• Login
  • Register
Sabtu, 5 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

Ketika anak merasa didengar dan dihargai, mereka akan lebih berani menyuarakan kegelisahannya. Dan di sanalah rumah kembali menjadi tempat yang aman, ruang yang penuh cinta, bukan luka.

Najlah Humaidah Najlah Humaidah
04/07/2025
in Publik
0
Rumah Tak

Rumah Tak

1.3k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Rumah, idealnya, adalah tempat kita bertumbuh bersama orang-orang yang kita cintai. Ia menjadi ruang paling nyaman untuk beristirahat, tempat kita berlindung dari kerasnya dunia luar. Di sana, kita bebas menumpahkan keluh kesah, bercengkerama dalam canda, bahkan menangis tanpa rasa takut. Tak heran jika rumah sering dijuluki sebagai tempat paling aman.

Namun, bagaimana jika tempat yang seharusnya aman itu justru menjadi sumber ketakutan? Bagaimana jika orang yang kita cintai dan percayai justru menjadi ancaman?

Belakangan ini, media sosial dan platform pemberitaan penuh dengan berita-berita memilukan tentang kekerasan, baik fisik, psikis, ekonomi, hingga kekerasan seksual yang terjadi di dalam rumah sendiri. Ironisnya, pelakunya sering kali adalah orang terdekat, paman, kakak, kakek, bahkan ayah kandung.

Melansir dari news.detik.com, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga, mengungkapkan data dari Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI) yang mencatat sebanyak 11.850 kasus kekerasan sepanjang Januari hingga 12 Juni 2025.

Korbannya Perempuan

Dari jumlah tersebut, sekitar 10.000 korban adalah perempuan, sementara sisanya laki-laki. Yang paling mengerikan, kekerasan terbanyak terjadi di ranah rumah tangga, terutama kekerasan seksual, yang berarti pelakunya adalah orang-orang yang seharusnya menjadi pelindung.

Baca Juga:

Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

Tahun Baru Islam, Saatnya Hijrah dari Kekerasan Menuju Kasih Sayang

Salah satu kasus terbaru yang mencuat di media adalah kekerasan seksual terhadap anak perempuan berusia lima tahun. Anak tersebut dicabuli oleh kakek, ayah, dan pamannya sendiri. Kasus ini terungkap setelah tetangga korban melihat celana si anak dipenuhi darah.

Kisah lain datang dari Sukabumi, di mana seorang ayah tega mencabuli anak kandungnya yang masih berusia delapan tahun. Pelaku berdalih bahwa ia kesal karena kebutuhan biologisnya tidak terpenuhi oleh istri, lalu melampiaskan nafsunya kepada anak sendiri, dengan iming-iming uang sebagai bujuk rayu.

Luka yang tersisa bukan sekadar fisik, tapi juga psikis. Trauma masa kecil yang berat seperti ini bisa berdampak panjang: depresi, rasa takut yang berlebihan, hilangnya rasa percaya diri, hingga kesulitan membangun hubungan sosial yang sehat saat dewasa.

Ketika ancaman datang dari dalam rumah, maka rumah tak lagi menjadi ruang yang aman. Karenanya, peran orang tua sangat penting dalam membentengi anak dari kekerasan sejak dini.

3 Tips Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

Melansir dari yd.blog.um.ac.id ada beberapa langkah yang bisa dilakukan orang tua agar rumah bisa menjadi ruang aman bagi anak.

Pertama, ajari anak mengenal anatomi tubuh dengan benar. Gunakan istilah medis seperti penis, vagina, atau payudara, bukan istilah samaran. Anak harus tahu bagian tubuh mana yang tidak boleh tersentuh dan juga terlihat oleh siapa pun, termasuk orang tuanya. Ini adalah langkah awal membangun kesadaran tubuh dan batas pribadi.

Kedua, ajarkan anak untuk berani berkata “tidak”. Sering kali anak diajarkan untuk patuh kepada orang yang lebih tua. Tapi, ketaatan tanpa syarat bisa menjadi celah bagi predator. Anak perlu diberi ruang untuk mengatakan “tidak” terhadap hal-hal yang membuat mereka tidak nyaman, bahkan kepada orang terdekat sekalipun.

Ketiga, bangun rasa percaya diri anak melalui komunikasi yang hangat. Anak yang merasa dihargai dan didengarkan akan lebih terbuka kepada orang tuanya. Sayangnya, tak sedikit orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan hingga kehilangan momen penting untuk mendengar cerita anak. Padahal, sekadar bertanya “bagaimana harimu?” bisa membuka ruang aman untuk anak bercerita tanpa takut terhakimi.

Ketika anak merasa didengar dan dihargai, mereka akan lebih berani menyuarakan kegelisahannya. Dan di sanalah rumah kembali menjadi tempat yang aman, ruang yang penuh cinta, bukan luka.

Kekerasan dalam rumah tangga, khususnya terhadap anak, bukan hanya persoalan hukum, tapi juga persoalan moral dan kemanusiaan. Orang tua memegang kunci untuk menciptakan lingkungan yang ramah dan aman. Karena setiap anak berhak tumbuh dalam pelukan kasih sayang, bukan dalam bayang-bayang ketakutan. []

Tags: amanCarakekerasanMencegahorang tuarumahseksual
Najlah Humaidah

Najlah Humaidah

Saya adalah mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon

Terkait Posts

Tahun Hijriyah

Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat

4 Juli 2025
Kritik Tambang

Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

4 Juli 2025
Isu Iklim

Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

3 Juli 2025
KB sebagai

Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama

3 Juli 2025
Poligami atas

Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

3 Juli 2025
Konten Kesedihan

Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

3 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Rumah Tak

    Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh
  • Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat
  • Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak
  • Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID