• Login
  • Register
Jumat, 11 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Belajar dari Gus Dur: Urusan Domestik itu Tanggung Jawab Suami dan Istri

Gus Dur sangat biasa melakukan pekerjaan rumah, seperti memasak, nyuci piring, nyuci pakaian sampai bangun tengah malam hanya untuk mengganti popok anak-anaknya.

Pitri Apipatul Milah Pitri Apipatul Milah
24/01/2024
in Publik
0
Domestik Gus Dur

Domestik Gus Dur

920
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – KH. Abdurrahman Wahid atau sering disapa Gus Dur, adalah seorang politikus Indonesia dan pemimpin agam Islam yang menjabat sebagai presiden ke empat. Di sisi lain, ternyata Gus Dur sangat peduli dengan keluarganya bahkan beliau sering melakukan hal-hal domestik.

Dalam keluarganya, Gus Dur tidak menasehati tentang kesetaraan gender kepada anaknya, tetapi beliau langsung mempraktikkannya.

Gambaran ini aku temukan dalam buku Gender Gus Dur yang ditulis oleh Ashilly Achidsti. Dalam buku ini menceritakan, bahwa Gus Dur tidak hanya menyuarakan kesetaraan gender di ranah publik, tapi di ranah domestik pun beliau menerapkan kesetaraan tersebut.

Mbak Yenny Wahid, putri kedua Gus Dur bercerita kalau Gus Dur adalah seorang ayah yang betul-betul menerapkan kesetaraan, baik di rumah maupun di luar rumah Bagi Gus Dur, kesetaraan berangkat dari ruh hak asasi manusia yang sama.

Hal ini Gus Dur terapkan dalam pekerjaan-pekerjaan domestik. Gus Dur sangat biasa melakukan pekerjaan rumah, seperti memasak, nyuci piring, nyuci pakaian sampai bangun tengah malam hanya untuk mengganti popok anak-anaknya.

Baca Juga:

Menakar Kualitas Cinta Pasangan Saat Berhaji

Kuasa Suami atas Tubuh Istri

Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama

Kerja Domestik

Membaca cerita ini, aku sangat kagum dengan sosok Gus Dur, sosok yang begitu dikagumi banyak orang, tapi beliau tidak segan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan domestik. Beliau selalu mempraktikkan bahwa pekerjaan domestik dan publik bisa dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan.

Lebih dari itu, Gus Dur juga merupakan suami yang mendorong istrinya untuk berkembang dan berkativitas di ranah publik. Hal ini aku temukan dalam salah satu cerita Mbak Alissa Wahid.

Waktu itu Gus Dur tengah ada acara di Jawa Timur, tapi karena Ibu Sinta Nuriyah harus menghadiri acara kowani dan tidak bisa mengambil rapor Mbak Alissa, Gus Dur dengan sengaja pulang ke Jakarta hanya untuk mengambil rapor anaknya, setelah itu langsung kembali lagi ke Jawa Timur.

Dari kisah ini kita bisa melihat langsung bahwa Gus Dur tidak membebankan urusan anak pada Ibu Sinta, tapi benar-benar sebagai urusan bersama. Sehingga ketika Ibu Sinta tidak bisa hadir di sekolah Mbak Alissa, ia dengan sigap mengambil peran tersebut sebagai orang tua.

Di sisi lain, Gus Dur juga meneladankan untuk selalu memberi ruang bagi istri untuk melakukan kegiatan-kegiatan di wilayah publik. Sehingga ketika Ibu Sinta ada acara, Gus Dur tidak melarangnya dengan alasan urusan anak atau pekerjaan rumah.

Hal ini sangat jarang sekali dilakukan oleh suami-suami pada masa Gus Dur, apalagi Gus Dur sebagai keluarga pesantren. Namun Gus Dur justru dengan sangat santai melakukan hal-hal domestik tersebut, tanpa memperdulikan stigma negatif dari orang-orang sekitarnya.

Teladan Nabi Muhammad Saw

Di sisi lain, apa yang Gus Dur lakukan juga ternyata merupakan teladan Nabi Muhammad Saw. Dalam banyak catatan sejarah telah menyebutkan bahwa semasa hidupnya Nabi sering melakukan pekerjaan-pekerjaan domestik.

Aswad bin Yazid berkata, “Aku bertanya kepada Aisyah Ra. mengenai apa yang Nabi Muhammad Saw perbuat di rumah. Aisyah menjawab, “Beliau selalu membantu keluarganya. Ketika datang waktu shalat, beliau bergegas pergi untuk melaksanakan shalat.” (Shahih al-Bukhari).

Hal yang sama juga disampaikan dalam Hadis lain, Aisyah ra berkata “Nabi tak senggang menyibukkan diri dalam pekerjaan rumah tangga.”

Dari teladan Gus Dur dan Nabi Muhammad Saw ini kita bisa belajar bahwa laki-laki enggak boleh merasa malu mengerjakan pekerjaan domestik. Justru sebagai salah satu sunah nabi, laki-laki dan perempuan harus bekerjasama mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

Mulai dari memasak, mencuci, membereskan rumah, hingga mengasuh anak-anak. Ini semua adalah tugas bersama, suami dan istri. []

Tags: belajardomestikgus duristrisuamiTanggungjawabUrusan
Pitri Apipatul Milah

Pitri Apipatul Milah

Saya adalah mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon

Terkait Posts

Negara Inklusi

Negara Inklusi Bukan Cuma Wacana: Kementerian Agama Buktikan Lewat Tindakan Nyata

11 Juli 2025
Kopi yang Terlambat

Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

10 Juli 2025
Humor Kepada Difabel

Sudahkah Etis Jokes atau Humor Kepada Difabel? Sebuah Pandangan Islam

10 Juli 2025
Melawan Perundungan

Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan

9 Juli 2025
Nikah Massal

Menimbang Kebijakan Nikah Massal

8 Juli 2025
Intoleransi di Sukabumi

Intoleransi di Sukabumi: Ketika Salib diturunkan, Masih Relevankah Nilai Pancasila?

7 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Berhaji

    Menakar Kualitas Cinta Pasangan Saat Berhaji

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ikrar KUPI, Sejarah Ulama Perempuan dan Kesadaran Kolektif Gerakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Peran Perempuan dan Perjuangannya dalam Film Sultan Agung

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tauhid: Fondasi Pembebasan dan Keadilan dalam Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Islam dan Persoalan Gender
  • Negara Inklusi Bukan Cuma Wacana: Kementerian Agama Buktikan Lewat Tindakan Nyata
  • Tauhid: Kunci Membongkar Ketimpangan Gender dalam Islam
  • Peran Perempuan dan Perjuangannya dalam Film Sultan Agung
  • Tauhid: Fondasi Pembebasan dan Keadilan dalam Islam

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID