Mubadalah.id – Pengasuh Pondok Pesantren Mahasina Darul Qur’an wal Hadits, Nyai Hj. Badriyah Fayumi, Lc. MA menjelaskan bahwa, bagi perempuan haid yang belum tawaf ifadah tapi jadwal kepulangannya tidak bisa diundur, maka para ulama memberikan beberapa alternatif solusi sebagai berikut.
Perempuan haid, kata Nyai Badriyah mempunyai batas minimum. Jika pada batas itu darah tidak keluar, segeralah mandi dan tawaf ifadah. (Baca juga: Child Grooming: Kenali Modus Eksploitasi, Lindungi Anak Sejak Dini)
Jika sampai tujuh putaran darah tidak keluar, tawaf ifadah dianggap sah meski setelah itu keluar lagi.
Dan apabila dalam tujuh putaran darah keluar, maka harus mengulangi tawaf pada waktu lain setelah darah berhenti dan mandi. (Baca juga: Tiga Cara agar Selalu Bersyukur dan Bahagia Ala Nyai Badriyah)
Nyai Badriyah menyarakan untuk meminta dokter untuk menginjeksi dengan obat yang dapat memberhentikan haid.
Atau bisa juga untuk perempuan melakukan tawaf ifadah dalam keadaan haid, akan tetapi wajib bayar dam, seekor sapi atau tujuh kambing. (Baca juga: Kesetaraan Gender Bukan Memindah Pekerjaan Laki-laki)
Pilihan-pilihan ini, kata Nyai Badriyah, mudahan bisa menjawab dan menentramkan hati perempuan. Bismillah dan tawakal saja kepada Allah.
Kita berhaji karena Allah, haid juga pemberian Allah. Karena sesungguhnya Allah tidak menuntut hamba-Nya di luar batas kemapuan. Lakukan semaksimal mungkin yang kita mampu, yang penting berdasar ilmu dan iman. (Rul)