Mubadalah.id – Seringkali kita mendengar pernyataan yang menakut-nakuti perempuan. Contohnya seperti yang banyak mubaligh bilang, “kebanyakan penguhuni neraka adalah perempuan.” Tidak adakah kabar gembira untuk perempuan?
Ada juga yang bercerita tentang siksaan bagi perempuan yang tidak menjaga auratnya.
Juga tentang mitos perempuan sebagai sumber fitnah. Padahal laki-laki pun bisa menjadi sumber fitnah. Masih ingatkah sahabat sekalian ketika Jojo, atlet bulutangkis memenangkan pertandingan dan melakukan selebrasi dengan membuka baju?
Baca: Jojo Bukti Fitnah Bukan Hanya Milik Perempuan
Bahkan jika terjadi kekerasan terhadap perempuan, seringkali malah perempuan yang disalahkan. “Itu sih perempuannya saja, salahnya dia tidak menutup aurat dengan sempurna.”
Padahal Allah SWT telah berfirman:
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ
”Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, ’Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.’” (QS. An-Nur [24] : 30).
Menundukkan pandangan. Itulah yang diajarkan al-Qur’an. Menundukkan pandangan bukan sekadar mengarahkan pandangan mata ke bawah. Menundukkan pandangan berarti juga menyadari perempuan bukanlah sebatas makhluk seksual.
Perintah menundukkan pandangan berarti sebuah tanda untuk memandang perempuan sebagai makluk spiritual. Sehingga kita memuliakannya. Dan dengan kemuliaan itulah kita meningkatkan keimanan dan ketakwaan.
Pandanglah perempuan sebagai makhluk intelektual. Lalu kita memberi dukungan penuh bagi mereka untuk menggali ilmu. Sehingga perempuan bisa menjadi mitra laki-laki dalam membangun keluarga maupun bangsa.
Baca juga: Perempuan dan Laki-Laki
Rasulullah adalah manusia yang memiliki akhlak sempurna. Muhammad SAW membawa misi kenabian untuk menyempurnakan akhlak manusia. Beliau datang dengan membawa kabar gembira bagi semua umat manusia, laki-laki maupun perempuan.
Salah satu kabar gembira dari Nabi untuk perempuan yakni perintahnya untuk memperlakukan perempuan dengan baik. Memuliakan perempuan menjadi salah satu pintu menuju kesempurnaan iman seseorang.
Mari kita simak dengan baik hadits berikut:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- «أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا». رواه الترمذي في سننه، رقم الحديث: 1195، كتاب الرضاع، باب مَا جَاءَ فِى حَقِّ الْمَرْأَةِ عَلَى زَوْجِهَا
“Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah Saw bersabda: “Orang mukmin yang paling sempurna adalah mereka yang memiliki akhlak mulia dan sebaik-baik kamu adalah dia yang berperilaku baik terhadap perempuan”. (Sunan Turmudzi, no. Hadis: 1195).
Sabda Nabi ini begitu dasyat! Jadi siapapun yang tidak memperlakukan perempuan dengan baik, tidak menghormati dan memuliakannya dengan baik, maka keimanannya belumlah sempurna.
Sebaliknya, memperlakukan perempuan dengan baik dan memuliakannya akan menjadi jalan menuju kesempuraan iman.
Baca juga: Visi Revolusioner Nabi Mengangkat Derajat Perempuan
Pesan utama hadits dia atas, sesungguhnya keimanan menuntut manusia untuk menjalin relasi yang baik dengan manusia yang lain. Termasuk menjalin relasi yang baik antara laki-laki dan perempuan.
Laki-laki dan perempuan seyogianya saling menghormati, bukan saling menyakiti. Wajib saling memuliakan bukan saling melecehkan. Dan saling memberi kebahagiaan bukan saling memberi kesedihan.[]