• Login
  • Register
Selasa, 3 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Berikan Ruang Anak Muda Dalam Membangun Kotanya

Dominasi usia muda saat ini harusnya bisa kita manfaatkan untuk mengajak anak muda dalam pembangunan kota di daerahnya masing-masing

Efrial Ruliandi Silalahi Efrial Ruliandi Silalahi
29/03/2023
in Publik, Rekomendasi
0
Ruang Anak Muda

Ruang Anak Muda

1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Demografis Indonesia didominasi oleh kelompok usia yang tergolong muda. 60% dari total populasi Indonesia datang dari kelompok millennial, Gen Y, dan Gen Z. Di ibu kota pun data tersebut linier. Dengan total lebih dari 10 juta warga yang tinggal maupun beraktivitas harian di Jakarta misalnya. 35 persennya datang dari kelompok usia 20-40 tahun.

Dominasi usia muda saat ini harusnya bisa kita manfaatkan untuk mengajak anak muda dalam pembangunan kota di daerahnya masing-masing. Maka suatu keharusan kita memberikan ruang anak muda dalam membangun kotanya.  Menurut Prof. Slamet Iman Santoso keadaan masyarakat di masa mendatang adalah refleksi atas apa yang masyarakat lakukan dan pelajari di waktu mudanya.

Partisipasi Anak Muda Membangun Kotanya

Lalu, bagaimana kemudian agar sebuah kota/kabupaten bisa membentuk komunitas anak muda yang partisipatif? Setidaknya, ada beberapa agenda penting untuk membangun dan menumbuhkan kesadaran tersebut. Di antaranya pertama, perlu adanya ruang publik. Taman, museum, perpustakaan, lapangan olahraga, dan ruang kolektif untuk memfasilitasi aktivitas sosial baik fisik maupun kreativitas.

Kedua, dengan menciptakan narasi/tema berjiwa muda. Narasi akan keterbukaan pemerintah terhadap peran anak muda pada suatu kota, seperti yang dilakukan Bandung, Jawa Barat. Ketiga, perlunya inisiatif kolektif, dengan komunitas informal yang didesain untuk stimulasi ide kreatif dan mendorong partisipasi dalam konsep Smart City (Kota Pintar).

Menurut laporan yang berjudul “The Role of Jakarta Youth in Jakarta Development” oleh Muhammad Faisal, perencanaan sebuah kota penting untuk melibatkan anak muda dengan konsep yang kolaboratif. Salah satu cara untuk mendorong anak muda tertarik untuk ikut ambil peran adalah dengan menyediakan fasilitas seperti ruang publik, narasi kota yang suportif pada anak muda, hingga inisiatif-inisiatif kolektif bagi anak muda.

Baca Juga:

Kurban Sapi atau Kambing? Tahun Ini Masih Kurban Perasaan! Refleksi atas Perjalanan Spiritual Hari Raya Iduladha

Ketika Perempuan Diberikan Ruang untuk Ndarus Al-Qur’an

Dilema Usia 25 Tahun: Gapapa, Tidak Ada yang Terlambat

Beberapa Catatan untuk Kaum Muda yang Tengah Pacaran

Peran dan partisipasi aktif anak muda, pemerintah serta pemangku kepentingan bisa memulainya dengan mempertimbangkan beragam aspek kehidupan yang mereka butuhkan. Tidak hanya terkait dengan pekerjaan, namun juga kehidupan yang layak, dan kesempatan untuk berkreasi. Ketika peran anak muda meningkat lewat partisipasi dan kolaborasi, maka bonus demografi muda Indonesia saat ini akan menjadi kunci sukses transformasi kota/kabupaten di Indonesia ke arah yang lebih baik.

Perlunya Membangun Ruang Kolektif

Bila ada pertanyaan, di mana ruang kolektif anak muda di kotamu? Tentu akan merujuk pada suatu tempat, atau mungkin saja belum ada. Memang agak sulit untuk menunjuk satu tempat spesifik yang langsung ada top of mind (dalam pikiran) kita untuk ini. Oleh karena itu, perlu ada dialog pemangku kepentingan yang sudah berlangsung. Ada inisiatif yang datang untuk menghadirkan ruang kolektif anak muda atau ruang hybrid di level RT/RW bagi anak muda berkegiatan. Potensi ruang hybrid buat anak muda dapat berkreasi dan saling terhubung antar kota satu dengan yang lain.

Inisiatif untuk membangun dan mengembangkan ruang kolektif ini tentunya harus berangkat dari kesadaran anak muda terlebih dahulu. Yakni dengan kebutuhan untuk melakukan segala macam bentuk kreativitasnya. Kemudian melakukan dialog dengan pemangku kepentingan yang fokus utamanya untuk membahas smart people (masyarakat cerdas).

Ruang hybrid merupakan penggabungan antara dalam jaringan (daring) dan luar jaringan (luring) yang akan berfokus pada pengembangan Information and Communication Technology (teknologi sistem informasi) , kewirausahaan, hingga penciptaan lapangan kerja. Tentunya tidak lupa menempatkannya sebagai tempat pelaksanaan kegiatan kebudayaan, pertunjukan, dan aktivitas kreatif lainnya. Harapannya ruang ini bisa menjadi wadah hadirnya forum anak muda yang bisa terlibat langsung dalam pengembangan kota di tempat kita tinggal secara umum.

Lalu untuk memilih lokasinya nanti bagaimana? Bisa saja menggunakan ruang publik seperti museum, taman, atau posyandu, taman bermain hingga balai warga. Sedangkan untuk kegiatan daringnya bisa memulainya dengan memanfaatkan berbagai platform yang ada seperti zoom meeting, google meet atau bila mampu membuat program yang berbasis demikian justru luar biasa, menjadi sebuah kebanggaan bagi kita semua.

Ruang Kolektif Anak Muda

Kenapa ide ini harus muncul? Faktanya saat ini, bahwa ruang kolektif anak muda untuk terlibat langsung dalam kegiatan dan rencana pengembangan kota masih sangat terbatas. Sehingga dengan kita mampu merealisasikannya dan ide ini bisa kita sebarkan dan hadir di setiap kotamu. Tentunya bisa menjembatani semua kreativitas anak muda. Bila ingin berhasil dan berjalan secara berkelanjutan, tentunya membutuhkan dukungan dari semua pihak untuk saling berkolaborasi. Entah itu dari dinas terkait, kampus, organisasi/komunitas hingga anak muda itu sendiri.

Imajinasi saya saat menulis artikel ini, setidaknya ada beberapa aspek penting yang ingin ditonjolkan dari keterlibatan anak muda untuk membangun ruang-ruang kolektif di kotanya untuk menumbuhkan beragam kreatifitas. Di bidang seni dan pertunjukan misalnya dengan melakukan inovasi budaya. Lalu di bidang komunitasnya yakni dengan keterlibatan, keberlanjutan, dan mempromosikan komunitas yang sudah ada.

Di bidang desain dan digital yakni dengan inovasi desain dan digitalisasi. Di bidang kuliner yakni dengan melakukan food sustainability (ketahanan pangan) dan inovasi kuliner. Melakukan pengembangan dan pelestarian properti, misalnya bangunan tua (jaman dulu) agar bisa dimanfaatkan sebagai ikon kota.

Selain itu, perlunya keputusan yang bertanggung jawab terhadap properti dan lanskap arsitektur yang sudah ada. Serta tidak kalah pentingnya yakni di bidang perbaikan perencanaan kota dan lingkungan, yakni dengan melakukan intervensi skala kecil hingga besar untuk membuat ruang-ruang kolektif anak muda ini lebih bisa bertahan kedepannya. []

 

Tags: Anak MudaGen ZPembangunanRuangRuang Kolektif
Efrial Ruliandi Silalahi

Efrial Ruliandi Silalahi

Suka Menonton Film dan Pemburu Buku Gratisan

Terkait Posts

Perbedaan Feminisme

Perbedaan Feminisme Liberal dan Feminisme Marxis

2 Juni 2025
Teknologi Asistif

Penyandang Disabilitas: Teknologi Asistif Lebih Penting daripada Mantan Pacar

2 Juni 2025
Akhlak Karimah

Bagaimana Akhlak Karimah dalam Memilih dan Melamar Pasangan Pernikahan?

2 Juni 2025
Ketuhanan

Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila

1 Juni 2025
Perempuan Penguasa

Sejarah Para Perempuan Penguasa Kerajaan Wajo, Sulawesi Selatan

31 Mei 2025
Disabilitas dan Seni

Kreativitas tanpa Batas: Disabilitas dan Seni

31 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Teknologi Asistif

    Penyandang Disabilitas: Teknologi Asistif Lebih Penting daripada Mantan Pacar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kurban Sapi atau Kambing? Tahun Ini Masih Kurban Perasaan! Refleksi atas Perjalanan Spiritual Hari Raya Iduladha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bagaimana Akhlak Karimah dalam Memilih dan Melamar Pasangan Pernikahan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menyoal Jilbab dan Hijab: Antara Etika Sosial dan Simbol Kesalehan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Makna Hijab Menurut Pandangan Ahli Fiqh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menyoal Jilbab dan Hijab: Antara Etika Sosial dan Simbol Kesalehan
  • Perbedaan Feminisme Liberal dan Feminisme Marxis
  • Mengapa dan Untuk Apa Perempuan Memakai Jilbab?
  • Penyandang Disabilitas: Teknologi Asistif Lebih Penting daripada Mantan Pacar
  • Jilbab Menurut Ahli Tafsir

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID