• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Gus Dur Mendukung Kepemimpinan Perempuan

Kita tidak bisa menilai kepemimpinan hanya berdasarkan jenis kelaminnya, melainkan yang harus kita lihat adalah dari kapabilitas dan kredibilitasnya

Siti Robiah Siti Robiah
24/01/2024
in Publik
0
Gus Dur

Gus Dur

742
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – KH. Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur, adalah seorang kyai dan pemimpin yang sangat dihormati di Indonesia. Beliau wafat 30 Desember 2009 tepat 14 tahun yang lalu, namun harus diakui Gus Dur tetap hidup dengan segala pemikiran dan keteladanan yang  telah beliau ajarkan.

Lahir dari keluarga pesantren yang ketat dengan ilmu agama telah membentuk sosok Gus Dur yang luar biasa. Gus Dur bukan hanya hadir sebagai seorang kyai, akan tetapi Gus Dur telah menjadi pemimpin yang aktif membela kelompok termarjinalkan serta peduli terhadap hak-hak dan isu perempuan. Salah satu isu menarik ialah bagaimana pemikiran Gus Dur tentang kepemimpinan perempuan.

Kepemimpinan perempuan sampai saat ini masih menjadi topik yang sangat relevan untuk didiskusikan. Walaupun saat ini kepemimpinan perempuan sudah banyak temui akan tetapi kita tetap harus empati dan peduli bahwa kepemimpinan perempuan masih menghadapi banyak tantangan.

Gus Dur menyoroti akan banyaknya tantangan yang sering dihadapi yaitu berupa stereotipe gender yang negatif terhadap perempuan. Perempuan dianggap tidak kompeten karena ia adalah makhluk yang lemah dan kurang akal.

Stereotipe negatif yang sering diterima perempuan jelas sangat ditentang Gus Dur. Apalagi jika sudah dilegitimasi narasi keagamaan. Misalnya  dalam surah an-Nisa’ ayat 34. Ayat ini sering mereka jadikan alat untuk untuk membela laki-laki dan mendiskriminasi perempuan untuk menjadi pemimpin. Bagaimana mungkin Islam yang rahmatan lil ‘alamin justru berbuat ketidakadilan.

Ada ayat yang kerap mereka jadikan dasar, yaitu QS. an-Nisa ayat 34:

Baca Juga:

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

Membantah Ijma’ yang Melarang Perempuan Jadi Pemimpin

Tafsir Hadits Perempuan Tidak Boleh Jadi Pemimpin Negara

اَلرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاۤءِ بِمَا فَضَّلَ اللّٰهُ بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ وَّبِمَآ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَالِهِمْ

Artinya: “Laki-laki (suami) itu pemimpin bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya.”

Tafsir Gus Dur

Budaya masyarakat yang masih patriarki menjadi latar belakang munculnya stigma bahwa perempuan berada di bawah laki-laki. Oleh karena itu, Gus Dur melakukan penafsiran ulang terhadap surat an-Nisa’ ayat 34.

Karena menurut Gus Dur dalam ayat tersebut dapat kita maknai, bahwa perempuan juga memiliki kapasitas yang sama dengan laki-laki, apalagi dalam soal kepemimpinan.

Oleh sebab itu, kita tidak bisa menilai kepemimpinan hanya berdasarkan jenis kelaminnya, melainkan yang harus kita lihat adalah dari kapabilitas dan kredibilitasnya. Maka dari itu, QS an-Nisa ayat 34, menurut aku tidak bisa menjadi dalil mutlak larangan kepemimpinan perempuan.

Senada dengan pendapat Gus Dur, KH. Husein Muhammad juga menyatakan hal yang sama. Menurut Buya Husein ayat tersebut hanya bersifat informatif atau khabari. Yakni, ayat yang mengabarkan kepada kita tentang realitas sosial, budaya dan pembagian kerja sama antara laki-laki dan perempuan. Bukan soal dalil kepemimpinan laki-laki secara mutlak.

Maka dari itu, dengan merujuk pandangan Gus Dur dan Buya Husein soal kepemimpinan perempuan di atas, yang harus kita lakukan adalah kita tidak boleh melarang ketika ada perempuan menjadi seorang pemimpin. Justru yang harus kita lakukan adalah dengan memberikan dorongan dan dukungan kepada perempuan.

Sehingga apa yang telah Gus Dur lakukan di atas menurutku menjadi teladan yang terus kita lanjutkan. Artinya, Gus Dur selain menjadi tokoh bapak toleransi, ia juga menjadi tokoh yang membela dan mendukung atas kepemimpinan perempuan. []

Tags: gus durKepemimpinanMendukungperempuan
Siti Robiah

Siti Robiah

Saya adalah mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon.

Terkait Posts

Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Inses

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

17 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Nakba Day

Nakba Day; Kiamat di Palestina

15 Mei 2025
Nenek SA

Dari Kasus Nenek SA: Hukum Tak Lagi Melindungi yang Lemah

15 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version