Judul Buku : Analogi Perasaan Ibu
Penulis : Sophia Mega
Penerbit : EA Books
Tahun Terbit : 2023
Mubadalah.id – Sophia Mega adalah seorang kreator konten, gemar baca buku dan menyukai kopi. Sambil terus membaca Mega turut membagikan pengalamannya menjadi seorang ibu. Mega bercerita lewat buku ini mengenai fase panjang menjadi seorang ibu, mulai dari menikah, hamil, melahirkan dan menyusui.
Setelah menamatkan buku berjudul Anatomi Perasaan Ibu ini, ada semacam campuran antara haru, lega sekaligus sesak yang menyelimuti. Betapa tidak, jika selama ini kita membaca mengenai bagaimana proses reproduksi berlangsung dalam tubuh perempuan. Mega secara berani mengungkap dalam bukunya beragam perasaan yang turut hadir ketika menjalani pengalaman reproduksi itu.
Kita dapat melihat alasan penulisan buku ini melalui pengantar. Bahwa Mega sejak awal ingin lebih jujur tentang pengalamannya menjadi seorang ibu.
Ia secara blak-blakan melawan konsep ibu sempurna. Bahwa apa yang ia lihat melalui internet dan sosial media seperti Instagram tentang ibu-ibu yang tampak baik-baik saja ketika merawat sang bayi, sekaligus mampu tampil cantik dengan wajah berseri. Sebuah gambaran sempurna yang ia lihat dalam media sosial itu tampaknya tidak mewakili perasaanya ketika ia menjalani perannya menjadi seorang ibu.
Ia mengakui “Ketika anakku lahir, ternyata aku tidak merasakan kebahagiaan saja. Ternyata jadi ibu, tidak hanya berisi kebahagiaan. Emosinya sepaket dengan perasaan tak berharga, kesepian, kesedihan, kemarahan, hingga perasaan mulai gila. Saat baru saja melahirkan sang bayi, ibu bisa merasakan hari yang berbunga-bunga sekaligus rasa sepi yang mengakar“.
Sinopsis
Buku seri gender ini menyasar semua gender. Yakni telah melewati peringatan batasan umur 18+. Selain itu, menurut saya Mega cukup memberikan gambaran tentang fase kehidupan pernikahan yang ia sibak pada kehidupan pra dan pasca pernikahan tanpa perlu mendramatisir dan melulu tentang pengalaman roman.
Mega menggambarkan betapa ia tidak mendapatkan apresiasi dari orang-orang sekitar. Sekalipun proses melahirkan yang ia jalani bertaruh antara hidup dan mati.
Dalam hal ini kadang kita bertindak sebagai pelaku yang melanggengkan tindakan ini. Pada saat menjenguk teman atau kerabat perempuan pasca melahirkan misalnya. Alih-alih mengapresiasi mereka. Kita malah fokus pada hal lain dengan pertanyaan nir-empati seperti “lahirannya normal atau caesar ?” padahal semua proses melahirkan adalah normal dan tetaplah sepenuhnya menjadi ibu yang baik.
Selain itu, ia juga turut menaruh perhatian pada perubahan fisiologis dan biologis, bagian tidak terpisahkan ketika menceritakan kehidupan pasca menikah dan melahirkan.
Tidak hanya Perempuan dan laki-laki lajang. Menurut saya, para orang tua yang akan menjadi calon nenek dan kakek juga ia sasar untuk membaca buku ini, karena pola pengasuhan seiring zaman yang sudah bergerak, berubah dan berganti ini menuntut semuanya untuk terus belajar dan berdaptasi dengan pola pengasuhan yang lebih baik.
Perbedaan Pandangan tentang ASI
Sambil terus berbenah, tentunya saya tidak ingin mengatakan bahwa cara lama sepenuhnya buruk dan tak relevan. Tetapi setidaknya, para orang tua tidak terus menerus menuntut anaknya yang telah menjadi ibu untuk menerapkan standar tunggal pengasuhan anak yang ia terapkan dulu.
Pada perjalanannya, perempuan kerap kali mendapat kritik atas beragam pilihan sadar yang mereka ambil dalam hidupnya. Sekalipun pilihan itu mereka buat berdasarkan pembelajaran dan konsultasi bersama ahli.
Perdebatan mengenai proses menyusui yang Mega jalani misalkan. Orang tua dan mertua menganggap menyusui bayi sebagai tindakan yang salah dan sesuatu yang menyakitkan untuk ibu. Asumsi ASI yang bisa basi sampai saran untuk penggunaan susu formula mereka pandang jauh lebih baik daripada ASI.
Akar perbedaan pandangan tentang ASI antar-generasi. Bahwa para orang tua zaman dahulu hanya mendapatkan informasi dari posyandu, pengetahuan turun temurun, sales dan tv. Keterbatasan infomasi yang para orang tua dapatkan itu membuat Mega lebih mampu bertoleransi.
Kelebihan Buku
Kelebihan dari buku Anatomi Perasaan Ibu adalah ia tidak hadir sebagai pengalaman tunggal seorang perempuan yang menjalani fase seorang ibu. Melainkan melalui jalan refleksi, konsultasi ke psikolog, tarot reader, dan banyak buku yang ia pilih sebagai pilar penguat dari kontennya.
Selain itu, ia kerap kali membagikan sesi konseling bersama para psikolog dan konselor menyusui yang ia temui, serta menyisipkan catatan kaki pada setiap kalimat rujukan yang ia pilih.
Hal ini tidak kalah penting untuk membuka jalan bagi para pembaca agar turut belajar dari referensi yang ia pilih itu. Beberapa konsep kunci yang ia sebut berulang tentang tafsir yang berbasis kesalingan seperti Qiraah Mubadalah dan Keadilan Hakiki.
Sebagai sebuah bacaan yang bagus, saya merekomendasikan buku ini agar turut menjadi pelengkap bacaan seri gender untuk teman-teman. []