Mubadalah.id – Mengenang Sayyidah Aisyah, ummul mukminin yang telah berpulang 17 Ramadan 58 Hijriah lalu. Siti Aisyah merupakan perempuan yang luar biasa. Ia melampaui semua perempuan pada masa itu dalam pengetahuan dan kebijaksanaan.
Tidak hanya itu, Sayyidah Aisyah juga terkenal ringan hati dalam berbagi. Ada kisah penuh hikmah darinya saat menjelang berbuka puasa. Ia menjadi teladan bagi muslimah sebab sifat sederhana dan kedermawanannya.
Dirawikan oleh Hisyam bin ‘Urwah, suatu hari putri Abu bakar itu menerima hadiah dua karung penuh yang berisi lebih dari 100 ribu dirham dari Mu’awiyah. Kemudian Siti Aisyah meminta beberapa nampan kepada pelayannya dan mengisinya dengan dirham tersebut.
Dia membagi-bagikan lebih dari 100 ribu dirham sampai sore hari menjelang berbuka puasa dan tidak terpikirkan olehnya menyisakan sedikitpun uang untuk diri dia sendiri. Pada hari itu, Sayyidah Aisyah yang sedang berpuasa, saat menjelang maghrib, ia berkata kepada pembantunya, “Hidangkanlah makanan untuk berbuka.”
Sembari menghidangkan sekerat roti dan minyak zaitun, karena hanya makanan itu yang tersisa di dapur. Pelayannya menyarankan kepada Siti Aisyah,
“Alangkah baik, seandainya kita menyisakan satu dirham untuk membeli daging, sehingga hari ini kita berbuka puasa dengan daging.”
“Mengapa baru kamu katakan sekarang? Jika waktu itu kamu mengingatkanku, tentu aku dapat memberimu.” Jawabnya.
Kemuliaan Sayyidah Aisyah
Begitulah Sayyidah Aisyah binti Abu Bakar, ia mewarisi kemuliaan dari ayahnya dalam hal kedermawanan. Ia juga meneladani suaminya Rasulullah saw. Meskipun mudah saja bagi keduanya untuk hidup dengan harta berlimpah, namun lebih memilih hidup sederhana dan menafkahkan hartanya untuk umat.
Ada kisah lain riwayat dari Imam Malik dan al-Baihaqi. Hari itu Siti Aisyah juga sedang berpuasa dan di rumahnya hanya ada sekerat roti. Tiba-tiba datanglah seorang fakir untuk meminta-minta. Aisyah berkata kepada pembantunya, “Berikanlah roti itu.”
“Tidak ada sedikitpun makanan di rumah ini untuk berbuka nanti.” Jawab pelayan perempuan tersebut.
Sayyidah Aisyah dengan sifat kelembutannya berkata, “Tidak mengapa, berikanlah roti itu.”
Roti itu pun ia berikan kepada si fakir tersebut. Kemudian pada sore harinya salah satu keluarga menghadiahkan kepada ummul mukminin tersebut sebagaimana biasanya daging kambing beserta pahanya. Lalu Siti Aisyah memanggi pelayannya dan berkata, “Makanlah daging ini, ini lebih baik dibandingkan roti keringmu.”
Guru perempuan bagi para sahabat Nabi tersebut selalu senang jika dapat berbagi. Apa yang ia miliki ketika itu, meski hanya sebutir kurma pun, tetap ia bagikan kepada yang membutuhkan. Seperti saya kutip dari buku the Wonderful Ummahatul Mukminin oleh Erlan Iskandar, Urwah bin Zubair mengatakan, “Aisyah tidak pernah menyimpan sedikit pun rezeki dari Allah yang diterimanya. Semuanya ia sedekahkan.”
Urwah juga pernah bercerita, bahwa Siti Aisyah pernah membagi-bagikan uang 70 ribu dirham (senilai dengan harga membeli lebih dari 24 ribu kambing atau 12 miliar rupiah). Padahal saat itu dia memakai baju panjang yang ia sendiri menambalnya.
Gemar Bersedekah
Demikianlah beberapa kemuliaan akhlak Sayyidah Aisyah yang dapat kita jadikan sebagai teladan. Walaupun tidak sesempurna sebagaimana yang beliau lakukan, namun setidaknya kita bisa meniru kegemarannya dalam bersedekah.
Terutama di bulan suci Ramadan, di mana kita bukan hanya diperintahkan untuk melakukan amal saleh personal, tetapi juga sosial. Dan meski hanya sedikit yang dapat kita bagikan untuk orang lain. Namun alangkah baiknya jika konsisten, sebab sebagaimana diriwayatkan oleh Siti Aisyah sendiri tentang keistiqamahan:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا اَنَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: سَدِّدُوْا وَقَارِبُوْا وَاعْلَمُوْا اَنْ لَنْ يَدْخِلَ اَحَدَكُمْ عَمَلَهُ الْجَنَّةَ وَاَنَّ اَحَبَّ الْاَعْمَالِ اَدْوَمُهَا اِلَى اللهِ وَاِنْ قَلَّ.
Dari Aisyah ra., sesungguhnya Rasulullah saw., bersabda: “Tetaplah pada jalan kebenaran dan bersahajalah. Dan ketahuilah bahwa pekerjaan seseorang di antara kamu tidak dapat menjadikan masuk surga. Sesungguhnya amal-amal yang paling disukai Allah adalah yang tetap terus berlangsung meskipun hanya sedikit.”
Mengenang Sayyidah Aisyah, sebagaimana dalam kisah kedermawanannya menjelang berbuka puasa. Meskipun ia memiliki banyak uang yang dapat ia belikan makanan mewah untuk diri dia berbuka, namun ia malah membagi-bagikan untuk umat yang menurutnya lebih membutuhkan. Menjadi pemantik semangat khususnya untuk kaum muslimah dalam meneladani sifat pengasih dan gemar berbagi yang dimiliki Sayyidah Aisyah. []