• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hukum Syariat

Bagaimana Hukum Memandikan Jenazah Suami Istri?

Imam Nakhai Imam Nakhai
14/04/2020
in Hukum Syariat
0
254
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Saat melayat sahabat yang meninggal, sambil menunggu Mayyit dimandikan, kami mendiskusikan beberapa hal; Satu, Bolehkah Suaminya memandikan janazah Istrinya? Dua. Kalau boleh, apakah jika menyentuhnya bisa membatalkan wudhu’ suami atau istri yang sudah dimandikan dan diwudhu’i itu?

Dan beberapa pertayaan lain seputar “tajhizul mayyit”. Belum sempat menjawab beberapa pertayaan diskusi, ternyata mayyit sudah siap diberangkatkan ke maqam. Tersisalah pertanyaan itu tanpa jawab. Maka saya tulis saja, semoga bermanfaat.

Pertama; Dalam satu hadist yang dikutip An Nawawi dalam kitab al Majmu’, Aisyah istri Nabi yang lagi viral saat ini meriwayatkan; suatu hari Rasulullah kembali dari Baqi’ dan menemukan Istrinya Aisyah sakit kepala, Aisyah berseru “aduh kepalaku”, Rasulullah pun berkata, bahkan aku ya Aisyah “aduh kepalaku”. Rasul melanjutkan seandainya engkau meninggal sebelum aku, niscaya aku akan memandikanmu, mengkafanimu, mensholatimu dan mengkafanimu.

Hadis ini jelas menyatakan; bahwa suami boleh merawat jenazah istrinya, termasuk memandikannya, bahkan suami lebih berhak untuk merawat janazah istrinya dari pada perempuan lainnya. Bagaimana sebaliknya? Dalam kitab induk “al Um” juga disebutkan bahwa istri juga boleh memandikan janazah suaminya? Sekalipun sudah cerai? Ia sekalipun sudah cerai. Sampai kapan? Ada tiga pendapat; pertama, selamanya sekalipun sudah habis Iddahnya, dua: sebelum menikah lagi, dan ketiga sebelum iddahnya berahir.

Kedua; Apakah batal wudu’ nya, baik yang dimandikan maupun yang memandikan?

Baca Juga:

Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan

KB dalam Pandangan Riffat Hassan

Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama

KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

Orang yang meninggal hakikatnya sudah tidak punya beban kewajiban hukum apapun, termasuk batalnya wudhu akibat bersentuhan lain jenis. Jadi ketika janazah sudah disucikan (bahasa masyarakat), maka disentuh oleh siapapun tidak batal wudhunya. Demikian pula wudhu’ orang yang memandikan. Sebab tidak ada dalil yang menyatakan demikian. Sama halnya jika setelah dimandikan keluar najis, sekalipun dari kedua kemaluannya. Sebab si janazah sudah tidak punya beban kewajiban apapun.

Kecuali jika yang memandikan menyentuh kemaluannya, maka batal wudhu yang memandikannya, dan tidak boleh pegang pegang alat kelamin. Dan sebaiknya yang memandikan tidak memegang badannya, sebaiknya mengenakan sarung tangan. Ya hanya sunnah saja. Jadi intinya tidak batal wudhu janazahnya, dan juga yang memandikannya, kecuali ia pegang kemaluannya.

Bagaimana jika ada janazah laki laki tidak punya kerabat laki laki, dan juga tiada kerabat perempuan, serta tidak ada satu laki lakipun disitu? Bolehkah dimandikan oleh perempuan yang bukan mahrom? Dan sebaliknya? Ada dua pendapat, pertama tidak perlu dimandikan melainkan di tayammumi aja. Kedua bolehlah dimandikan oleh perempuan namun tetap dengan “protokol perauratan”, artinya janazahnya ditutup kain, memakai sarung tangan, dan mandikanlah.

Catatan:
Pertama, wudhunya janazah bukan setelah memandikan, melainkan sebelum memandikan. Di sini banyak masyarakat yang keliru.
Kedua, Kalau ada yang bertanya, kok aturannya ribet, sudah meninggal saja masih pakai “protokol per auratan dan permahroman”, jawabnya ya untuk jaga jaga saja, kali masih ada yang kotor pikirannya. Dalam usul fiqih antisipasi semacam ini disebut dengan saddu ad dzariah. Wallahu A’lam. []

Imam Nakhai

Imam Nakhai

Bekerja di Komnas Perempuan

Terkait Posts

Perempuan sosial

Perempuan Bukan Fitnah: Membongkar Paradoks Antara Tafsir Keagamaan dan Realitas Sosial

10 Mei 2025
Sunat Perempuan

Sunat Perempuan dalam Perspektif Moral Islam

2 Mei 2025
Metode Mubadalah

Beda Qiyas dari Metode Mubadalah: Menjembatani Nalar Hukum dan Kesalingan Kemanusiaan

25 April 2025
Kontroversi Nikah Batin

Kontroversi Nikah Batin Ala Film Bidaah dalam Kitab-kitab Turats

22 April 2025
Anak yang Lahir di Luar Nikah

Laki-laki Harus Bertanggung Jawab terhadap Anak Biologis yang Lahir di Luar Nikah: Perspektif Maqasid Syari’ah

25 Maret 2025
Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

18 Maret 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version