• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Gus Dur Mendukung Kepemimpinan Perempuan

Kita tidak bisa menilai kepemimpinan hanya berdasarkan jenis kelaminnya, melainkan yang harus kita lihat adalah dari kapabilitas dan kredibilitasnya

Siti Robiah Siti Robiah
24/01/2024
in Publik
0
Gus Dur

Gus Dur

748
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – KH. Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur, adalah seorang kyai dan pemimpin yang sangat dihormati di Indonesia. Beliau wafat 30 Desember 2009 tepat 14 tahun yang lalu, namun harus diakui Gus Dur tetap hidup dengan segala pemikiran dan keteladanan yang  telah beliau ajarkan.

Lahir dari keluarga pesantren yang ketat dengan ilmu agama telah membentuk sosok Gus Dur yang luar biasa. Gus Dur bukan hanya hadir sebagai seorang kyai, akan tetapi Gus Dur telah menjadi pemimpin yang aktif membela kelompok termarjinalkan serta peduli terhadap hak-hak dan isu perempuan. Salah satu isu menarik ialah bagaimana pemikiran Gus Dur tentang kepemimpinan perempuan.

Kepemimpinan perempuan sampai saat ini masih menjadi topik yang sangat relevan untuk didiskusikan. Walaupun saat ini kepemimpinan perempuan sudah banyak temui akan tetapi kita tetap harus empati dan peduli bahwa kepemimpinan perempuan masih menghadapi banyak tantangan.

Gus Dur menyoroti akan banyaknya tantangan yang sering dihadapi yaitu berupa stereotipe gender yang negatif terhadap perempuan. Perempuan dianggap tidak kompeten karena ia adalah makhluk yang lemah dan kurang akal.

Stereotipe negatif yang sering diterima perempuan jelas sangat ditentang Gus Dur. Apalagi jika sudah dilegitimasi narasi keagamaan. Misalnya  dalam surah an-Nisa’ ayat 34. Ayat ini sering mereka jadikan alat untuk untuk membela laki-laki dan mendiskriminasi perempuan untuk menjadi pemimpin. Bagaimana mungkin Islam yang rahmatan lil ‘alamin justru berbuat ketidakadilan.

Ada ayat yang kerap mereka jadikan dasar, yaitu QS. an-Nisa ayat 34:

Baca Juga:

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan

Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

اَلرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاۤءِ بِمَا فَضَّلَ اللّٰهُ بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ وَّبِمَآ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَالِهِمْ

Artinya: “Laki-laki (suami) itu pemimpin bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya.”

Tafsir Gus Dur

Budaya masyarakat yang masih patriarki menjadi latar belakang munculnya stigma bahwa perempuan berada di bawah laki-laki. Oleh karena itu, Gus Dur melakukan penafsiran ulang terhadap surat an-Nisa’ ayat 34.

Karena menurut Gus Dur dalam ayat tersebut dapat kita maknai, bahwa perempuan juga memiliki kapasitas yang sama dengan laki-laki, apalagi dalam soal kepemimpinan.

Oleh sebab itu, kita tidak bisa menilai kepemimpinan hanya berdasarkan jenis kelaminnya, melainkan yang harus kita lihat adalah dari kapabilitas dan kredibilitasnya. Maka dari itu, QS an-Nisa ayat 34, menurut aku tidak bisa menjadi dalil mutlak larangan kepemimpinan perempuan.

Senada dengan pendapat Gus Dur, KH. Husein Muhammad juga menyatakan hal yang sama. Menurut Buya Husein ayat tersebut hanya bersifat informatif atau khabari. Yakni, ayat yang mengabarkan kepada kita tentang realitas sosial, budaya dan pembagian kerja sama antara laki-laki dan perempuan. Bukan soal dalil kepemimpinan laki-laki secara mutlak.

Maka dari itu, dengan merujuk pandangan Gus Dur dan Buya Husein soal kepemimpinan perempuan di atas, yang harus kita lakukan adalah kita tidak boleh melarang ketika ada perempuan menjadi seorang pemimpin. Justru yang harus kita lakukan adalah dengan memberikan dorongan dan dukungan kepada perempuan.

Sehingga apa yang telah Gus Dur lakukan di atas menurutku menjadi teladan yang terus kita lanjutkan. Artinya, Gus Dur selain menjadi tokoh bapak toleransi, ia juga menjadi tokoh yang membela dan mendukung atas kepemimpinan perempuan. []

Tags: gus durKepemimpinanMendukungperempuan
Siti Robiah

Siti Robiah

Saya adalah mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon.

Terkait Posts

Isu Iklim

Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

3 Juli 2025
KB sebagai

Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama

3 Juli 2025
Poligami atas

Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

3 Juli 2025
Konten Kesedihan

Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

3 Juli 2025
SAK

Melihat Lebih Dekat Nilai Kesetaraan Gender dalam Ibadah Umat Hindu: Refleksi dari SAK Ke-2

2 Juli 2025
Wahabi Lingkungan

Ironi: Aktivis Lingkungan Dicap Wahabi Lingkungan Sementara Kerusakan Lingkungan Merajalela

2 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Konten Kesedihan

    Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim
  • Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama
  • Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID