• Login
  • Register
Kamis, 3 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Bagaimana Beribadah dengan Menghadirkan Tuhan?

Kehadiran Tuhan merupakan cara paling efektif untuk mengontrol dan mengendalikan pikiran, ucapan dan tingkah laku manusia agar tidak terjerumus ke dalam dosa dan melanggar aturan-aturan kehidupan bersama.

KH. Husein Muhammad KH. Husein Muhammad
13/06/2021
in Hikmah
0
Rubaiyyat

Rubaiyyat

125
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Ibadah berarti ‘penghambaan diri kepada Tuhan’. Ia pada dasarnya meliputi seluruh aktifitas manusia baik lahir maupun batin, individual maupun sosial. Ibadah itu untuk siapa? Ketika Tuhan mengatakan: “Aku tidak menjadikan jin dan manusia selain untuk beribadah kepada-Ku” (Qs. Al-Dzâriyat [51]:56), maka sejatinya sama sekali bukan dalam rangka kepentingan Tuhan. Dia tetaplah Dia Yang Kuasa, Yang Maha Besar, tidak berkurang atau berlebih, meski sejuta orang mengingkari-Nya atau memuja-Nya.

Tuhan tidak membutuhkan pembelaan dari siapapun. Ketika Nabi bersedih hati lantaran masyarakatnya tidak mengikuti ajakannya, Tuhanpun menegurnya: “Janganlah kamu disedihkan oleh orang-orang yang ingin menjadi kafir. Sesungguhnya mereka sama sekali tidak dapat melukai Tuhan. (Qs. Ali Imran [3]: 176).

Sebuah Hadits Qudsi menyebutkan: “Andaikata seluruh manusia dan jin sejak zaman awal sampai zaman akhir sepakat bertaqwa kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh dan tulus, niscaya tidak akan semakin menambah kebesaran Dia.

Dan andaikata seluruh manusia dan jin dari dulu sampai nanti sepakat mendurhakai Tuhan, niscaya mereka tidak akan mengurangi sedikitpun kebesaran-Nya”. (H.R. Muslim dalam Arba’în al-Nawâwî). Dengan demikian, ibadah pastilah untuk kepentingan dan kebahagiaan manusia itu sendiri baik di dunia ini maupun di akhirat kelak.

Ibadah personal (mahdhah), yakni yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Tuhan, seperti shalat, puasa, zakat, membaca al-Qur’ân, dzikir, i’tikaf, berdo’a, istighatsah dan ritus-ritus personal lain kesemuanya ingin mengajarkan makna kehadiran Tuhan dalam hati, pikiran dan tindakan manusia. Inilah makna paling essensial dari seluruh ibadah kepada Tuhan.

Baca Juga:

Melihat Lebih Dekat Nilai Kesetaraan Gender dalam Ibadah Umat Hindu: Refleksi dari SAK Ke-2

Tafsir Sakinah

Membangun Kehidupan yang Sehat Dimulai dari Keluarga

Islam Menolak Kekerasan, Mengajarkan Kasih Sayang

Kehadiran Tuhan merupakan cara paling efektif untuk mengontrol dan mengendalikan pikiran, ucapan dan tingkah laku manusia agar tidak terjerumus ke dalam dosa dan melanggar aturan-aturan kehidupan bersama. Tuhan memang menyebut manusia sebagai ciptaan-Nya yang paling baik dan pada dasarnya adalah suci.

Namun manusia juga makhluk yang lemah dan bodoh. Ia mudah tergoda dan tergelincir ke dalam perbuatan-perbuatan dosa, merugikan atau menzalimi orang lain. Manusia mudah tertarik pada (atau tertipu oleh) kesenangan-kesenangan duniawi (hedonistik); menumpuk harta benda, anak-anak, jabatan, seks, kebanggaan pada golongan, keturunan, tanah air, dan sebagainya. Ini mungkin saja sangat wajar dan sangat manusiawi.

Akan tetapi meski begitu, disadari atau tidak, hal-hal tersebut seringkali menipu, memperdaya, menindas dan membuat malapelaka bagi orang lain. Oleh karena itu, ritus-ritus agama merupakan cara untuk menyadarkan dan mengendalikan kecenderungan destruktif tersebut agar mereka kembali kepada kesuciannya. Melalui agama dan ritus-ritus personalnya itu seharusnya manusia selalu sadar bahwa semua perbuatan negatif ini pada akhirnya pasti melahirkan malapetaka dan kehancuran, bukan saja terhadap orang lain melainkan juga terhadap dirinya sendiri. Kelak Tuhan akan membalasnya secara setimpal. []

Tags: HikmahibadahislamKajian FiqihKebijaksanaankehidupanKH Husein MuhammadmanusiaSyariat IslamTuhan
KH. Husein Muhammad

KH. Husein Muhammad

KH Husein Muhammad adalah kyai yang aktif memperjuangkan keadilan gender dalam perspektif Islam dan salah satu pengasuh PP Dar al Tauhid Arjawinangun Cirebon.

Terkait Posts

Laki-laki dan Perempuan dalam fikih

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

3 Juli 2025
Perceraian untuk

Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

2 Juli 2025
Perceraian dalam

Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan

1 Juli 2025
Fikih Perempuan

Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

1 Juli 2025
amar ma’ruf

Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

1 Juli 2025
Fikih

Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

1 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Konten Kesedihan

    Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim
  • Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama
  • Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID