Mubadalah.id – “Puluhan Siswi di Salah Satu SMA Negeri Pekalongan Diduga Jadi Korban Pelecehan Oleh Guru BK”, begitu kira-kira judul berita yang saya baca dari akun Instagram @pekalonganinfo. Ini adalah gambaran ketika guru yang seharusnya digugu dan ditiru malah menjadi pelaku dan merusak masa depan muridnya sendiri.
Selain berita tersebut, belum lama ini juga sosial media ramai dengan video asusila antara guru dan murid. Video tersebut menuai berbagai macam komentar netizen.
Satu hal yang membuat saya prihatin atas dua peristiwa di atas adalah tanggapan netizen yang sering kali menyalahkan korban (siswa). “Halah suka sama suka itu”. Atau yang lebih parah “Guru BK nya pasti ganteng makanya mau dilecehin wkwk”, jujur saya hanya bisa geleng-geleng kepala membaca ketikan netizen +62 ini.
Untuk membantah komentar dan pola pikir absurd netizen tersebut, perlu kita pahami bahwa maraknya pelecehan seksual oleh oknum guru tidak terjadi secara tiba-tiba. Namun, bisa jadi pelecehan tersebut melalui proses yang sistematis yakni dengan menggunakan metode child grooming.
Child Grooming Itu Apa?
Child grooming adalah salah satu teknik memanipulasi pikiran anak atau remaja dengan tujuan tertentu seperti eksploitasi dan pelecehan seksual. Dalam kasus yang sudah penulis paparkan di awal, guru BK menggunakan posisinya untuk memanipulasi siswi dengan cara melakukan wawancara secara bergantian.
Pertanyaan wawancara yang seharusnya berkaitan dengan kesehatan sekolah dan pencegahan kenakalan remaja tidak pelaku tanyakan. Siswa justru menerima pertanyaan-pertanyaan menyimpang yakni pertanyaan melanggar privasi dan bersifat seksual. Pendekatan yang guru BK lakukan ini menjadi salah satu ciri bahwa dalam kasus tersebut pelaku (guru BK) melakukan child grooming.
Pada kasus kedua, saya memperoleh informasi bahwasannya siswa hidup sendirian tanpa orang tua. Bisa kita simpulkan bahwa tindakan child grooming oleh pelaku (guru) adalah membangun kepercayaan korban dengan memberi perhatian ekstras, hadiah, atau bahkan janji-janji
Akan sangat berbahaya lagi, karena melalui child grooming pelaku dapat mengontrol hubungan dengan korban. Perlaku mengendalikan hubungan dengan mendorong korban yakni anak atau remaja untuk merahasiakan interaksi mereka.
Dampak Child Grooming
Melansir dari halodoc, child grooming membawa dampak yang tidak main-main. Korban dari tindakan ini dapat membawa trauma yang mendalam akibat pelecehan seksual bahkan hingga mereka dewasa.
Selain trauma, korban dari bahaya child grooming memiliki resiko masalah psikologis yakni depresi dan gangguan kecemasan. Dampak lainnya juga korban kehilangan rasa percaya diri dan melakukan isolasi sosial.
Pencegahan yang Bisa Dilakukan
Dampak negatif yang mengincar korban child grooming tidak bisa kita sepelekan begitu saja. Oleh karena itu butuh pencegahan efektif lewat kerja sama banyak pihak. Adapun pencegahan tersebut antara lain:
Pertama, peningkatan kesadaran dan edukasi; yakni berkaitan dengan edukasi mengenai pendidikan seksual, keksetaraan gender dan juga child grooming untuk siwa, tenaga pendidik bahkan orang tua.
Kedua, pengawasan ketat kebijakan sekolah; yakni berkaitan dengan implementasi kebijakan yang lebih tegas untuk mencegah iteraksi tidak pantas antara guru dan murid.
Ketiga, penyediaan tempat pelaporan dan dukungan; yakni pemberian ruang aman bagi korban untuk melapor dan mendukung mereka secara psikologis. Pada salah satu kasus di atas, sekolah sebegai lembaga pendidikan justru melindungi pelaku dan terksesan menutup-nutupi kasus sehingga memakan banyak korban pelecehan.
Bahaya Child grooming yang mengarah pada pelecehan seksual bisa siapapun lakukan, kapanpun dan di manapun. Bahkan oleh sosok yang harusnya digugu dan ditiru pada lembaga pendidikan formal. Setelah melihat dua kasus di atas, sudah menjadi tugas kita bersama untuk melindungi korban dan mengawal kasus ini sampai tuntas. []