Mubadalah.id – Kisah Nabawiyah Musa, sang feminis Mesir yang berjuangan melawan ketimpangan sosial terhadap perempuan. Isu tentang perempuan dan orang-orang yang berjuang demi hak-hak perempuan seolah menjadi topik yang selalu hangat untuk menjadi perbincangan. Karena sejak dahulu hingga saat ini laki-laki dan perempuan senantiasa mendapat perlakuan berbeda dan kesempatan yang berbeda pula di mata dunia. Ketika Islam datang, secara perlahan mengubah mindset orang-orang dalam memperlakukan perempuan.
Bagi yang pikirannya terbuka baik laki-laki maupun perempuan, mereka akan memahami konsep rahmatun lil ‘alamin sebagai elemen kesetaraan dan kesalingan dalam menciptakan perdamaian pada semua aspek kehidupan. Mereka berjuang menyuarakan keadilan untuk perempuan melalui berbagai media, seperti dengan cara menulis dan melalui forum-forum diskusi.
Banyak sekali tokoh perempuan yang bergerak sebagai aktivis kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, misalnya di tanah air ada RA. Kartini. Ada pula di Negara lain, seperti Nabawiyah Musa dari Mesir. Kisah perjuangan Nabawiyah Musa diceritakan secara singkat oleh KH. Husein Muhammad dalam buku beliau berjudul “Memilih Jomblo”. Beliau sendiri KH. Husein Muhammad adalah aktivis gender yang menyuarakan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu, mari mengulik sedikit tentang tokoh perempuan ulama dari Mesir tersebut.
Mengenal Nabawiyah Musa
Nama Nabawiyah Musa terkenal karena berani berbeda dengan perempuan lainnya pada masa itu. Bagaimana tidak, ia tercatat sebagai pejuang pendidikan perempuan karena upayanya yang terus menyuarakan hak-hak perempuan terutama dalam pendidikan. Ia merupakan sarjana perempuan pertama di Mesir. Lantas, bagaimanakah perjalanannya hingga meraih gelar sarjananya?. Namun sebelumnya mari kita simak biodata Nabawiyah Musa berikut.
Lahir dari keluarga yang sederhana lantas tak membuat semangat Nabawiyah Musa dalam menuntut ilmu berkurang. Bahkan kesederhanaan lah yang menjadikannya sosok yang kuat dan berani menghadapi tantangan kehidupan. Lahir pada 17 Desember 1886 di Zaqaziq yaitu sebuah provinsi di Mesir. Ayahnya bernama Muhammad Badawiyah merupakan seorang perwira polisi yang bergaji kecil.
Sehingga ketika hendak melanjutkan pendidikanpun ia mendapat banyak rintangan dan tentangan dari keluarga. Bukan hanya karena kekurangan biaya namun karena ia seorang perempuan akan terasa aneh oleh lingkungan sekitarnya jika ia melanjutkan pendidikan sampai jenjang tertinggi. Namun Nabawiyah Musa dapat membuktikan dan membungkam mulut orang-orang yang meragukan perempuan.
Perjuangan Menempuh Pendidikan
Ketika ayah Nabawiyah Musa yang merupakan perwira Mesir bertugas menuntaskan misi ke Sudan, namun setelah pergi ayahnya tak pernah kembali lagi. Maka ia, saudara laki-lakinya, dan ibunya (seorang janda) pindah ke Kairo demi melanjutkan pendidikan saudara laki-lakinya. Namun hal ini juga membuka peluang baginya untuk tetap melanjutkan sekolahnya.
Perempuan ulama pejuang pendidikan bagi perempuan ini merupakan perempuan pertama dan terakhir yang menyelesaikan ujian pendidikan di sekolah Saniyya yaitu sekolah di bawah pemerintahan kolonial. Pengalaman masa kecilnya yang menakutkan di mana ia hidup dalam lingkungan yang patriarki membuatnya berusaha keluar dari zona mencekam ini.
Saudara laki-lakinya yang pernah bersekolah membantunya belajar membaca dan menulis di rumah. Lalu Nabawiyah Musa yang memiliki ketertarikan pada ilmu pengetahuan belajar matematika secra autodidak. Pada usianya yang ke tiga belas tahun, Nabawiyah Musa ingin bersekolah, namun hal itu mendapat penolakan dari keluarga.
Banyaknya pertentangan dan penolakan dari keluarga karena dianggap melawan hukum sosial saat itu tak membuat ia berhenti berusaha. Terlihat dari prilakunya yang menentang hukum sosial yang berlaku saat itu, ia melanjutkan pendidikan tanpa persetujuan keluarga dan biayanya dari hasil menjual gelang ibunya secara diam-diam.
Pada tahun 1907 Nabawiyah Musa menyelesaikan pendidikan menengahnya dan menjadi gadis pertama yang menyelesaikan pendidikan menengah atas di Mesir. Kemudian menyelesaikan gelar sarjananya pada tahun 1908, lalu menjadi pendidik bagi kelas menenngah dan memberi edukasi mengenai hak-hak perempuan.
Karir dan Karya
Menjadi seorang penulis dan pendidik, Nabawiyah Musa rajin melakukan ceramah di Mesir untuk mengadvokasi pendidikan perempuan. Menurutnya dengan mendidik para perempuan hingga menjadi perempuan terpelajar dan mandiri bisa menjadi aset yang berharga untuk membentuk generasi-generasi berikutnya. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan dari segala aspek sosial saat itu dengan mudah dipatahkan seiring berjalannya waktu.
Ia terus berupaya mempromosikan pendidikan bagi perempuan dan ingin mengakhiri kekerasan seksual pada perempuan. Ia yakin bahwa dengan memberikan status yang setara antara laki-laki dan perempuan dalam dunia pekerjaan dan pendidikan seksual akan membuat para perempuan tidak terlalu rentan mengalami kekerasan.
Karena upaya Nabawiyah Musa yang terus melakukan gerakan feminis di Mesir dan menyuarakan pentingnya pendidikan bagi perempuan, maka pada akhirnya membuahkan hasil, terlihat dari banyaknya perempuan yang mulai sekolah dan menjadi perempuan terpelajar.
Selama hayatnya ia terus menyuarakan keadilan dan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan hingga pada tahun 1951 ia wafat tanpa sempat menikah. Bahkan tak ada keinginan untuk menikah.. []