• Login
  • Register
Minggu, 18 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Cara Gen Z Mencari Kebahagiaan Sejati

Kebahagiaan bukan sebuah kebetulan seperti ketika mendapat rezeki yang tidak terduga

Muhammad Nasruddin Muhammad Nasruddin
30/03/2024
in Personal
0
Mencari Kebahagiaan

Mencari Kebahagiaan

634
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Ada yang membaca kebahagiaan sebagai sebuah kebetulan. Kira-kira kalimat itulah yang Mbak Kalis Mardiasih garis bawahi dari pernyataan Kiai Fahrudin Faiz, Selasa (26/3/2024) kemarin. Sebuah premis awal yang menurutnya cocok untuk memulai suatu cerita.

Tapi saat ini saya tidak ingin bercerita. Saya hanya ingin membuka kembali sedikit catatan saya kemarin. Menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri jika Anda  berkenan membacanya.

Pada sesi “Mencari Kebahagiaan” yang Akal Buku gelar di akademi Bahagia EA  kemarin memberikan banyak insight tentang hidup bahagia. Mulai dari makna bahagia, teori, prinsip, dan uraian penuh daging lainnya.

Tema tentang kebahagian memang cukup menarik saat ini. Terutama di kalangan gen Z. Kelompok generasi yang terkenal dengan istilah generasi strawberry, kreatif tapi mudah rapuh, katanya.

Setiap manusia tentu mendambakan kebahagiaan, baik secara esensial maupun ekstensial. Kebahagiaan menjadi tujuan dasar dari segala aktivitas manusia. Tidak heran jika setiap individu rela jungkir balik dari pagi bahkan hingga pagi lagi untuk mengupayakan kebahagiaan.

Baca Juga:

Hal-hal yang Tak Kita Hargai, Sampai Hidup Mengajarkan dengan Cara yang Menyakitkan

Kebahagiaan Bagi Orang yang Berpuasa

Dilema Usia 25 Tahun: Gapapa, Tidak Ada yang Terlambat

Gen Z dan Ancaman Diabetes Melitus

Hanya saja kebahagiaan itu bersifat subjektif. Kondisi yang menurut kita sudah membahagiakan, belum tentu orang lain menganggapnya bahagia. Memang bahagia itu adalah urusan hati. Sedangkan kondisi hati manusia selalu berubah-ubah, tidak menentu.

Bahagia itu dicari atau datang sendiri?

Kiai Fahrudin Faiz menjelaskan setidaknya ada tiga teori tentang bahagia.

Pertama, bahagia itu tidak perlu kita cari. Kita hanya perlu mensyukuri apa saja yang kita miliki. Allah telah menganugerahkan berbagai nikmat pada diri setiap manusia. Ketika kita menyadari dan mensyukuri betapa besar anugerah yang Allah berikan, di situlah kebahagiaan akan Anda temukan.

Kedua, kebahagiaan dapat Anda rasakan ketika bisa memaknai dengan positif segala hal yang terjadi. Meskipun dalam kondisi pahit sekalipun. Namanya kehidupan tentu memiliki pasang surutnya. Ketika Anda dapat mengambil hikmah pada setiap kejadian, Anda dapat menarik benang merah kebahagiaan di sana.

Teori ketiga menyebutkan bahwa kebahagiaan harus kita cari dan kita upayakan. Setiap orang berhak menciptakan standar kebahagiaannya masing-masing. Dan memang harusnya begitu. Jangan sampai orang lain yang menciptakan standar kebahagiaan kita. Karena kembali lagi ke awal bahwa bahagia itu bersifat subjektif.

Bahagia tapi Hampa?

Pernah nggak sih, Anda berada dalam kondisi memiliki segala hal tapi tidak merasa bahagia?  Setiap apa yang Anda lakukan justru hanya membuat hati semakin hampa?

Dalam hal ini Kiai Faiz menuturkan penjelasan yang cukup menampar. Seseorang yang merasakan kehampaan hidup berarti dia tidak menghargai dirinya sendiri. Anugerah yang Allah titipkan kepadanya tidak ia manfaatkan dengan baik.

Orang seperti ini tidak memiliki atau telah kehilangan tujuan dalam hidupnya. Padahal memiliki tujuan atau goals memegang peranan yang penting bagi manusia. Adanya hal demikian akan membuat manusia menjadi lebih bergairah dalam menjalani kehidupan.

Ia dapat lebih menghargai setiap pencapaian-pencapaian dari tujuan yang telah ia tetapkan. Setiap langkah kita pun dapat lebih bermakna. Tidak sekadar mengikuti alur tanpa ada target yang jelas. 

Memang, lanjut Kiai Faiz, pencapaian (achievement) akan suatu hal dapat memberikan kebahagian setingkat lebih tinggi dari sekadar kesenangan (pleasure). Kebahagiaan ini dapat bertahan lebih lama. 

Akan tetapi jika Anda ingin mendapat kebahagiaan yang lebih lama lagi, kata Kiai Faiz, Anda dapat melakukan aksi-aksi sosial. Saling berbagi kepada orang lain akan membuat kebahagiaan Anda bertahan lebih lama. Apalagi pemberian Anda memiliki dampak yang cukup signifikan. 

Sebuah riset memang membuktikan hal demikian. Ketika kita melihat raut bahagia orang lain atas apa yang kita bagikan, maka dapat memberikan dorongan psikologis yang melepas hormon endorfin ke otak kita.

Mungkin Anda juga pernah merasakan kebahagiaan tersebut ketika memberikan suatu hal kepada orang lain. Misalnya berbagi takjil di bulan Ramadhan atau hal mulia lainnya. Apalagi jika Anda melakukan aksi-aksi tersebut dengan ikhlas tanpa adanya pamrih.

Kebahagiaan berasal dari mana?

Kebahagiaan bukan sebuah kebetulan seperti ketika mendapat rezeki yang tidak terduga. Namun perasaan demikian dapat kita ciptakan sendiri. Setidaknya ada lima hal yang membuat kita dapat merasa bahagia.

Pertama, purpose. Mempunyai tujuan dapat membuat hidup lebih bermakna. 

Target-target kecil yang kita ciptakan dapat menjadi pemantik untuk menjalani aktivitas sehari-sehari. Bagaimana jika tidak tercapai? Bukankah justru dapat membuat kecewa? Kita hanya perlu melakukan evaluasi diri dan melihat kapasitas diri sendiri. Kemudian men-setting ulang tujuan kita.

Kedua, value. Menjalani kehidupan yang selaras dengan nilai-nilai yang kita pegang akan mendatangkan kebahagiaan tersendiri. Betapa banyak mereka di luar sana yang menjalani kehidupan tapi sebenarnya berseberangan dengan nilai-nilai yang mereka pegang. Memiliki value dapat membuat hidup lebih berkualitas.

Ketiga, becoming. Setiap orang akan merasa bahagia ketika dirinya terus bertumbuh menjadi lebih baik. Ketika ia berhasil “menjadi” apa yang ia cita-citakan, maka seseorang harusnya tidak merasakan kehampaan. Hal tersebut selaras dengan level kebahagiaan berupa pencapaian (achievement) yang telah kita ulas sebelumnya.

Keempat, connecting. Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki kecenderungan untuk hidup berkelompok. Ketika ia hidup berdampingan dengan sesama, mau tidak mau ia harus mengesampingkan egonya. Ketika ia berhasil melakukan demikian maka akan terjalin relasi yang positif dan tentu membuat hidup lebih bahagia.

Kelima, transenden. Adanya ikatan kepada yang Sang Maha Pencipta dapat membawa kebahagiaan yang abadi. Tidak hanya di dunia, namun hingga kehidupan setelah kematian. Setiap aktivitas yang dilandasi dengan nilai-nilai transendensi dapat membuat kita lebih bahagia. Selain itu kita juga dapat menyelami makna yang sebenarnya mengapa dan apa tujuan kita diciptakan di dunia.

Dari kelima hal di atas, kita tidak perlu menunggu “keajaiban” untuk berbahagia. Kita dapat menciptakan kebahagian itu sendiri. Dengan standar kita sendiri.

Seperti yang Kiai Fahrudin Faiz tuliskan di halaman cover buku Filsafat Kebahagiaan. Kira-kira begini bunyinya:

“Allah menciptakan kita untuk bahagia. Kita pun jangan mencari-cari alasan untuk tidak bahagia. Mari berbahagia, sekarang, di sini, seperti ini”.

Semoga bermanfaat! []

 

Tags: Akal BukuFahrudin FaizFilsafat KebahagiaanGen ZkebahagiaanMencari Kebahagiaan
Muhammad Nasruddin

Muhammad Nasruddin

Alumni Akademi Mubadalah Muda '23. Dapat disapa melalui akun Instagram @muhnasruddin_

Terkait Posts

Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Noble Silence

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

17 Mei 2025
Suami Pengangguran

Suami Pengangguran, Istri dan 11 Anak Jadi Korban

16 Mei 2025
Keadilan Semu

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

15 Mei 2025
Memahami Disabilitas

Memahami Disabilitas: Lebih Dari Sekadar Tubuh

14 Mei 2025
Laki-laki tidak bercerita

Muhammad Bercerita: Meninjau Ungkapan Laki-laki Tidak Bercerita dan Mitos Superioritas

13 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Nyai Ratu Junti

    Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami
  • Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial
  • Memperhatikan Gizi Ibu Hamil
  • Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version