Mubadalah.id – Jika kita biasa mendengar dongeng fabel cerita si Kancil dan Petani, maka kali ini dongeng dari Gus Mus menyuguhkan tokoh baru yakni Pangeran Rimba dan Manusia di dalam karyanya yang berjudul Awas, Manusia!
Pada dasarnya buku Awas, Manusia! Ini adalah remake dari karya empat dekade yang telah lalu di tahun 1979. Yakni sebelum Gus Mus kita kenal sebagai ulama sekaligus budayawan, seniman, penyair, dan juga penulis.
Sinopsis Awas, Manusia!
Pangeran Rimba meninggalkan gua persembunyian bersama Bebek. Mereka akan mencari manusia. Padahal orang tua mereka sudah berpesan agar menghindari manusia karena sangat berbahaya. Lantas apa yang terjadi jika mereka bertemu manusia? Apakah nasihat orang tua mereka dulu benar adanya?
Ada pesan moral yang mudah kita cerna dan bisa kita petik dalam kisah Awas, Manusia! oleh Gen Alpha. Mengingat buku ini di remake pada tahun 2021. Berikut adalah pesan moral dalam fabel Awas, Manusia!
Jangan Mengabaikan Nasihat Orang Tua
Bebek dan Pangeran Rimba akhirnya bertemu dengan manusia, sosok yang selama ini menghantuinya karena ia mengabaikan nasihat orang tuanya yang berbunyi:
“Anakku, ada suatu makhluk di dunia ini yang harus kau hindari. Sedapat mungkin usahakan tidak bersua dengannya. Ia tidak seseram raja, tidak bertanduk, tidak berbisa, namun lebih berbahaya dari semuanya. Makhluk itu bernama manusia.”
Dari mereka kita dapat belajar bahwa sangat penting untuk tidak mengabaikan nasihat orang tua yang telah mengalami asam garam kehidupan. Meski kita hidup di generasi yang berbeda.
Tetapi ada baiknya kita mempelajari apa-apa yang telah mereka alami dan mereka jadikan pelajaran agar di kehidupan yang sedang kita jalani dan mendapati permasalahan yang serupa, kita tahu harus bertindak apa.
Jangan Mudah Terpengaruh
Di dunia ini ada banyak hal yang mungkin kita ketahui tetapi orang lain tidak tahu atau sebaliknya. Akan ada banyak informasi di sekitar kita, tetapi yang perlu kita lakukan adalah menyaring informasi tersebut. Apakah memang suatu yang sudah pasti benar atau hanya sesuatu yang belum kita ketahui dengan jelas kebenarannya. Seperti Bebek yang akhirnya memengaruhi Pangeran Rimba agar tidak berdiam diri di gua, melanggar nasihat orang tuanya dan melawan manusia.
Jadilah Manusia yang Ihsan dan Beradab
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang diberi keistimewaan dengan akal seperti yang tertuang dalam al-Qur’an Surah al-Isra’ ayat 70 yang terjemahannya adalah sebagai berikut:
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”.
Tetapi selain akal, manusia juga diberikan oleh Allah sesuatu yang justru dapat merusak keistimewaannya apabila tidak kita kelola dengan baik yaitu hawa nafsu. JIka hawa nafsu tidak kita kelola dengan baik, manusia yang diberi akal seharusnya menjadi khalifah di bumi justru akan menjadi ancaman dan menjadi sosok yang menakutkan seperti yang dikisahkan pada buku ini.
Sosok yang ketika mengantuk saja mampu mengeluarkan ikan dari dasar laut. Lalu mampu menjatuhkan burung yang berterbangan hanya dengan sebelah mata. Selain itu juga mampu menundukkan gajah melalui tipu dayanya.
Apakah benar sosok tersebut adalah ciri dari seorang khalifah? Apakah benar sosok di atas adalah ciri dari seorang manusia yang ihsan dan beradab? Semua kembali pada pribadi dan pilihan manusia yang Allah beri akal untuk berfikir sebagaimana tertulis dalam al-Qur’an surah an-Nahl ayat 12 yang artinya:
“Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal”.
Menutup ulasan ini, sejatinya, dengan akal, manusia dapat mengendalikan hawa nafsu yang ada dalam dirinya karena akal adalah kunci dari segala ilmu pengetahuan dan peradaban. Dengan akal pula manusia dan makhluk ciptaan Tuhan lainnya seharusnya dapat hidup berdampingan secara damai dan selaras, menjadikan bumi sebagai tempat tinggal yang aman dan lestari untuk seluruh makhluk. []