Mubadalah.id – Hadis tentang perempuan sebagai sumber kesialan merupakan salah satu teks Hadis yang digugat keabsahannya oleh Aisyah r.a., perempuan pintar, perawi Hadis terbanyak, dan istri Nabi Muhammad Saw.
Riwayat penolakan Aisyah terhadap teks Hadis perempuan sebagai sumber kesialan terekam dalam berbagai kitab Istidrakat, yang ditulis oleh beberapa ulama klasik, seperti Abu Mansur al-Baghdadi (w. 429/1037), Badruddin al-Zarkasyi (w. 794/1392), dan Imam al-Suyuti (w. 911/1505).
Kitab Istidrakat adalah kitab yang berisi kritik Aisyah r.a. terhadap Hadis-hadis yang koleganya riwayatkan dari para sahabat, dan ia meriwayatkan Hadis lain yang berbeda atau tidak setuju dengan makna yang sahabat ungkapkan dari teks Hadis tersebut.
Di antara Hadis yang para sahabat riwayatkan yang Aisyah r.a kritik adalah Hadis tentang perempuan yang bisa membatalkan shalat. Lalu perempuan yang bepergian harus kerabat (mahram) temani, dan juga Hadis tentang perempuan sebagai sumber kesialan.
Catatan Imam Al-Zarkasyi
Dalam catatan Imam al-Zarkasyi, ada beberapa riwayat ketika Aisyah r.a. mengetahui teks Hadis perempuan sebagai sumber kesialan. Beliau menjawab bahwa sang sahabat terlambat masuk majelis. Karena Nabi Saw. sesungguhnya bercerita tentang keyakinan orang-orang Arab saat itu, bukan tentang apa yang Nabi Saw yakini.
Namun, Imam Zarkasyi memilih tidak menerima kritik Aisyah r.a., karena riwayatnya lebih lemah dari Imam Bukhari dan Imam Muslim. Ia memaknai kesialan perempuan dalam kondisi tertentu, Seperti perempuan yang mandul, bukan untuk setiap perempuan dan dalam semua kondisi.
Dalam riwayat Imam al-Baihaqi (w. 458 H) dalam Sunannya, disebutkan teks Hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah r.a. yang berbeda dari teks di atas, mengenai sumber cerita tersebut. Berikut teks yang dimaksud:
Dari Abu Hassan al-Araj, bahwa Aisyah r.a. berkata: Rasulullah Saw. bercerita: bahwa orang-orang Jahiliah memandang kesialan itu bersumber pada perempuan, binatang tunggangan, dan rumah.
Kemudian, Aisyah membaca ayat al-Qur’an (yang menyanggah pandangan Jahiliah tersebut):
“Setiap sesuatu (kesialan, keburukan, atau bencana) yang menimpa di bumi dan yang menimpamu sendiri. Semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah, QS. al-Hadid, (57): 22″. (Al-Sunan al-Kubra). []