Mubadalah.id – Tantangan terberat bagi para istri dalam menjalani kehidupan rumah tangga adalah memastikan agar para suami tidak selingkuh. Suami yang setia dengan satu istri. Suami yang ramah terhadap istrinya. Suami yang mau membantu istrinya mengerjakan urusan rumah tangga. Suami yang maunya tidak hanya dilayani. Suami yang memuliakan istrinya. Mau?
Dalam kungkungan budaya patriarkhi seperti budaya yang masih berkembang ini, melibatkan laki-laki untuk mendukung kiprah perempuan (istri) bukan perkara gampang. Menyeimbangkan peran dalam rumah tangga itu betapa susah. Suami yang punya ‘radar’ kesalingan dan berbagi peran. Istri memang harus punya cara jitu untuk mengatasi dan mengikhtiari persoalan ini.
Pertama, perluas wawasan dengan membaca buku-buku yang berkaitan dengan ikhtiar pentingnya pelibatan laki-laki/suami dalam membangun rumah tangga yang setara. Pahami ajaran Islam yang ramah terhadap perempuan.
Kedua, bimbing dan arahkan agar–meskipun pelan-pelan–suami menyadari bahwa dia harus berbagi peran dan memuliakan istrinya. Termasuk mengajak suami ikut kajian para ulama yang setara gender.
Ketiga, biasakan untuk ibadah secara berjamaah. Shalat lima waktu berjemaah, selama istri dan suami berada di rumah. Syukur-syukur bisa berjemaah di Masjid atau mushalla bersama anak-anak. Ibadah berjemaah ini sangat penting untuk memupuk jiwa kebersamaan dalam keluarga.
Keempat, ketika istri dan suami berada di rumah, istri harus bisa memanfaatkan momen itu untuk bicara dari hati ke hati dengan suami. Merencanakan masa depan anak dan keluarga.
Istri memang harus mengalah terlebih dahulu dalam kondisi budaya patriarkhi yang masih mengakar kuat ini. Perkaranya, jangankan suami yang awam, suami yang punya wawasan gender pun belum tentu sesuai akhlak dan perilakunya. Selama ada ikhtiar yang terus-menerus, insya Allah lambat laun, para suami juga akan memahami. Mereka tidak akan tega melakukan perilaku selingkuh.
Melalui upaya-upaya yang dilakukan istri dan suami ini, diharapkan ke depan, istri dan suami akan tumbuh jiwa saling membutuhkan. Pikirannya panjang dan karena itu tidak akan melakukan hal-hal yang terlarang. Karena para suami akan memahami bahwa penyesalan akan selalu ada di belakang. Bahwa kesetiaan dengan satu istri itu segala-segalanya.
Sebab uang banyak, perhiasan banyak, rumah megah, mobil mewah, wajah yang rupawan dan lain sebagainya, tidaklah menjamin. Dalam berumah tangga kita harus punya prinsip supaya tidak silau dengan harta duniawi. Bekerja dan jemputlah rezeki seoptimal mungkin tapi jangan terbawa arus korupsi dan hidup dengan gengsi. Biarlah kita hidup sederhana dan apa adanya, tanpa dibuat-dibuat, atau takut dicap sebagai orang miskin, malu tidak dianggap orang kaya, asalkan hidup kita, rumah tangganya berkah.
Rumah tangga yang berkah tentu bukan rumah tangga yang tak pernah menghadapi masalah. Masalah pasti ada, tetapi keduanya (istri dan suami) selalu mampu menyikapinya dengan tanpa emosi dan marah. Sependek yang saya tahu, inilah cara agar para suami tidak selingkuh. Sebetulnya para istri juga berpotensi selingkuh, hanya saja dalam kenyataan, saya sendiri lebih banyak menemukan suami yang selingkuh daripada sebaliknya.
Wallaahu a’lam.[]