Mubadalah.id – Dua sumber utama Islam yaitu al-Qur’an dan Hadis telah memberikan banyak prinsip, dasar-dasar normatif, teladan, dan petunjuk-petunjuk bagi hidup dan kehidupan manusia.
Bahkan, dari dua sumber utama ini, para ulama kemudian mengeksplorasi dan mengembangkan kandungannya untuk menjawab kebutuhan manusia dalam ruang dan waktu yang berbeda-beda dan berubah-ubah.
Eksplorasi dan pengembangan tersebut dilakukan melalui alat analisis yang bernama ijtihad, istinbat, atau ilhaqul masail bin nazhaairiha (menganalogikan keputusan yang ada untuk memutuskan problem baru). Atau nama lain yang mengandung makna aktivitas nalar intelektual yang bekerja secara serius.
Alat-alat analisis inilah yang kita gunakan untuk menjawab berbagai problem sosial, ekonomi, politik, budaya, dan sebagainya yang manusia butuhkan.
Aktivitas nalar intelektual ini dalam sejarahnya telah melahirkan khazanah intelektual Islam yang maha kaya. Termasuk dalam beragam dan berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi.
Aktivitas intelektual kaum Muslim paling produktif dalam sejarah Islam lahir pada tiga abad pertama Islam. Hal inilah yang sering kita sebut orang sebagai zaman keemasan Islam.
Menelusuri aktivitas intelektual kaum Muslimin pada tiga abad pertama Islam itu. Kita menemukan bahwa para sarjana Islam klasik ternyata tidak melakukan dikotomisasi antara ilmu pengetahuan agama dan pengetahuan umum. Mereka meyakini bahwa beragam jenis ilmu pengetahuan adalah ilmu Allah Swt yang maha kaya.
Bahkan, pergulatan intelektual mereka dilakukan dengan mengadopsi secara selektif produk-produk ilmu pengetahuan Hellenis dan Persia. Terutama dalam bidang filsafat dan fisika.
Sejarah peradaban Islam Abad Pertengahan memperlihatkan kepada kita bagaimana para khalifah Islam memberikan apresiasi yang tinggi terhadap ‘ulumul awaail itu. []