• Login
  • Register
Minggu, 18 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Suara Ibu Indonesia untuk Masa Depan Anak-anak Bangsa

Kita semua berdiri bersama barisan Suara Ibu Indonesia, memantau dan menyuarakan penolakan berbagai elemen masyarakat terhadap Revisi UU TNI

Zahra Amin Zahra Amin
28/03/2025
in Publik
0
Suara Ibu Indonesia

Suara Ibu Indonesia

1.7k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pagi hingga siang dan jelang sore hari ini bertebaran undangan Aksi Gerakan Suara Ibu Indonesia, di beberapa whatshapp grup yang saya ikuti. Dalam undangan tersebut tertuliskan seruan bahwa para ibu di Indonesia, menyatakan prihatin pada nasib para mahasiswa yang dipukuli ketika aksi menolak UU TNI di berbagai kota di Indonesia.

Maka para ibu yang tergabung dalam gerakan “Suara Ibu Indonesia” bermaksud melakukan aksi untuk menyatakan sikap mengutuk kekerasan aparat dan menyatakan dukungan bagi perjuangan mahasiswa. Aksi tersebut akan tergelar pada Jumat, 28 Maret 2024 Pukul 14.00 s/d 16.00 bertempat di jalan trotoar depan Sarinah Jakarta Pusat.

Adapun point tuntutan dari Suara Ibu Indonesia antara lain, Stop Kekerasan pada Mahasiswa dan batalkan Revisi UU TNI, yaitu dengan mengembalikan tentara ke tugas utamanya membela tanah air, bukan pejabat yang segelintir.

Oleh karena itu, para ibu tidak akan melarang anak-anaknya, para mahasiswa untuk memperjuangkan apa yang terenggut dari masa depan mereka. Para Ibu Indonesia, akan mendampingi perjuangan mereka dengan ikut turun ke jalan, berjuang bersama anak-anaknya melawan kekuasaan yang korup.

Mengapa? Karena para Ibu Indonesia tidak rela anak-anaknya berhadapan dengan kekerasan aparat demi memperjuangkan demokrasi yang tersudutkan oleh senapan dan terinjak-injak lars tentara. Para Ibu juga tidak rela anak-anaknya hidup di Indonesia yang kehilangan kemanusiaan, keadilan, keberadaban dan kemerdekaan bersuara.

Baca Juga:

Peluang Ulama Perempuan Indonesia dalam Menanamkan Islam Moderat

Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Bersama Ulama dan Guru Perempuan, Bangkitlah Bangsa!

Merebut Tafsir: Membaca Kartini dalam Konteks Politik Etis

Berfatwa Ala KUPI

Selain itu, para Ibu tidak rela masa depan anak-anaknya diambil oleh keserakahan para elit pejabat. Di mana mereka menempuh cara-cara yang kotor untuk melanggengkan kekuasaannya.

Mereka para Ibu Indonesia, yang menyuarakan kesedihan dan keprihatinan para Ibu di seluruh Indonesia yang mengharapkan Indonesia yang lebih baik bagi generasi anak-anak bangsa di masa depan.

Sejarah Perlawanan Ibu di Era Reformasi

Adalah Suara Ibu Peduli, sebuah usaha melalui representasi politik besutan Yayasan Jurnal Perempuan (YJP), di mana dalam hal ini mereka menggunakan istilah “ibu-ibu” sebagai alat kamuflase untuk mengecoh para penguasa.

Mereka mengerti bahwa dengan terang-terangan berdemonstrasi pasti tak perlu waktu lama, mereka akan langsung terbawa dan diciduk. Mengingat Mei 1998 para pendemo bisa saja langsung tertembak mati.

Dalam tulisannya, Gadis Arivia yang merupakan pencetus YJP mengatakan SIP merupakan suatu gerakan politik yang berlangsung dalam periode awal reformasi, dengan maksud membuka ruang keberanian perempuan  untuk terlibat  dalam perubahan  politik. Hotel  Indonesia sebagai pusat Ibukota saat itu menjadi panggung politik dan memilih 23 Februari 1998, di mana status Siaga Satu (tembak di tempat) pemerintah berlakukan di Jakarta.

Jauh sebelum organisasi Suara Ibu Peduli lahir, YJP menggunakan konsep ‘ibu-ibu’ dan ‘susu’ sebagai ide demonstrasi untuk melawan rezim Orde Baru, yakni untuk menjatuhkan Soeharto.

Awal idenya datang dari Nur Iman Subono yang mengadopsi dari cerita ibu-ibu di Plaza de Mayo di Buinos Aires, Argentina. Di mana sekelompok perempuan ini menjadi simbol aktifisme hak asasi dan keberanian yang direpresentasikan dengan pemakaian baju hitam-hitam dan demonstrasi bertahun-tahun. Aksi tergelar setiap Selasa jam 3.30 sore di kompleks Plaza de Mayo.

Strategi yang mereka gunakan adalah menggunakan kata ‘ibu-ibu’ sebagai strategi politik dan kamuflase untuk menarik simpati publik. Pun pemakaian ide susu, karena isu tersebut bukan kepemilikan isu perempuan saja. Maka terpilihlah ‘Suara Ibu Peduli’ sebagai politik representasi.

Pada masa itu, kelangkaan susu terjadi karena harga susu yang naik hingga 400 ribu. Ide ‘ibu-ibu’ dan ‘susu’ yang memang dari awal hanya digunakan sebagai politik representasi saja. Sehingga mengaruskan YJP menjual susu murah agar ada bukti (rekayasa) bahwa YJP benar-benar prihatin soal harga susu yang melambung tinggi.

Mengapa Perempuan Perlu Terlibat dalam Politik?

Dr Ani Soetjipto, staf pengajar di Fakultas Ilmu Sosia dan Politik Universitas Indonesia melalui Jurnal Perempuan mengatakan bahwa reformasi telah membuka ruang demokrasi. Politik yang tadinya bersifat otoriter kemudian  membuka ruang partisipasi bagi semua orang termasuk perempuan.

Dalam sejarah gerakan perempuan, ada keputusan bahwa perempuan harus masuk dan terlibat di ruang politik. Artinya perempuan harus hadir dan memanfaatkan ruang politik untuk memperjuangkan kepentingan perempuan. Yakni, memastikan kebijakan yang berpihak pada perempuan.

Persoalannya selama ini politik adalah monopoli laki-laki. Budaya patriarki telah melanggengkan gagasan bahwa perempuan berada di ranah domestik dan laki-laki di wilayah publik. Begitu pula orde baru yang sedemikian rupa melemahkan dan mendomestikasi gerakan perempuan. Tereksklusinya perempuan dalam politik menyebabkan absennya agenda politik perempuan dalam kebijakan yang ada di negara ini.

Suara Ibu Respon terhadap Indonesia Gelap

Aksi Suara Ibu Indonesia, baik yang dilakukan pada era 1998, maupun hari ini merupakan bentuk respon terhadap situasi genting di Indonesia. Selain itu sebagai bentuk dukungan terhadap aksi mahasiswa yang menolak pengesahan RUU TNI menjadi undang-undang.

Melansir dari Konde.co Revisi UU TNI adalah tanda bangkitnya militerisme dan mundurnya demokrasi. Kebebasan rakyat sipil, terutama perempuan dan kelompok rentan, kian terancam dengan masuknya militer ke ranah sipil. Apa lagi, Indonesia punya sejarah kelam terkait kekerasan dan penindasan terhadap perempuan yang dilakukan oleh militer.

Banyak kasus militer membunuh, menganiaya, dan melakukan kekerasan seksual terhadap perempuan. Salah satunya kasus pembunuhan aktivis buruh perempuan Marsinah, yang lekat dengan keterlibatan tentara.

Kita semua berdiri bersama barisan Suara Ibu Indonesia, memantau dan menyuarakan penolakan berbagai elemen masyarakat terhadap Revisi UU TNI. Rezim yang suram ini tentu membuat kita harus lebih waspada. Saya setuju, ketakutan itu wajar, kalau bukan perlu. Tapi mudah-mudahan, ketakutan ini tidak menciutkan perlawanan terhadap penindasan yang terjadi.

Sebagaimana hadis Nabi Muhammad Saw;

 كُلُّ مَعْرُوْفٍ صَدَقَةٌ

Artinya: “Setiap kebaikan adalah sedekah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Semoga aksi Suara Ibu Indonesia ini menjadi amal baik yang berlipat ganda di penghujung Ramadan. Meski pun pahit, kebenaran harus tetap kita suarakan dengan lantang.

 قُلِ الْحَقَّ وَلَوْ كَانَ مُرَّا

Artinya: “Katakanlah yang benar walau pahit sekalipun.” (HR. Abu Daud). []

 

 

 

Tags: demokrasiIndonesiaIndonesia GelappolitikSuara Ibu IndonesiaSuara Ibu Peduli
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Inses

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

17 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Nakba Day

Nakba Day; Kiamat di Palestina

15 Mei 2025
Nenek SA

Dari Kasus Nenek SA: Hukum Tak Lagi Melindungi yang Lemah

15 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kehamilan Tak Diinginkan

    Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami
  • Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial
  • Memperhatikan Gizi Ibu Hamil
  • Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version