Mubadalah.id – Rumah, idealnya, adalah tempat kita bertumbuh bersama orang-orang yang kita cintai. Ia menjadi ruang paling nyaman untuk beristirahat, tempat kita berlindung dari kerasnya dunia luar. Di sana, kita bebas menumpahkan keluh kesah, bercengkerama dalam canda, bahkan menangis tanpa rasa takut. Tak heran jika rumah sering dijuluki sebagai tempat paling aman.
Namun, bagaimana jika tempat yang seharusnya aman itu justru menjadi sumber ketakutan? Bagaimana jika orang yang kita cintai dan percayai justru menjadi ancaman?
Belakangan ini, media sosial dan platform pemberitaan penuh dengan berita-berita memilukan tentang kekerasan, baik fisik, psikis, ekonomi, hingga kekerasan seksual yang terjadi di dalam rumah sendiri. Ironisnya, pelakunya sering kali adalah orang terdekat, paman, kakak, kakek, bahkan ayah kandung.
Melansir dari news.detik.com, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga, mengungkapkan data dari Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI) yang mencatat sebanyak 11.850 kasus kekerasan sepanjang Januari hingga 12 Juni 2025.
Korbannya Perempuan
Dari jumlah tersebut, sekitar 10.000 korban adalah perempuan, sementara sisanya laki-laki. Yang paling mengerikan, kekerasan terbanyak terjadi di ranah rumah tangga, terutama kekerasan seksual, yang berarti pelakunya adalah orang-orang yang seharusnya menjadi pelindung.
Salah satu kasus terbaru yang mencuat di media adalah kekerasan seksual terhadap anak perempuan berusia lima tahun. Anak tersebut dicabuli oleh kakek, ayah, dan pamannya sendiri. Kasus ini terungkap setelah tetangga korban melihat celana si anak dipenuhi darah.
Kisah lain datang dari Sukabumi, di mana seorang ayah tega mencabuli anak kandungnya yang masih berusia delapan tahun. Pelaku berdalih bahwa ia kesal karena kebutuhan biologisnya tidak terpenuhi oleh istri, lalu melampiaskan nafsunya kepada anak sendiri, dengan iming-iming uang sebagai bujuk rayu.
Luka yang tersisa bukan sekadar fisik, tapi juga psikis. Trauma masa kecil yang berat seperti ini bisa berdampak panjang: depresi, rasa takut yang berlebihan, hilangnya rasa percaya diri, hingga kesulitan membangun hubungan sosial yang sehat saat dewasa.
Ketika ancaman datang dari dalam rumah, maka rumah tak lagi menjadi ruang yang aman. Karenanya, peran orang tua sangat penting dalam membentengi anak dari kekerasan sejak dini.
3 Tips Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak
Melansir dari yd.blog.um.ac.id ada beberapa langkah yang bisa dilakukan orang tua agar rumah bisa menjadi ruang aman bagi anak.
Pertama, ajari anak mengenal anatomi tubuh dengan benar. Gunakan istilah medis seperti penis, vagina, atau payudara, bukan istilah samaran. Anak harus tahu bagian tubuh mana yang tidak boleh tersentuh dan juga terlihat oleh siapa pun, termasuk orang tuanya. Ini adalah langkah awal membangun kesadaran tubuh dan batas pribadi.
Kedua, ajarkan anak untuk berani berkata “tidak”. Sering kali anak diajarkan untuk patuh kepada orang yang lebih tua. Tapi, ketaatan tanpa syarat bisa menjadi celah bagi predator. Anak perlu diberi ruang untuk mengatakan “tidak” terhadap hal-hal yang membuat mereka tidak nyaman, bahkan kepada orang terdekat sekalipun.
Ketiga, bangun rasa percaya diri anak melalui komunikasi yang hangat. Anak yang merasa dihargai dan didengarkan akan lebih terbuka kepada orang tuanya. Sayangnya, tak sedikit orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan hingga kehilangan momen penting untuk mendengar cerita anak. Padahal, sekadar bertanya “bagaimana harimu?” bisa membuka ruang aman untuk anak bercerita tanpa takut terhakimi.
Ketika anak merasa didengar dan dihargai, mereka akan lebih berani menyuarakan kegelisahannya. Dan di sanalah rumah kembali menjadi tempat yang aman, ruang yang penuh cinta, bukan luka.
Kekerasan dalam rumah tangga, khususnya terhadap anak, bukan hanya persoalan hukum, tapi juga persoalan moral dan kemanusiaan. Orang tua memegang kunci untuk menciptakan lingkungan yang ramah dan aman. Karena setiap anak berhak tumbuh dalam pelukan kasih sayang, bukan dalam bayang-bayang ketakutan. []