Mubadalah.id – Secara harfiyah, nafkah adalah pengeluaran, atau sesuatu yang dikeluarkan oleh seseorang untuk orang-orang yang menjadi tanggungjawab.
Pengeluaran ini harus diberikan untuk keperluan yang baik. Kewajiban nafkah menurut al-Qur’an dibebankan terhadap laki-laki (suami) :
وَعَلَى الْمَوْلُوْدِ لَهٗ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِۗ
Artinya: “Dan kewajiban ayah memberikan makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf”. (QS. al-Baqarah ayat 233)
اَسْكِنُوْهُنَّ مِنْ حَيْثُ سَكَنْتُمْ مِّنْ وُّجْدِكُمْ وَلَا تُضَاۤرُّوْهُنَّ لِتُضَيِّقُوْا عَلَيْهِنَّۗ وَاِنْ كُنَّ اُولٰتِ حَمْلٍ فَاَنْفِقُوْا عَلَيْهِنَّ حَتّٰى يَضَعْنَ حَمْلَهُنَّۚ فَاِنْ اَرْضَعْنَ لَكُمْ فَاٰتُوْهُنَّ اُجُوْرَهُنَّۚ وَأْتَمِرُوْا بَيْنَكُمْ بِمَعْرُوْفٍۚ وَاِنْ تَعَاسَرْتُمْ فَسَتُرْضِعُ لَهٗٓ اُخْرٰىۗ
Artinya: “Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan jangan kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. Dan jika mereka (istri-istri yang sudah dicerai) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudain jika mereka menyusukan (anak-anakmu) untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu), dengan ma’ruf dan jika kamu menemui kesulitan, maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya. (QS. at-Thalaq ayat 6).
Hadits Nabi
Kemudian, dalam hadits Nabi menyebutkan:
“Perhatikanlah (hai para suami). Hak-hak mereka (para istri) atas kamu adalah memberikan kepada mereka pakaian dan makanan secara ma’ruf”. (HR. al-Turmudzi)
Akan tetapi pada ayat yang lain juga menyebutkan bahwa nafkah yang harus suami berikan kepada istri juga sesuai dengan kemampuannya :
لِيُنْفِقْ ذُوْ سَعَةٍ مِّنْ سَعَتِهٖۗ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهٗ فَلْيُنْفِقْ مِمَّآ اٰتٰىهُ اللّٰهُ ۗ لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا مَآ اٰتٰىهَاۗ سَيَجْعَلُ اللّٰهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُّسْرًا ࣖ
Artinya: “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang sempit rizkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang Allah berikan kepadanya. (QS. at-Thalaq ayat 7).
Berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an dan hadits Nabi Saw di atas. Maka para ulama fikih akhirnya menyimpulkkan bahwa nafkah untuk istri meliputi: makanan, lauk pauk, alat-alat (sarana) untuk membersihkan anggota tubuh, perabot rumah dan tempat tinggal.
Semuanya ini sebenarnya mencerminkan hal-hal yang menjadi kebutuhan dasar manusia. Kemudian, segala keperluan dasar ini merupakan kewajiban suami kepada istri sebagai haknya dengan atau menurut cara-cara sesuai dengan tradisinya. []