kita perlu memberikan apresiasi pada Fadiyah. Saat masih maraknya jurnalisme yang mengandung konten nir-empati dan tidak pro terhadap korban

Alfiyah Alfiyah
28/11/2023
in Buku
0
Memori Tubuh Kami

Memori Tubuh Kami

857
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Judul Buku : Memori Tubuh Kami
Penulis : Fadiyah Alaidrus
Penerbit : EA Books
Tahun Terbit : 2023

Mubadalah.id – Buku Memori Tubuh Kami ini merupakan kumpulan hasil liputan Fadiyah tentang diskriminasi gender dan kekerasan terhadap anak. Sebagai sebuah bacaan yang sensitif,  Fadiyah mewanti-wanti dengan mencantumkan trigger warning atau konten pemicu pada bagian cover belakang buku. Kewaspadaan yang Fadiyah maksud agar tidak memantik ingatan buruk bagi pemilik pengalaman kekerasan.

Mengingat konten ini adalah liputan tentang kekerasan seksual, kekerasan dalam pacaran, KDRT, kehamilan luar nikah, perundungan, pernikahan anak, terapi konversi, dan bunuh diri.

Fadiyah sebagai seorang jurnalis sepertinya telah menerapkan salah satu kaidah jurnalistik yakni cover both sides. Hal ini tampak dari cara yang ia lakukan dengan menghadirkan narasumber sebagai pemilik pengalaman itu, pemangku kebijakan, pendamping korban seperti lembaga bantuan hukum, dan data-data pendukung dari lembaga yang berwenang seperti BPS.

Sinopsis

Kita perlu memberikan apresiasi pada usaha-usaha Fadiyah ini. Saat masih maraknya jurnalisme yang mengandung konten nir-empati dan tidak pro terhadap korban.

Seperti judul berita ini “Sadis! Baru Kenal di Medsos, Cewek 13 Tahun 2 Kali digagahi Om Om” yang diterbitkan oleh grid.id pada 18 Oktober 2018 atau “Bocah SMP digagahi 8 Pria Hingga Hamil, Kini Dipaksa Keluar Sekolah” yang diterbitkan oleh Tribunnews pada 21 Januari 2023. Beberapa judul sejenis masih marak kita temui dalam banyak media populer hari ini.

Baca Juga:

Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer

Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

Seolah-olah dengan melakukan pemerkosaan itu laki-laki telah menunjukkan kegagahannya. Sedangkan, perempuan layak menjadi korban sebab posisinya yang rentan. Padahal, dengan dalih apapun kekerasan tetaplah kekerasan. Publik berhak marah dan mengecam tindakan amoral itu.

Dalam konteks ini, media turut menyuburkan budaya menyalahkan korban, sekalipun korban berada dalam kondisi tidak berdaya.

Pada bagian kekerasan terhadap anak ini. Fadiyah menyayangkan kekosongan edukasi seks. Padahal, ada tidaknya edukasi seksual ini menjadi ukuran atas pilihan sadar dalam menentukan sikap pada masing-masing individu.

Edukasi Seks Menjadi Komponen Penting

Selain itu, edukasi seks yang menjadi salah satu komponen penting untuk mereduksi sekaligus menjaga anak-anak perempuan dan laki-laki terjerumus menjadi korban maupun pelaku selanjutnya.

Sebagai akibat dari kekosongan edukasi seks ini. Para anak yang tumbuh dewasa dengan bingung dan banyak yang memilih pornografi sebagai pengisi kekosongan pengetahuan itu. Sekalipun, menurut studi adanya pornografi tidak membantu dalam memberikan edukasi. Tetapi justru menguatkan pandangan objektivikasi dan kekerasan terhadap perempuan.

Pada liputan lain tentang HIV misalnya. Fadiyah menjumpai penyintas HIV yang terstigma sampai  mendapatkan isolasi sosial dari lingkungannya.

Pada akhirnya Fadiyah sebagai seorang jurnalis berterima kasih atas kesediaan para penyintas yang telah membagikan kisah hidupnya. Sebab pengalaman tersebut adalah fakta dan terjadi sekitar kita. Maka, perlu diskusi terus-menerus serta kerjasama semua komponen dengan memastikan seluruh warga negara termasuk anak-anak terjamin keselamatannya.

Fadiyah memberikan kongklusi bahwa “Ketidaktahuan mengantarkan pada lebih banyak keputusan-keputusan buruk. Ketidaktahuan membuat kita merasa sendiri. Terlebih saat menghadapi permasalahan yang tabu dan terasa memalukan untuk dibicarakan.”

Kelebihan Buku

Buku Memori Tubuh Kami ini terkemas dengan turut mencantumkan kontak layanan pendampingan dan konsultasi. Sebagai sebuah buku yang berangkat dari kisah teman-teman penyintas. Fadiyah tampaknya ingin agar ada deteksi dini dengan adanya pencegahan sampai upaya pendampingan dari lembaga yang  pemerintah tunjuk untuk mengatasi ini.

Selain itu, saat masih maraknya budaya  menyalahkan korban kekerasan lewat media. Liputan yang ia hadirkan bisa menjadi contoh tentang liputan yang berpihak kepada korban dan penuh empati. Meskipun usaha untuk menghadirkan liputannya tidaklah semudah clickbait dan tentunya merusak pandangan bad news is a good news. []

Tags: beritaJurnalisme InvestigasikekerasanmediaMemori Tubuh KamiPemenuhan Hak KorbanReview Buku
Alfiyah

Alfiyah

Alumni FKD IPMAFA 2022 | Mari saling sapa di instagram @imalfi__

Terkait Posts

Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer

Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer

4 Juli 2025
Fiqh Al-Usrah

Fiqh Al-Usrah Menjembatani Teks Keislaman Klasik dan Realitas Kehidupan

28 Juni 2025
Novel Cantik itu Luka

Novel Cantik itu Luka; Luka yang Diwariskan dan Doa yang Tak Sempat Dibisikkan

27 Juni 2025
Fiqhul Usrah

Fiqhul Usrah: Menanamkan Akhlak Mulia untuk Membangun Keluarga Samawa

25 Juni 2025
Hakikat Berkeluarga

Membedah Hakikat Berkeluarga Ala Kyai Mahsun

23 Juni 2025
Fiqh Al Usrah

Fiqh Al Usrah: Menemukan Sepotong Puzzle yang Hilang dalam Kajian Fiqh Kontemporer

21 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kritik Tambang

    Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh
  • Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat
  • Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak
  • Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID