• Login
  • Register
Selasa, 1 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Buku

Buku Collapse; Kita Memang Tidak Pernah Serius Mengurus Isu Lingkungan

Apa yang kita lakukan sebagai kekerasan lingkungan hari ini, tidak pernah dimaknai kekerasan, sebab dampaknya tidak langsung lahir

Khoniq Nur Afiah Khoniq Nur Afiah
07/06/2023
in Buku
0
Mengurus Isu Lingkungan

Mengurus Isu Lingkungan

846
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Buku yang telah mengulas mengenai kerusakan lingkungan sebenarnya sudah banyak. Namun, menurut penulis buku ini cukup menarik. Menariknya, Jarred Diamond mengawali tulisan gagasan atau argumen dengan sebuah cerita-cerita sebagai pengalaman yang pernah ia lalui.

Misalnya, ia menceritakan tentang dua peternakan yang iaanggap bisa menjadi data. Selanjutnya ia analisis untuk mengetahui bagaimana kerusakan lingkungan sangat berpengaruh terhadap daerah yang telah memiliki teknologi tinggi.

Buku ini berjudul The Collapse: How Societies Choose to Fail or Succeed. Membaca pengantar buku ini saja membawa kita pada imajinasi yang luas dan liar. Jarred menceritakan dan melahirkan pertanyaan-pertanyaan dalam uraian pendahuluan.

Cerita tentang runtuhnya beberapa wilayah di belahan dunia. Seperti peristiwa yang terjadi di Pulau Paskah atau wilayah peternakan Garnar di area Norse Greenland yang hari ini telah runtuh, akibat berbagai hal termasuk kerusakan lingkungan.

Namun, pada hal yang sama, Jarred juga menyampaikan bahwa kehancuran akan suatu daerah memang bukan hanya pengaruh faktor ekologi semata, juga hal yang lain. Pada sisi yang lain, ia menekankan persoalan ekologi tetap menjadi masalah signifikan dan sulit untuk kita hadapi.

Baca Juga:

Wahabi Lingkungan, Kontroversi yang Mengubah Wajah Perlindungan Alam di Indonesia?

Fiqh Al-Usrah Menjembatani Teks Keislaman Klasik dan Realitas Kehidupan

Novel Cantik itu Luka; Luka yang Diwariskan dan Doa yang Tak Sempat Dibisikkan

Fiqhul Usrah: Menanamkan Akhlak Mulia untuk Membangun Keluarga Samawa

Faktor yang Mempengaruhi Kehancuran Wilayah

Jarred menjelaskan ada lima faktor yang mempengaruhi adanya kehancuran. Yakni kerusakan lingkungan, perubahan iklim, tetangga yang bermusuhan, serta mitra dagang yang tidak bersahabat. Selain itu, pengaruh yang sangat mungkin meruntuhkan suatu wilayah adalah tanggapan masyarakat terkait dengan masalah-masalah tersebut.

Argumen Jarred dalam buku ini mengenai lima faktor yang mempengaruhi hancurnya suatu wilayah, bagi saya cukup menjelaskan bahwa kerusakan lingkungan menjadi salah satu dari faktor yang disebutkan. Artinya, masalah lingkungan bukan persoalan yang sepele.

Kesan yang lahir pasca membaca buku ini adalah munculnya perasaan, “Kita tidak pernah serius mengurus persoalan lingkungan.”  Apa yang hari ini manusia lakukan adalah bagian dari slow violence. Misalnya, secara pelan-pelan kita menggunakan plastik secara terus-menerus, dan dampaknya akan terasa di kemudian hari.

Apa yang kita lakukan sebagai kekerasan lingkungan hari ini, tidak pernah dimaknai kekerasan, sebab dampaknya tidak langsung lahir.

Lalu, jika pertanyaannya “kapan kita akan serius mengurus isu lingkungan?” Jarred menyajikan sebuah uraian pada bab 14 yang menurut penulis cukup menjawab pertanyaan yang lahir. Sebenarnya, pembahasan pada bab tersebut tidak secara langsung menjawab.

Namun ia menjelaskan mengenai mengapa seseorang lebih memilih melakukan sebuah kerusakan. Padahal ia jelas-jelas tau apa yang dilakukan adalah suatu kejahatan terhadap lingkungan dan bagi penulis sedikit banyak bisa menjawab pertanyaan di atas.

Kita tidak Serius Mengurus Isu Lingkungan

Menjawab pertanyaan kapan kita akan serius mengurus isu lingkungan, seperti orang-orang yang tidak serius mengurus lingkungan walaupun tahu bahwa telah terjadi kerusakan. Hal tersebut merupakan pengaruh karena mereka belum merasakan dampak langsung dari apa yang mereka rusak.

Artinya, bahwa kejahatan yang kita lakukan hari ini terhadap lingkungan dampaknya tidak hadir langsung sesaat, setelah kita melakukan kejahatan terhadap lingkungan. Namun akibat akan lahir nanti selang beberapa waktu bahkan bertahun-tahun setelahnya. Mereka akan serius mengurus lingkungan saat telah terjadi dampak dari kejahatan yang dilakukan seperti bencana alam, pandemi, dan menipiskan sumber daya alam.

Apa yang Jarred sampaikan sebenarnya sejalan dengan fenomena pandemi beberapa tahun silam. Fenomena ini menggerakkan banyak orang untuk melakukan perubahan perilaku sebagai bentuk penjagaan terhadap bumi.

Lalu, Jarred juga menjelaskan mengapa orang kok bisa melakukan kejahatan terhadap lingkungan atau kerusakan lingkungan, padahal mereka tau itu adalah sesuatu yang keji. Ia, menjawab pertanyaan ini dengan sangat panjang. Hal tersebut terjadi karena terpengaruhi oleh faktor yang kompleks, misalnya seperti kegagalan mengantisipasi masalah, sebab mereka tidak pernah memiliki pengetahuan mengenai perilaku yang ia lakukan sebagai masalah.

Selain itu, mereka juga gagal memahami masalah tersebut, artinya mereka tidak memiliki keterampilan maupun pengetahuan mengenai masalah yang mereka hadapi. Sebab, mereka cenderung tidak memiliki kedekatan dengan alam secara serius. Tidak memposisikan alam adalah bagian dari kehidupan yang penting untuk kita perhatikan, sehingga tidak mampu mengidentifikasi sebuah masalah yang lahir dari alam.

Uraian di atas mengenai pembacaan terhadap buku Collapse, mengantarkan pada pernyataan yang ada pada judul artikel ini “kita memang tidak pernah serius mengurus isu lingkungan”. Sederhananya, ketidakseriusan kita itu lahir karena kegagalan menempatkan, dan memaknai alam sebagai bagian dari proses kehidupan kita. Sekian. []

Tags: alambumiIsu LingkunganmanusiaPerubahan IklimReview Buku
Khoniq Nur Afiah

Khoniq Nur Afiah

Santri di Pondok Pesantren Al Munawwir Komplek R2. Tertarik dengan isu-isu perempuan dan milenial.

Terkait Posts

Fiqh Al-Usrah

Fiqh Al-Usrah Menjembatani Teks Keislaman Klasik dan Realitas Kehidupan

28 Juni 2025
Novel Cantik itu Luka

Novel Cantik itu Luka; Luka yang Diwariskan dan Doa yang Tak Sempat Dibisikkan

27 Juni 2025
Fiqhul Usrah

Fiqhul Usrah: Menanamkan Akhlak Mulia untuk Membangun Keluarga Samawa

25 Juni 2025
Hakikat Berkeluarga

Membedah Hakikat Berkeluarga Ala Kyai Mahsun

23 Juni 2025
Fiqh Al Usrah

Fiqh Al Usrah: Menemukan Sepotong Puzzle yang Hilang dalam Kajian Fiqh Kontemporer

21 Juni 2025
Membangun Rumah Tangga

Membangun Rumah Tangga yang Berdimensi Akhlak Mulia

20 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Toxic Positivity

    Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan
  • Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!
  • Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID