Mubadalah.id – Jeng, Jeng. Tak bisikin. Ketika dulu masih mondok Bunyai saya Nyai Muhassonah Iskandar sering ngendikan, “seksuk nek nduwe anak ojok sampek ora diajari fatehah. Usahakno sing ngulang fatehah iku ibuk e disek, duduk liyane.”
Jika kelak punya anak, ajarilah membaca surat al fatihah dari kalian dulu, sebelum diajari orang lain. Begitulah kiranya. Ketika saya tanyakan kenapa? Beliau menjawab karena itu akan mengikat ruh anak-anak dengan sang ibu, gampang mengajari mereka apapun.
Mungkin, itulah banyak anak-anak yang diajarkan fatehah oleh guru mereka akhirnya menurut kepada sang guru sementara kepada orang tua suka membantah.
Saya berdebar saat mengajarkan anak-anak fatihah pertama kali. Takut salah, takut ekspektasi melebihi realita. Meskipun tidak atau belum lancar setidaknya mereka mengenal fatihah dari diri kita, ibu-ibu mereka. Baru dilanjutkan oleh para guru-guru mereka.
Ilmu-ilmu demikian yang niteni ya, Emak-emak. Paling gemati perkoro bab beginian ya, Ibuk-ibuk. Makanya Allah memberi surga di bawah telapak kaki para perempuan karena rela ngopeni yang renik-renik begini (yang dianggap remeh).
Nyatanya demikian, kan, Men?
Termasuk mereka para perempuan juga belajar membaca bagaimana agar anak pintar sejak masih di kandungan, bagaimana anak-anak nanti optimal perkembangannya di sela kegiatan sehari-hari mereka belajar dan open mind.
Selain belajar fatihah, saya juga mendapat ilmu lagi tentang cara membangunkan anak tidur dan saatnya beraktivitas. Sepele, kan? Tapi, cobalah beberapa saat jika kesabaran kalian tidak diuji maka patut disyukuri.
Karena itulah saya selalu bilang kepada suami, biar saya yang bangunin anak-anak. Kecuali jika memang sudah sibuk poll atau memang sedang sakit maka barulah para lelaki bergerak. Tahu sendiri lah kalau mereka bangunin anak-anak, awalnya alus lama-lama esmosi jiwa. Hatchim.
Nah, berikut ini cara membangunkan anak-anak seperti cerita dan tips bunyai saya.
Satu. Elus kepalanya, bacakan fatihah lalu panggil namanya dengan lembut. Misalnya putri saya, anak Kanaya Sayang, bangun Beb. Atau panggilan lainnya. Pakai nada lembut, disertai doa. Anak Naya Sayang, shalihahnya Ibuk, bangun, yuk. Seperti itu.
Kedua, masih memakai panggilan lembut, juga panggilan sayang, gelitik bagian yang membuatnya tidak enak. Kemudian bisikkan doa sekaligus stimulus buat alam bawah sadarnya. Nak, bangun yuk. Besok jadi orang TOP ya, sayang semuanya, contohnya.
Ketiga, boleh mulai dengan nada agak keras dan sedikit paksaan. Bangun, Nak! Yuk, udah makin siang iki, lho. Anak shalihah. Macam itu.
Keempat dan kelima boleh makin dipaksa kalau belum juga bangun.
Biasanya, kalau sudah terbiasa maka pada panggilan ketiga biasanya anak-anak sudah menggeliat meskipun masih ada malas di wajah mereka. Dengan berlatih terus Insyaallah mereka akan semakin baik, bahkan hanya dengan mendengar suara kita saja langsung jempalitan bangun.
Mungkin tips ini akan sulit bagi mereka yang terburu-buru waktu paginya. Tipsnya, bacakan doa dan bisikkan pesan kepada anak kita saat mereka tidur. Lambat laun mereka akan terbiasa mendengar pesan itu karena pesan kita merasuk dalam hatinya dan bisa bangun pagi dengan fresh tanpa tertekan cukup dengan kita memanggil nama mereka saja.
Bagaimana kalau masih gagal?
Tenang, Buk Ibuk. Hidup itu berproses. Ada yang mudah ada yang sulit tetapi terlepas dari itu semua yang namanya usaha enggak akan mengkhianati hasil, kan?
So, stay strong para Emak. Kalian semua luar biasa. Insyaallah, anak-anak kita akan mendengar pesan kita, Tuhan akan mengabulkan semua doa-doa kita.
Oh, ya, Jeng. Kalau dibangunkan sambil nyanyi, bagaimana? Kalau aku sih, iyes. Asal jangan suaranya macam ban mobil meletus aja. Dorr dorr duoooorrr! Bukan cuma anak kita yang bangun, satu RT pada bangun semua sambil kebingungan.
Selamat berakhir pekan. Semoga selalu ada hari baik dan penuh barakah dalam setiap kehidupan kita. Amin.
Sallimna ya Allah
Sallimna ya Allah
Sallimna ya Rabbal’Alamin. []