Mubadalah.id – Allah Swt telah membuat kesaksian bahwa Nabi Muhammad Saw adalah pribadi yang berakhlak tinggi, dipercaya menjaga amanah (al-amin), suka berbuat baik, dan mudah menolong orang. “Sungguh, engkau berada pada akhlak yang agung”, kata al-Qur’an (QS. Al-Qalam, 68: 4). Di antara keagungan ini adalah akhlak Nabi Saw kepada pelayan yang beragama Yahudi.
Kisah ini terungkap dalam berbagai kitab hadits, termasuk kitab hadits yang paling shahih di mata umat Islam, yaitu Sahih Bukkhari. Dalam kitab Sahih ini, yang bernomer 1371 (Cairo: al-Maknaz al-Islami, 2000), Anas bin Malik ra bercerita bahwa Nabi Saw memiliki pelayan yang beragama Yahudi. Suatu saat, pelayan ini jatuh sakit. Lalu, Nabi Saw menjenguknya.
Ketika menjenguk, Nabi Saw mendekat ke kepala dan mengelusnya, sambil berkata: “Maukah kamu masuk Islam?”. Lalu sang pelayan melempar pandangan ke ayahnya yang juga beragama Yahudi. “Kalau kamu lihat itu baik, silahkan ikuti Ayah dari al-Qasim ini (Nabi Muhammad Saw)”, jawab sang ayah. Karena keluhuran akhlak Nabi Saw, selama ia melayani di rumah Nabi Saw, sang pelayan itu bersedia menjadi muslim.
Kemuliaan Akhlak Nabi
Tentu saja, hal ini tidak terlepas dari kemuliaan akhlak Nabi Saw kepada pelayan yang beragama Yahudi tersebut. Selama kisah-kisah pelayanan di rumah Rasulullah Saw, sebagaimana juga diceritakan oleh Anas bin Malik ra, Nabi Muhammad Saw adalah orang yang baik, lembut, dan selalu tenang. Nabi Saw tidak pernah memukul, sekalipun, kepada siapapun, baik pelayan maupun istri Nabi Muhammad Saw.
عَنْ أَنَسٍ قَالَ خَدَمْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَشْرَ سِنِينَ لاَ وَاللَّهِ مَا سَبَّنِى سَبَّةً قَطُّ وَلاَ قَالَ لِى أُفٍّ قَطُّ وَلاَ قَالَ لِى لِشَىْءٍ فَعَلْتُهُ لِمَ فَعَلْتَهُ وَلاَ لِشَىْءٍ لَمْ أَفْعَلْهُ أَلاَّ فَعَلْتَهُ
Dari Anas bin Malik ra berkata: saya melayani Rasulullah Saw selama sepuluh tahun dan tidak pernah merendahku sama sekali, tidak juga pernah mengeluh tentang diri saya, tidak juga mengatakan tentang sesuatu yang aku kerjakan: “Kenapa kamu kerjakan ini”, atau terhadap sesuatu yang tidak aku kerjakan: “Kenapa kamu tidak mengerjakanya”. (Musnad Ahmad, no. 13234).
Substansi dari teks hadits ini, dengan redaksi yang berbeda, juga terungkap dalam berbagai kitab hadits lain. Seperti Sahih Bukhari (no. 6107), Sahih Muslim (no. 6151), Sunan Abu Dawud (no. 4776), dan banyak kitab hadits yang lain.
Nabi tidak Pernah Memukul Perempuan
Sementara teks mengenai Nabi Saw yang tidak pernah memukul perempuan maupun pelayan juga sangat populer melalui riwayat Sayyidah Aisyah ra.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ مَا ضَرَبَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم شَيْئًا قَطُّ بِيَدِهِ وَلاَ امْرَأَةً وَلاَ خَادِمًا
Dari Aisyah ra berkata: Rasulullah Saw tidak pernah memukul sekalipun dengan tanganya, baik terhadap perempuan maupun terhadap pelayan (Sahih Muslim, no. 6195).
Dengan dua redaksi teks hadits ini, kita juga bisa menyimpulkan bahwa akhlak Nabi Saw kepada pelayan yang beragam Yahudi juga sama. Nabi Saw tidak pernah merendahkanya, mengeluhkan dirinya, menyalahkan pekerjaanya, atau akhlak buruk lain yang biasa dilakukan seseorang kepada pelayannya. Ketika sakit, sebagaimana dalam hadits tersebut di awal, Nabi Saw menjenguk ke rumahnya dan ikut menenangkannya.
Nabi Saw juga, sampai di akhir hayat beliau, masih bertetangga secara baik dengan seorang Yahudi, yang saling berhutang satu sama lain untuk kebutuhan keluarga beliau (Sunan Nasa’i, no. 4668). Demikianlah akhlak baik Nabi Muhammad Saw dengan keluarga, pelayan, dan tetangga. Sekalipun pelayan dan tetangga itu beragama berbeda, Nabi Saw tetap berakhlak baik terhadap mereka. Tidakkah kita seharusnya meneladani akhlaq baginda Nabi Muhammad Saw?
Atas semua teladan akhlak baik ini, mari kita selalu bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw: Shallallahu ‘alaihi wa sallam. []