• Login
  • Register
Jumat, 6 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Bagaimana Cara Mengatasi Overthinking bagi Perempuan?

Perempuan tidak perlu merasa insecure dengan perempuan lain, karena setiap orang memiiliki potensi masing-masing. Perempuan bisa saling memberikan dukungan untuk kebaikan yang ia lakukan

Okta Nurul Hidayati Okta Nurul Hidayati
21/06/2022
in Personal
0
Cara Mengatasi Overthinking

Cara Mengatasi Overthinking

561
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Baca Juga:

Menelusuri Perbedaan Pendapat Ulama tentang Batas Aurat Perempuan

Memaknai Aurat Perempuan secara Utuh

Luka Cinta di Dinding Rumah: Tafsir Feminis-Spiritual atas Tubuh yang Terlupakan

Mengapa dan Untuk Apa Perempuan Memakai Jilbab?

Mubadalah.id – “Wah dia sudah punya rumah bagus, wah dia sudah menikah, wah dia sudah jadi orang sukses …wah…,wah….Terus kenapa aku masih gini-gini aja?” Kalimat-kalimat itu sering muncul di benak perempuan ketika melihat pencapaian perempuan lain. Tentu menjadi tantangan tersendiri bagaimana cara mengatasi overhinking bagi perempuan.

Seringkali kalimat itu bukan hanya sekedar mengungkapkan kekaguman tapi di dalamnya tersembunyi rasa iri, insecure, sampai rendah diri. Lama-lama ia menyalahkan diri sendiri karena memikirkan sesuatu secara berlebihan atau biasa disebut dengan overthinking. Mengapa overthinking sering perempuan alami? Dan bagaimana cara mengatasi overhinking ini?

Jika ditarik kebelakang sebelum pemikiran-pemikiran itu muncul, ada faktor-faktor lain yang menjadi penyebabnya. Ya, selayaknya hubungan sebab-akibat, overthinking yang dirasakan perempuan sebenarnya dapat berasal dari pengalaman sebelumnya.

Sebenarnya sejak dulu, perempuan sudah terlatih untuk overthinking menghadapi stigma dari produk budaya patriarki yang dominan di masyarakat. Misalnya saja, dahulu ketika perempuan memiliki mimpi untuk sekolah setinggi-tingginya harus menghadapi beragam opini orang seperti, “ngapain sekolah tinggi-tinggi bila akhirnya hanya mengurus anak”, “perempuan berpendidikan tinggi itu akan susah jodohnya”, dsb.

Stigma dan opini yang ia dapatkan seringkali memaksa perempuan untuk  berpikir terus menerus sebelum akhirnya memilih untuk lanjut sekolah atau takut sekolah karena mengamini opini orang lain itu. Dengan kata lain ia harus overthinking dahulu sebelum menetapkan sebuah keputusan. Bagaimana cara mengatasi overthinking? Apakah overthinking perlu kita hilangkan sepenuhnya?

Mengelola Overhinking Menjadi Hal Positif

Jika kita dalami, overthinking ini tidak harus kita hilangkan sepenuhnya, karena kita dapat mengelelola pikiran kita untuk berpikir lebih rasional. Jika kita lihat dari sudut pandang lain, overthinking masih memungkinkan untuk menjadi sebuah hal yang positif.

Pertama, overthinking dapat melatih seseorang untuk berpikir kritis, karena kita tidak langsung percaya apa yang orang lain katakan tetapi mencoba menelaahnya dan mencari tahu kebenarannya dulu.

Kedua, overthinking membuat seseorang menjadi manusia pembelajar dan dapat memiliki banyak wawasan. Hal itu karena ketika menerima sebuah opini, seseorang akan berusaha menelaahnya terlebih dahulu dengan menggali berbagai sumber referensi sampai ia merasa yakin akan kebenaran opini tersebut.

Ketika seseorang sudah mendapatkan keilmuan dan memahami berbagai sudut pandang yang ada, ia dapat menentukan pilihan yang terbaik untuknya secara bijaksana.

Cara Mengatasi Overhinking Menurut Ibu Nur Rofiah

Beberapa waktu lalu saya mengikuti ngaji Keadilan Gender Islam (KGI) bersama Bu Dr. Nur Rofiah di instagram yang juga membahas mengenai perempuan dan overthinking. Bu Dr. Nur Rofi’ah menyampaikan bahwa untuk mengelola overthinking, perempuan dapat melakukan tiga hal.

Pertama, perempuan harus memiliki standar sendiri yang dapat kita pegang teguh. Dengan begitu dia tidak akan mudah terpengaruh dengan opini orang lain karena yakin pada diri sendiri. Kedua, perempuan secara sadar dapat mempertimbangkan opini/standar dari orang lain yang sesuai dengan ia sendiri.

Kata kunci untuk cara yang kedua ini adalah “secara sadar” atau awareness. Karena dengan kesadaran berarti keputusan itu tetap atas pilihannya sendiri.

Ketiga, bernegosiasi dengan norma sosial. Cara yang ketiga ini merupakan kombinasi dari cara yang pertama dan kedua. Artinya kita tetap dapat berpegang pada standar yang kita yakini dengan menyampaikan argumen dari standar itu. Jadi cara ini memberi peluang bagi perempuan untuk speak up tentang norma yang diyakininya.

Cara mengatasi overthinking ini dapat kita lakukan untuk meluruskan secara halus stigma yang kita anggap kurang benar dari norma sosial yang masyarakat yakini. Selain itu negosiasi juga memberi peluang bagi kita untuk lebih bijaksana dengan membuka ruang diskusi dan kesempatan bagi orang lain untuk mengutarakan perspektifnya, sehingga kita juga dapat memahami alasan di balik norma yang menjadi keyakinan.

Bisa jadi perbedaan perspektif itu terjadi karena perbedaan situasi dan kondisi yang kita alami.  Lebih lanjut Bu Nur Rofi’ah juga menyampaikan agar overthinking tidak berubah menjadi rasa insecure. Caranya adalah dengan mengenali potensi diri sendiri agar nantinya dapat memberikan manfaat seluas-luasnya.

Berdamai dengan Diri Sendiri

Jadi agar tidak merasa insecure kita harus bisa berdamai dengan diri sendiri dan kembali mengenali diri sendiri sebagai subjek penuh yang Tuhan ciptakan untuk menjadi khalifah di muka bumi.  Dengan begitu, jelas bahwa tugas kita bukan untuk menghamba pada orang lain, melainkan menjalankan peran kita untuk menebar manfaatan kepada semesta.

Selain itu perempuan tidak perlu merasa insecure dengan perempuan lain, karena setiap orang memiiliki potensi masing-masing. Perempuan bisa saling memberikan dukungan untuk kebaikan yang ia lakukan. Women supporting women! []

 

Tags: Keadilan HakikiNgaji KGIOverhinkingperempuanSelf Love
Okta Nurul Hidayati

Okta Nurul Hidayati

Terkait Posts

Narasi Hajar

Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha

6 Juni 2025
Berkurban

Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang

6 Juni 2025
Kekerasan Seksual

Perspektif Heterarki: Solusi Konseptual Problem Maraknya Kasus Kekerasan Seksual di Lembaga Pendidikan Agama  

5 Juni 2025
Kesehatan Akal

Dari Brain Rot ke Brain Refresh, Pentingnya Menjaga Kesehatan Akal

4 Juni 2025
Tubuh yang Terlupakan

Luka Cinta di Dinding Rumah: Tafsir Feminis-Spiritual atas Tubuh yang Terlupakan

3 Juni 2025
Kurban

Kurban Sapi atau Kambing? Tahun Ini Masih Kurban Perasaan! Refleksi atas Perjalanan Spiritual Hari Raya Iduladha

2 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Fikih Ramah Difabel

    Menggali Fikih Ramah Difabel: Warisan Ulama Klasik yang Terlupakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menelusuri Perbedaan Pendapat Ulama tentang Batas Aurat Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tambang Nikel Ancam Kelestarian Alam Raja Ampat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perspektif Heterarki: Solusi Konseptual Problem Maraknya Kasus Kekerasan Seksual di Lembaga Pendidikan Agama  

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha
  • Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang
  • Makna Wuquf di Arafah
  • Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut
  • Aurat Perempuan: Antara Teks Syara’ dan Konstruksi Sosial

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID