• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Bagaimana Mewujudkan Slogan NKRI Harga Mati?

Upaya mewujudkan NKRI harga mati tidak dapat dilakukan dengan paksaan atau kekerasan. Sebaliknya, perwujudan dari NKRI harga mati dapat tercapai jika ada hubungan kesalingan dalam kebaikan, kesetaraan, dan kesukarelaan dari individu warga negara

Sulma Samkhaty Maghfiroh Sulma Samkhaty Maghfiroh
09/02/2022
in Personal, Rekomendasi
0
NKRI Harga Mati

NKRI

2.4k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – NKRI harga mati!!! Pekik penuh semangat saat menggemakan slogan ini menjadi penanda bahwa masyarakat Indonesia masih sangat sadar bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah bentuk final dari sistem kebangsaan. Bukan tanpa alasan slogan NKRI yang dicetuskan oleh Mbah Liem, Muslim Rifa’i Imampuro, pendiri pesantren Al-Muttaqien Pancasila Sakti, melainkan karena banyaknya kelompok yang masih tidak sepakat dengan NKRI sebagai bentuk negara dan Pancasila sebagai dasarnya.

Aku pernah membaca hasil muktamar NU ke-31 di Boyolali, yang menyebutkan sebab hilangnya komitmen  kebangsaan, yakni dampak negatif globalisasi serta kebebasan berpendapat dan ekspresi tanpa batas. Dimana keduanya mengakibatkan munculnya gerakan separatisme, radikalisme, konflik SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan) yang jelas-jelas mengancam keutuhan NKRI. Bagaimana tidak, maraknya dehumanisasi dan tergesernya nilai-nilai sosial di masyarakat jelas menjadi bukti bahwa globalisasi membawa dampak negatif pada kehidupan berkebangsaan bagi kita semua.

Belum lagi gerakan separatisme seperti yang saat ini masih terus ada dan dilakukan oleh OPM di Papua. Lalu gerakan radikalisme mendukung terbentuknya negara khilafah yang diusung oleh organisasi terlarang HTI, yang kini telah dibubarkan oleh pemerintah. Hingga kasus terbaru tentang ujaran kebencian yang berbau SARA, merupakan bukti nyata bahwa kebebasan berpendapat dan berekspresi digunakan dengan sangat liar seolah tidak ada batasan di sana. Jelas kesemuanya itu sangat merongrong keutuhan NKRI sebagai sebuah negara berdaulat. Lantas bagaimana agar slogan NKRI harga mati dapat diwujudkan?

Menurutku, upaya mewujudkan NKRI harga mati tidak dapat dilakukan dengan paksaan atau kekerasan. Sebaliknya, perwujudan dari NKRI harga mati dapat tercapai jika ada hubungan kesalingan dalam kebaikan, kesetaraan dan kesukarelaan dari individu warga negara. Sehingga solidaritas sosial dan solidaritas kebangsaan pada NKRI dapat terwujud dengan penuh kedamaian.

Salah satu rekomendasi KUPI (Kongres Ulama Perempuan Indonesia) kepada masyarakat adalah untuk senantiasa mengamalkan nilai-nilai keislaman, kebangsaan, dan kemanusiaan dalam lingkup keluarga maupun masyarakat, serta mewaspadai segala paham keagamaan dan organisasi sosial yang akan merusak tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Baca Juga:

Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

Rekomendasi KUPI sudah sangat ideal untuk mewujudkan slogan cetusan Mbah Liem “NKRI Harga Mati”. Hal ini karena KUPI senantiasa berpegang pada visi besar Islam yang menjadi rahmat bagi semesta, dan misi Rasulullah Muhammad Saw yang menyempurnakan akhlak mulia. NKRI harga mati, adalah rahmat bagi semesta, karena utuhnya NKRI menjadi bukti bahwa Indonesia tidak mentolerir hal-hal yang bersifat separatis, radikal, dan merendahkan SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan) tertentu.

NKRI harga mati hanya dapat diwujudkan dengan perilaku mulia, sarat kesalingan baik antara laki-laki dan perempuannya, negara dengan warganya, aparat dengan sipilnya, dimana kesemua ini telah terangkum dalam misi Rasulullah, yakni menyempurnakan akhlak mulia.

Bagiku, Rekomendasi KUPI juga sangat sejalan dengan firman Allah SWT pada surat Ali Imran ayat 103, yang artinya:

“Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk”.

Ayat ini jelas menunjukkan bahwa Allah memerintahkan hamba-Nya untuk bersatu, saling bersaudara dan tidak bercerai berai. Maka utuhnya NKRI sudah sejalan dengan firman Allah SWT.

Tidak hanya sampai di situ, bahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Rasulullah Muhammad Saw berwasiat kepada umatnya agar menghindari perpecahan, bahkan dalam wasiatnya, Rasulullah mengatakan bahwa barang siapa yang menginginkan kemakmuran surga, hendaknya ia mengikuti jama’ah.

Bukankah ini makin menjelaskan bahwa dalam misi besar Rasulullah Saw perpecahan, permusuhan, yang ada dalam sikap separatis dan radikalis adalah hal yang dilarang, bahkan bagi yang menginginkan kemakmuran surga, hendaknya mengikuti jama’ah.

NKRI adalah jama’ah dengan beragam suku, agama, budaya dan bahasa, yang rentan akan perselisihan, permusuhan, hingga perpecahan. Namun bukan berarti NKRI harga mati tidak dapat terwujud, karena selama setiap individu dari warga negara masih memiliki empati, kesalingan dalam kebaikan, dan toleransi, maka perdamaian, persatuan, dan keutuhan NKRI bukanlah hal yang mustahil untuk diwujudkan. NKRI Harga mati tidak hanya terhenti dalam pekik slogan saja, namun terwujud dalam kehidupan yang nyata. []

Tags: IndonesiaislamNKRItanah airWawasan Kebangsaan
Sulma Samkhaty Maghfiroh

Sulma Samkhaty Maghfiroh

Penulis Merupakan Anggota Komunitas Puan Menulis, dan berasal dari Ungaran Jawa Tengah

Terkait Posts

Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Noble Silence

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version