Mubadalah.id – Benarkah feminisme dari Barat? Pertanyaan ini berulang kali ditanyakan. Untuk jawaban tersebut, Editor buku Menjadi Feminis Muslim, Nina Nurmila mengatakan feminis jika dilihat secara nama dan istilah, memang merupakan produk barat.
Akan tetapi, lebih laniut kata Nina, jika dilihat secara definisi, feminis itu sebetulnya bisa menjadi produk global maupun lokal.
“Feminisme seringkali dianggap sebagai produk dari barat, ya, memang istilahnya dari barat tetapi sebetulnya secara definisi feminisme pada saat yang sama bisa global dan lokal,” kata Nina, saat memberikan sambutan dalam lauching buku Menjadi Feminis Muslim, pada Sabtu, 2 April 2022.
“Hanya nama dan istilah saja dari barat tapi sebetulnya esensi dan subtansi feminis itu adalah lokal,” sambungnya.
Nina mencontohkan jika feminisme itu bersifat global, artinya dibelahan dunia manapun ketika ada gerakan yang memperjuangkan hak-hak perempuan, itu feminis.
Begitu juga lokal, lanjut kata Nina, di Indonesia gerakan feminis bisa dilihat dari tulisan-tulisan Raden Ajeng Kartini, kemudian ada juga Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI), lalu banyak teman-teman yang sedang memperjuangkan Rancangan Undang-undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (RUU TPKS), itu semua merupakan gerakan feminis.
Jadi feminis itu, kata dia, secara esensi dan subtansi bisa lokal dan global.
“Dia global dalam arti semua perjuangan di dunia ini, diberbagai belahan dunia ini, untuk memberikan hak-hak kepada perempuan itu dinamakan feminisme tapi bentuknya berbeda-beda,” ucapnya.
“Di Indonesia sendiri gerakan itu bisa dilihat dari tulisan Kartini, kemudian kongres-kongres ulama perempuan Indonesia, sampai sekarang ini, teman-teman di DPR sedang memperjuangkan undang-undang TPKS betul-betul sukses dan disahkan pada tahun ini,” tambahnya.
Nabi Muhammad Sosok Feminis
Ulama perempuan itu juga menyampaikan, bahwa gerakan feminis itu sebetulnya sudah ada zaman Nabi Muhammad Saw.
Nabi Muhammad, kata Nina, Beliau adalah feminis sejati, Beliau lah yang memulai gerakan yang memperjuangkan hak-hak perempuan, bahkan diperintahkan langsung oleh Allah SWT.
“Tapi dari segi realitas perjuangan dan sebagainya berbeda, misalnya tentang perjuangan feminisme ketika Nabi Muhammad memperjuangkan hak-hak perempuan dengan berdasarkan wahyu, itu juga perjuangan feminisme tapi istilah feminisme itu belum ada,” tegasnya.
Demikian penjelasan terkait benarkah feminisme dari Barat? Semoga bermanfaat. (Baca juga:Wacana Feminisme Muncul dari Pesantren)