Sabtu, 15 November 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    silent revolution

    Prof. Alimatul Qibtiyah Sebut Silent Revolution sebagai Wajah Gerakan Perempuan Indonesia

    Alimat

    Alimat Teguhkan Arah Gerakan Perempuan Lewat Monev Sosialisasi Pandangan Keagamaan KUPI tentang P2GP

    mahasiswa dan diaspora Indonesia di Sydney

    Mahasiswa dan Diaspora Indonesia di Sydney Tolak Soeharto Jadi Pahlawan Nasional

    Soeharto

    Menolak Gelar Pahlawan: Catatan Hijroatul Maghfiroh atas Dosa Ekologis Soeharto

    Pahlawan Soeharto

    Ketua PBNU hingga Sejarawan Tolak Gelar Pahlawan Soeharto, Dosanya Besar bagi NU dan Masyarakat

    Disabilitas

    Di UNIK Cipasung, Zahra Amin: Jadikan Media Digital Ruang Advokasi bagi Penyandang Disabilitas

    Bagi Disabilitas

    Rektor Abdul Chobir: Kampus Harus Berani Melahirkan Gagasan Inklusif bagi Penyandang Disabilitas

    Fondasi Utama Fiqh al-Murunah

    4 Fondasi Utama Fiqh al-Murunah

    Fiqh al-Murunah bagi

    Fiqh al-Murunah: Menakar Azimah dan Rukhsah dari Pengalaman Difabel

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Pendidikan Perempuan Rahmah el-Yunusiyah

    Strategi Rahmah El-Yunusiyah Memajukan Pendidikan Perempuan

    Kontroversi Gus Elham

    Kontroversi Gus Elham: Dakwah dan Gelombang Reaksi Publik

    Rahmah el-Yunusiyah sudah

    Jika Rahmah el-Yunusiyah Sudah Memulai Sejak 1900, Mengapa Kita Masih Berdebat Soal Pendidikan Perempuan?

    Memandang Disabilitas

    Menata Ulang Cara Kita Memandang Disabilitas

    Rahmah el-Yunusiyah

    Ketika Rahmah El-Yunusiyah Memulai Revolusi Pendidikan Perempuan

    Rahmah el-Yunusiyah

    Pentingnya Menjaga Warisan Rahmah El-Yunusiyah bagi Generasi Hari Ini

    Rahmah el-Yunusiyah

    Rahmah El-Yunusiyah: Perempuan Indonesia yang Mengubah Kebijakan Al-Azhar

    Berdayakan Penyandang Disabilitas

    Akhiri Stigma, Hentikan Bullying, dan Berdayakan Penyandang Disabilitas

    Energi Terbarukan

    Mengapa Energi Terbarukan dari Panel Surya hingga Bobibos Masih Belum Jadi Prioritas Negara?

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    Surga

    Ketika Surga Direduksi Jadi Ruang Syahwat Laki-Laki

    Perempuan Lebih Rendah

    Ketakwaan Perempuan Tidak Lebih Rendah dari Laki-laki

    Keterbukaan Rumah Tangga

    Keterbukaan Adalah Kunci Utama Keharmonisan Rumah Tangga

    Keterbukaan

    Pentingnya Sikap Saling Keterbukaan dalam Rumah Tangga

    Rumah Tangga dalam

    Mencegah Konflik Kecil Rumah Tangga dengan Sikap Saling Terbuka dan Komunikasi

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    silent revolution

    Prof. Alimatul Qibtiyah Sebut Silent Revolution sebagai Wajah Gerakan Perempuan Indonesia

    Alimat

    Alimat Teguhkan Arah Gerakan Perempuan Lewat Monev Sosialisasi Pandangan Keagamaan KUPI tentang P2GP

    mahasiswa dan diaspora Indonesia di Sydney

    Mahasiswa dan Diaspora Indonesia di Sydney Tolak Soeharto Jadi Pahlawan Nasional

    Soeharto

    Menolak Gelar Pahlawan: Catatan Hijroatul Maghfiroh atas Dosa Ekologis Soeharto

    Pahlawan Soeharto

    Ketua PBNU hingga Sejarawan Tolak Gelar Pahlawan Soeharto, Dosanya Besar bagi NU dan Masyarakat

    Disabilitas

    Di UNIK Cipasung, Zahra Amin: Jadikan Media Digital Ruang Advokasi bagi Penyandang Disabilitas

    Bagi Disabilitas

    Rektor Abdul Chobir: Kampus Harus Berani Melahirkan Gagasan Inklusif bagi Penyandang Disabilitas

    Fondasi Utama Fiqh al-Murunah

    4 Fondasi Utama Fiqh al-Murunah

    Fiqh al-Murunah bagi

    Fiqh al-Murunah: Menakar Azimah dan Rukhsah dari Pengalaman Difabel

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Pendidikan Perempuan Rahmah el-Yunusiyah

    Strategi Rahmah El-Yunusiyah Memajukan Pendidikan Perempuan

    Kontroversi Gus Elham

    Kontroversi Gus Elham: Dakwah dan Gelombang Reaksi Publik

    Rahmah el-Yunusiyah sudah

    Jika Rahmah el-Yunusiyah Sudah Memulai Sejak 1900, Mengapa Kita Masih Berdebat Soal Pendidikan Perempuan?

    Memandang Disabilitas

    Menata Ulang Cara Kita Memandang Disabilitas

    Rahmah el-Yunusiyah

    Ketika Rahmah El-Yunusiyah Memulai Revolusi Pendidikan Perempuan

    Rahmah el-Yunusiyah

    Pentingnya Menjaga Warisan Rahmah El-Yunusiyah bagi Generasi Hari Ini

    Rahmah el-Yunusiyah

    Rahmah El-Yunusiyah: Perempuan Indonesia yang Mengubah Kebijakan Al-Azhar

    Berdayakan Penyandang Disabilitas

    Akhiri Stigma, Hentikan Bullying, dan Berdayakan Penyandang Disabilitas

    Energi Terbarukan

    Mengapa Energi Terbarukan dari Panel Surya hingga Bobibos Masih Belum Jadi Prioritas Negara?

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    Surga

    Ketika Surga Direduksi Jadi Ruang Syahwat Laki-Laki

    Perempuan Lebih Rendah

    Ketakwaan Perempuan Tidak Lebih Rendah dari Laki-laki

    Keterbukaan Rumah Tangga

    Keterbukaan Adalah Kunci Utama Keharmonisan Rumah Tangga

    Keterbukaan

    Pentingnya Sikap Saling Keterbukaan dalam Rumah Tangga

    Rumah Tangga dalam

    Mencegah Konflik Kecil Rumah Tangga dengan Sikap Saling Terbuka dan Komunikasi

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Buku

Belajar dari Kemurtadan Perempuan; Refleksi Buku Biografi Ayaan Hirsi Ali (Part I)

Hijroatul Maghfiroh Hijroatul Maghfiroh
31 Juli 2020
in Buku, Pernak-pernik
0
Belajar dari Kemurtadan Perempuan; Refleksi Buku Biografi Ayaan Hirsi Ali (Part I)

Ilustrasi: mubadalah

170
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Konsep Islam yang adil dan anti kekerasan ternyata tidak begitu saja diterima dan dirasakan oleh umat manusia, bahkan tidak oleh muslim itu sendiri. Adalah Ayaan Hirsi Ali, muslimah Somalia yang memilih meninggalkan Islam setelah mengalami dan menyaksikan pengalaman-pengalaman buruk sebagai perempuan muslim, setidaknya dari pengalaman sunat perempuan, rasisme, dan kekerasan terhadap perempuan. Tulisan ini mengulas perjalanan Ayaan Hirsi Ali dari seorang muslimah menjadi perempuan yang begitu membenci Islam.

Praktik sunat perempuan di Somalia, sebagaimana di negara-negara Afrika lainnya, tidak hanya dilakukan secara simbolik dengan ‘netesi’ klitoris seperti yang dipraktikkan masyarakat di beberapa tempat di Jawa (dahulu kala). Sunat perempuan di negara yang mayoritas penduduknya muslim itu dilakukan dengan memotong klitoris, bahkan ada yang hingga habis. Praktik tersebut dilakukan ketika anak perempuan memasuki usia lima tahun, saat klitoris dan labium anak diyakini mulai membentuk ke luar.

Ayaan Hirsi Ali masih berusia lima tahun, sementara adik perempuannya, Haweya, dua tahun lebih muda, ketika neneknya ‘memaksa’ mereka untuk sunat. Di sekolah ‘madrasah’-nya (Quran School) perempuan seusia Ayaan yang belum sunat banyak mendapatkan bullying dari teman-teman sebayanya dengan mendapat sebutan ‘Kintirleey’ – perempuan dengan klitoris–, termasuk juga Ayaan. Ayaan dan adiknya pun disunat oleh juru sunat tradisonal keliling. Mula-mula klitorisnya dipotong, lalu darah segar pun mengalir.Umumnya, seluruh area sekitar klitoris dijahit rapat, hanya menyisakan sedikit lubang untuk air kencing.

Jangan tanya bagaimana perihnya, mendengarnya saja sudah ngilu. Maka pantas jika Ayan dan adiknya mengalami demam tinggi dan kesakitan. Ayaan butuh waktu dua minggu untuk pulih, sementara adiknya harus menanggung derita yang lebih panjang karena bagian vitalnya harus dijahit ulang setelah jahitan sebelumnya robek. Meski begitu, Ayaan dan adiknya termasuk beruntung, banyak perempuan muda yang mati baik selagi maupun setelah sunat berlangsung, ataupun kesakitan yang berkepanjangan karena komplikasi dan penyakit turunan yang ditimbulkan.

Praktik sunat perempuan memang lebih tua dari Islam, tidak semua muslim melakukannya, dan hanya sedikit non-muslim yang mempraktikkan. Tetapi menurut Ayaan, di Somalia praktik ini selalu dijustifikasi atas nama Islam. Perempuan yang tidak disunat akan distigma mudah dirasuki setan, selalu diliputi kejahatan dan kehancuran, serta menjadi perempuan ‘jalang’. Sayangnya, para pemuka Islam (imam) di sana tidak pernah melarang praktik sunat perempuan, mereka justru melanggengkannya dengan menganggap praktik ini sebagai cara menjaga kesucian.

Pengalaman traumatik atas sunat perempuan itulah yang menjadi pemicu awal apatisme Ayaan terhadap Islam, ditambah lagi dengan rentetan peristiwa dan masalah yang ia hadapi dan disaksikannya langsung mendorongnya mantap meninggalkan Islam.

Momen-Momen Negatif

Selain sunat perempuan yang cukup traumatik, pengalaman rasisme yang dialami dan disaksikan Ayaan Hirsi Ali juga memicunya ‘mempertanyakan’ Islam. Ayaan dan keluarganya bermigrasi ke Saudi Arabia setelah mengalami kehidupan berliku di Somalia. Di negara yang sangat diagungkan oleh ibunya sebagai negara Allah itu, ia justru mendapatkan panggilan ‘abid’ atau budak dari teman-teman sekolah Qur’annya yang kesemuanya berkulit putih.

Di Saudi, mencela Yahudi adalah hal lumrah, segala hal buruk yang terjadi pada seseorang ataupun sesuatu akan selalu dinisbatkan kepada ‘Yahudi’. Padahal seperti halnya Ayaan, mereka pun belum pernah bertemu langsung dengan orang Yahudi. Tidak hanya Yahudi yang menjadi bahan olok-olok, non-muslim lainnya pun mendapat stigma buruk sebagai kotor dan najis oleh masyarakat muslim Saudi, termasuk oleh ibu Ayaan, Asya artan.

Karenanya, ketika Hirsi Magan Isse, Ayahnya, yang seorang pelarian politik Somalia dideportasi oleh kerajaan Saudi, Ibunya menolak keras untuk pindah ke Ethiopia. Tetapi tidak ada pilihan lain, mereka harus tinggal di negara “kufr”, begitu ibunya menyebut.

Di Ethiopia, tepatnya di kota Adis Ababa, untuk pertama kali Ayaan bertemu dengan non-muslim, Kiristaan (Kristen), mereka adalah teman-teman sekolah yang menyenangkan, dia bahkan langsung mendapatkan teman di hari pertamanya sekolah. Di negara yang sangat dibenci ibunya itu, dia justru merasa bebas.

Meskipun Ethiopia negara miskin, tapi bagi Ayaan, orang-orangnya sangat baik, guru-gurunya jarang menghukum, dan ia bebas berlarian, bebas memiliki teman laki-laki maupun perempuan, tidak seperti sekolahan di Saudi yang ,  memiliki peraturan sangat ketat, sedikit-sedikit ‘haram’.

Hanya sekitar satu tahun Ayaan dan keluarganya tinggal di Ethiopia. Kondisi politik yang kian tidak menentu memaksa Ayahnya untuk memindah keluarganya ke Nairobi, Kenya. Walaupun sang ibu bersikeras untuk pindah kembali ke negara muslim. Bagi sang Ibu Kenya adalah negara ‘unbeliever’, ia meyakinkan anak-anaknya bahwa orang-orang Kenya itu kotor, menjijikan, dan bisa menginfeksi penyakit yang menyeramkan.

Perempuan yang pernah tinggal di Kuwait pada perkawinan pertamanya ini menyebut orang Kenya sebagai “abid”–panggilan yang pernah disematkan teman-teman Saudinya kepada Ayaan dan adiknya–, ‘dhagah’ (batu), dan panggilan buruk lainnya yang ia sematkan kepada ‘kafir’ (Kenya).

Di Kenya, Ayaan melanjutkan sekolah di sekolahan perempuan Muslim (Muslim Girls’) yang tidak semua muridnya beragama Islam, separuh dari jumlah muridnya adalah Kenyan (orang-orang Kenya) yang tentu beragama non-Islam; Kristen dan agama lokal (Pagan).

Di sekolah tersebut Ayaan bertemu sister Aziza, guru agama Islam yang sangat ia kagumi. Guru lulusan Mekah dan Madinah tersebut selalu menjelaskan bagaimana menjadi muslim yang baik, juga sering menakut-nakutinya dengan cerita surga dan neraka, serta cerita musuh umat Islam yang di antaranya adalah Yahudi, yang digambarkannya sebagai monster terjahat.

Sebagai murid yang sangat mengagumi gurunya, Ayaan mengikuti nasihat sang guru untuk mengajak teman-temanya yang non-muslim menjadi muslim. Tetapi teman-temannya dengan halus dan argumentatif menolak ajakan Ayaan. Ayaan menceritakan hal ini kepada sister Azizah, sang guru mengatakan bahwa teman-temannya adalah orang-orang yang merugi; yang kelak akan disiksa di api neraka.

Di situlah Ayaan merasa bimbang; apakah benar teman-temannya  yang baik akan disiksa begitu saja di neraka hanya karena menolak menjadi muslim seperti halnya dia yang menolak menjadi Kristen?, lalu di mana sifat kasih sayng Allah?

di usia yang belum genap sepuluh tahun, Ayaan sudah mengalami dilema rasisme. Di satu sisi, Ia menjadi korban rasisme oleh teman-temannya di Saudi, tetapi di sisi lain, Ibu dan guru agama idolanya yang keislamannya dianggap sangat taat, justru ‘mendidik’-nya dengan bahasa-bahasa rasis untuk membenci agama lain.

Pengalaman negatif lain yang paling memengaruhinya meninggalkan Islam adalah trauma pengekangan dan kekerasan perempuan yang ia saksikan dan bahkan alami langsung. Misalnya ketika pertama kali mendarat di Saudi Arabia, Ayaan menyaksikan bagaimana Ibunya sangat histeris ketika pihak imigrasi melarangnya masuk ke Saudi hanya gara-gara tanpa laki-laki yang mendampinginya. Saat itu, sang ayah masih di Ethiopia, menunggu waktu yang tepat untuk menyusulnya ke sana. Beruntung, mereka diizinkan masuk ke Saudi setelah salah satu keluarga laki-laki menjemputnya di bandara.

Di Saudi Arabia, hampir tidak ada perempuan yang bepergian seorang diri, termasuk berbelanja di toko atau supermarket. Sang Ibu yang harus mengurus urusan rumah tangga seorang diri karena Ayah sangat sibuk dengan urusan politik kerap menerima perlakuan buruk dari para pedagang yang menyepelakan dan mengacuhkannya.

Masih tentang pengalamannya ketika tinggal di Saudi, Ayaan sering menjumpai tetangganya secara regular dipukuli suami. Ayahnya Ayaan yang tidak pernah melakukan kekerasan fisik kepada ibunya hanya berkomentar, “Stupid bully, like all the Saudis” (perisak bodoh, sama seperti orang Saudi lainnya).

Hirsi Magan yang merupakan lulusan Colombia University – Amerika, memang tidak pernah melakukan kekerasan fisik kepada Istrinya. Tetapi bagi Ayaan, Ayahnya yang menganggap Islam sebagai penyelamat Somalia justru berulang kali melakukan kekerasan psikis kepada perempuan. Laki-laki pendiri SSDF (Somali Salvation Democratic Front) ini menikahi Ibunya ketika masih dalam ikatan perkawinan dengan istri pertamanya yang masih tinggal di Amerika dengan anak balitanya.

Sementara ketika bersama Ibunya, Ayahnya tidak pernah sekalipun membantu urusan rumah tangga meskipun ibunya kewalahan harus melayani ayah dan teman-teman politiknya yang selalu bertandang ke rumah. Puncaknya, sang Ibu yang dibekap dengan pekerjaan rumah tangga itu memilih memutus hubungan dengan ayahnya yang kemudian pindah ke Ethiopia dan menikahi perempuan lain di sana. Tidak berhenti sampai di situ, ayahnya kemudian kembali lagi ke Kenya dan meninggalkan istri ketiga beserta anak tunggalnya di Ethiopia. Praktik perkawinan semacam itu sangat umum dilakukan di Somalia yang hampir 90% lebih berpenduduk muslim.

Di usia remaja, Ayaan mengalami kekerasan fisik yang membuatnya harus dirawat dua belas hari di rumah sakit di Kenya. Tulang rusuknya patah setelah dianiaya oleh guru ngajinya (ma’alim) hanya karena perempuan malang ini sedang malas mengaji. Saat beranjak dewasa, dia semakin lebih sering mendengarkan dan menyaksikan kekerasan fisik yang dialami perempuan.

Ayaan mendapatkan cerita bagaimana seorang perempuan dicerai begitu saja hanya karena ketika malam pertama perkawinan tidak mengalami pendarahan. Ia juga menerima curhat dari saudara perempuannya yang baru menikah, bahwa hubungan seks dalam perkawinan adalah sesuatu yang sangat menyakitkan. Laki-laki tidak mempedulikan bagaimana perempuan merasakan sakit yang luar biasa ketika berusaha merobek jahitan sunat perempuannya.

Puncaknya ketika perang saudara yang sangat mengerikan pecah di Somalia, Ayaan menyaksikan krisis kemanusiaan paling buruk di dunia tepat di depan matanya; pembakaran manusia hidup-hidup, kematian anak-anak di pangkuan orang tuanya, dan yang mengerikan dalam situasi mencekam itu adalah perempuan-perempuan yang harus menderita, bahkan hingga meregang nyawa karena pemerkosaan yang bahkan terjadi di kamp-kamp pengungsian.

Sayangnya praktik-praktik kekerasan tersebut, kalaupun tidak semuanya dilakukan atas nama Islam, ‘didiamkan’ oleh orang-orang muslim, bahkan oleh para imam. Ayaan sempat bergabung dengan kelompok-kelompok revivalis Islam, bahkan membaca buku-buku Hasan Al Bana dan Sayyid Qutb yang saat itu popular di kalangan kelompok Islam di Kenya maupun Somalia.

Dari mereka Ayaan mendapati ‘moral confusion’; di satu sisi kelompok-kelompok Islam yang ia ikuti cukup aktif mempropagandakan Islam sebagai jalan keluar untuk masalah moral, di sisi lain ia mendapati banyak dari mereka adalah pelaku ‘kekerasan’ kepada perempuan. (Bersambung).

*) Sumber tulisan https://neswa.id/artikel/belajar-dari-kemurtadan-perempuan-refleksi-buku-biografi-ayaan-hirsi-ali-part-i/

Tags: afrikaagamaapatishirsi aliislamkekerasankemanusiaanmoralmurtadmuslimnon muslimperempuanstigmasunat perempuanYahudi
Hijroatul Maghfiroh

Hijroatul Maghfiroh

Saat ini sedang menempuh studi di bidang Sustainability and Environmental Studies di Macquarie University, Australia. Ia adalah pendiri Eco-Peace Indonesia, sebuah inisiatif lintas iman untuk pendidikan lingkungan bagi generasi muda. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Program Manager Lingkungan dan Perubahan Iklim di LPBI-PBNU (2010–2022). Selain itu, ia juga penulis buku Dakwah Ekologi: Panduan Penceramah Agama tentang Akhlak pada Lingkungan

Terkait Posts

Pendidikan Perempuan Rahmah el-Yunusiyah
Publik

Strategi Rahmah El-Yunusiyah Memajukan Pendidikan Perempuan

15 November 2025
Rahmah el-Yunusiyah sudah
Publik

Jika Rahmah el-Yunusiyah Sudah Memulai Sejak 1900, Mengapa Kita Masih Berdebat Soal Pendidikan Perempuan?

15 November 2025
Memandang Disabilitas
Publik

Menata Ulang Cara Kita Memandang Disabilitas

15 November 2025
Rahmah el-Yunusiyah
Publik

Ketika Rahmah El-Yunusiyah Memulai Revolusi Pendidikan Perempuan

14 November 2025
Film Pangku
Film

Film Pangku: Kasih Ibu yang Tak Pernah Sirna

14 November 2025
Rahmah el-Yunusiyah
Publik

Rahmah El-Yunusiyah: Perempuan Indonesia yang Mengubah Kebijakan Al-Azhar

14 November 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Rahmah el-Yunusiyah

    Rahmah El-Yunusiyah: Perempuan Indonesia yang Mengubah Kebijakan Al-Azhar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Pangku: Kasih Ibu yang Tak Pernah Sirna

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Teruslah Bodoh Jangan Pintar: Antara Cacat Moral dan Disabilitas Fisik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Menjaga Warisan Rahmah El-Yunusiyah bagi Generasi Hari Ini

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Rahmah El-Yunusiyah Memulai Revolusi Pendidikan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Strategi Rahmah El-Yunusiyah Memajukan Pendidikan Perempuan
  • Kontroversi Gus Elham: Dakwah dan Gelombang Reaksi Publik
  • Jika Rahmah el-Yunusiyah Sudah Memulai Sejak 1900, Mengapa Kita Masih Berdebat Soal Pendidikan Perempuan?
  • Menata Ulang Cara Kita Memandang Disabilitas
  • Ketika Rahmah El-Yunusiyah Memulai Revolusi Pendidikan Perempuan

Komentar Terbaru

  • Refleksi Hari Pahlawan: Tiga Rahim Penyangga Dunia pada Menolak Gelar Pahlawan: Catatan Hijroatul Maghfiroh atas Dosa Ekologis Soeharto
  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID