Trend War Takjil ini menurutku sangat unik, alih-alih membuat kericuhan atau perdebatan yang serius, justru candaan dan keakraban semacam ini menambah suasa yang damai, adem dan harmonis.
Mubadalah.id – Bulan Ramadan adalah bulan yang ditunggu-tunggu oleh seluruh umat Muslim di seluruh dunia, karena di bulan ini banyak tradisi dan kegiatan yang memang hanya muncul ketika bulan Ramadan saja.
Keindahan bulan Ramadan itu bukan hanya terletak pada ritual-ritual keagamaan saja, tapi juga dalam tradisi-tradisinya, misalnya munggahan yang biasa dilakukan dalam menyambut bulan Ramadan, Bukber bareng keluaga dan teman, lalu juga ngabuburit atau jalan-jalan sore sambil membeli takjil dan jajanan-jajanan untuk berbuka puasa.
Ramadan tahun 2024 ini ternyata tradisi-tradisi tersebut tidak hanya dilakukan oleh umat Muslim saja, tapi juga oleh orang-orang non Muslim. Di Tik-Tok banyak banget konten yang memperlihatkan non Muslim ikut war takjil. Di mana tradisi berburu makanan menjelang berbuka itu dilakulan oleh semua orang, baik yang Islam maupun non Muslim.
Nonis
Lebih dari itu, keseruan ini juga menjadi salah satu cara orang Islam dan nonis (non Muslim) menjadi lebih akrab dan beragama dengan cara yang santuy dan penuh candaan.
Hal ini bisa kita lihat dari saling senggol para creator Tik-Tok. Misalnya video yang pertama muncul dari akun @Budi Santoso, dia adalah seorang Pendeta. Dalam salah satu unggahannya dia melontarkan candaan pada jemaatnya, katanya “soal agama kita toleran, tapi soal takjil kita duluan. Untukmu agamamu, untukku takjilmu”.
Seluruh jamaatnya pun tertawa terbahak-bahak dan merespon dengan penuh kegembiraan.
Lebih dari itu, di kolom komentarpun teman-teman nonis ikut merespon dengan kata-kata yang lucu, misalnya dengan menyebutkan bahwa bulan Ramadan itu ternyata juga mereka ikut menunggu. Karena hanya di bulan ini mereka bisa membeli takjil dan berburu takjil gratis di jalan-jalan.
Trend War Takjil ini menurutku sangat unik, alih-alih membuat kericuhan atau perdebatan yang serius, justru candaan dan keakraban semacam ini menambah suasa yang damai, adem dan harmonis. War takjil ini ternyata sangat sederhana, namun bisa menyatukan masyarakat Indonesia yang sebelumnya terpecah akibat perbedaan pilihan politik.
Jadi ibaratnya gini WIR (Warga Indonesia Raya) “dipecahkan oleh pemilu, dipersatukan lagi oleh takjil”. Aseeek.
Puasa Ramadan Jadi Trend Non Muslim
Selain ikut war takjil, ternyata banyak juga nonis yang ikut melakukan puasa di bulan Ramadan. Misalnya teman-teman Hindu, Kristen, dan yang lainnya. Tentu tujuannya berbeda-beda, ada yang untuk kesehatan tubuh, diet, atau pun menemani teman Muslimnya berpuasa.
Namun apapun alasannya, trend nonis ikut berpuasa di bulan Ramadan ini semakin menambah keharmonisan masyarakat Indonesia. Vibes Ramadan penuh kegembiraan dan keberkahanpun semakin terasa.
Kemudian yang terakhir, keterlibatan nonis dalam meramaikan pasar-pasar Ramadan untuk berburu takjil juga memperlihatkan keterbukaan dan sikap toleransi dalam masyarakat yang multikultural.
Dengan saling senggol ini kita jadi tahu akan adanya hari raya dan tradisi-tradisi di dalam agama yang lain. Baik dalam Islam, maupun dalam Hindu, Kristen, Konghucu dan yang lainnya. Jadi yang sebelumnya enggak paham tentang agama yang lain, lewat trend ini kita jadi tahu bahwa setiap agama punya tradisi dan hari rayanya masing-masing.
Sikap saling memahami ini bisa jadi modal kita untuk memperkuat toleransi. Dengan begitu, semoga Ramadan tahun-tahun selanjutnya baik umat Muslim maupun nonis bisa lebih erat dan akrab. Sehingga tidak ada lagi rasa slaing curiga dan berburuk sangka.
Sebagaimana yang disampaikan Mbak Alissa Wahid “bukan perbedaan yang dibenci oleh Tuhan, tapi perpecahan. Walaupun kita berbeda-beda, kalau kita bersatu perbedaan itu justru semakin menyatukan kita”.
Jadi, meski umat Muslim dan nonis berbeda, kalau keduanya sepakat untuk tetap satu dan damai, maka tidak akan ada perpecahan. Sehingga kasih Tuhan akan bisa kita rasakan bersama. []