Mubadalah.id – Salah satu dewan penasehat ulama perempuan (KUPI), Buya Husein Muhammad menjelaskan bahwa agama seyogyanya dipeluk karena dan dengan penuh kesadaran, bukan karena dengan paksaan.
Paksaan, kata Buya Husein, tak akan menghasilkan keimanan melainkan kemunafikan.
الاكراه لا يورث ايمانا وانما يورث نفاقا
Artinya : “Pemaksaan tidak akan mewariskan keimanan melainkan kepura-puraan (hipokrit).”
Menurut Buya Husein secara tegas bahwa Tuhan sudah menyatakan “La Ikraha fi al-Din”, tidak ada paksaan dalam hal keyakinan atau agama.
“Ikrah, pemaksaan dan kekerasan selalu menghasilkan luka jiwa dan bisa menimbulkan kebencian yang bisa panjang,” kata Buya Husein.
Buya Husein mengutip pendapat Maulana Rumi dalam karyanya Fihi Ma Fihi mengatakan :
ليس فى وسعك ابعاد تلك الفكر عنك ولو بمائة الف جهد وسعي
Artinya : “Tak ada kuasamu menjauhkan pikiran-pikiran itu meski dengan seratus ribu usaha keras”.
Syams-i al-Tabrizi, sang darwisy pengelana, guru spiritual Maulana Rumi, menawarkan jalan emas yang begitu indah saat mengatakan :
لا تحكم على الطريقة التي يتواصل بها الناس مع الله، فلكل إمرئٍ طريقته وصلاته به الخاصة إن الله لا يأخذنا بكلمتنا بل ينظر في أعماق قلوبنا. وليست المناسك أو الطقوس هي التي تجعلنا مؤمنين، بل إن كانت قلوبنا صافية أم لا
Artinya : “Janganlah kau menghakimi cara manusia menempuh dan berhubungan dengan Tuhan, agar sesuai dengan dirimu. Masing-masing orang mencari cara/ jalan sendiri-sendiri.”
“Tuhan tidak melihat kata-katanya melainkan mendengar suara hatinya. Bukan ritual itu yang menjadikan kita orang-orang yang beriman, melainkan apakah hati kita bersih atau kotor”. (Rul)