Mubadalah.id – Sebuah seminar nasional di Balai Senat UGM dengan tajuk “Menuju Demokrasi Berkualitas: Tantangan dan Agenda Aksi” dihelat pada 27 Agustus 2022. KH Yahya Cholil Staquf, Ketua PBNU hadir sebagai salah satu pembicara di sana. Gus Yahya memaparkan tentang demokrasi dan kebhinekaan Indonesia pada sesinya.
Demokrasi adalah Pilihan Terbaik
Kebhinekaan Indonesia adalah tentang kemajemukan warganya, keragaman suku, agama, ras, dan golongannya. Kebhinekaan Indonesia adalah tentang keragaman yang tidak perlu kita seragamkan. Kendati kebhinekaan Indonesia sering kali dimonopoli oleh mayoritarian yang ada, namun demokrasi masih menjadi jalan keluar terbaik dalam menyelesaikan konflik yang ada.
Tentu sangat menarik tatkala bahasan tentang demokrasi dan kebhinekaan dibawakan oleh seorang kiai, yang juga merupakan pemimpin ormas keagamaan terbesar di Indonesia. Mengingat tidak sedikit dari muslim di Indonesia menggaungkan kata khilafah islamiyah sebagai alternatif pengganti sistem demokrasi, NKRI, dan Pancasila. Sejalan dengan NU yang sering memekikkan slogan “NKRI Harga Mati!”, maka Gus Yahya pun tanpa ragu menyatakan bahwa demokrasi adalah pilihan terbaik bagi Indonesia.
Meskipun ada beberapa negara yang secara terang-terangan menolak demokrasi dengan berbagai sebabnya, maka bangsa Indonesia juga memilih demokrasi dengan sebabnya sendiri. Yahya Cholil Staquf menegaskan bahwa bangsa Indonesia memilih demokrasi karena ingin mencari sebuah platform yang dapat menjamin harmoni di tengah kebhinekaan (keberagaman) yang menjadi realitas bangsa Indonesia.
Gus Yahya juga mengingatkan bahwa momentum Sumpah Pemuda 1928 adalah tentang mencari platform yang mampu mewadahi kebhinekaan bangsa Indonesia. Bahkan Sumpah Pemuda juga menegaskan bahwa sesungguhnya kita adalah satu. Bertanah air satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu, yaitu Indonesia. Maka, bangsa Indonesia memilih demokrasi karena ingin menghindari akibat-akibat buruk yang dapat terjadi karena keragaman yang ada.
Bukankah ini berarti sejak awal, bangsa Indonesia telah menyadari bahwa ada kebhinekaan pada mereka sebagai fitrah kebangsaan. Dan di sisi lain, bangsa yang penuh dengan kebhinekaan itu memiliki keinginan yang kuat untuk bersatu. Dan demokrasi menjadi pilihan yang terbaik untuk Indonesia dari semua pilihan sistem negara yang ada.
Demokrasi Memiliki Premis Kesetaraan
Yahya Cholil Staquf secara gamblang mengatakan bahwa demokrasi memiliki premis kesetaraan, dan kesetaraan itulah yang menjamin adanya harmoni. Memang benar apa yang Gus Yahya katakan, karena tanpa adanya kesetaraan, dapat kita pastikan akan ada diskriminasi di sana. Ketika ada diskriminasi, sudah barang pasti tidak akan tercipta sebuah harmoni.
UUD 1945 pasal 27 turut memperkuat opini dari Gus Yahya. Hal ini karena pasal 27 UUD 1945 secara eksplisit menegaskan bahwa setiap warga negara Indonesia adalah setara atau sederajat. Maka, hal ini berarti setiap warga negara Indonesia mempunya kesamaan kedudukan, hak, dan kewajiban sebagai warga negara.
Membincang tentang kesetaraan, seketika aku teringat akan Kiai Faqihuddin Abdul Kodir, dengan metode mubadalahnya. Bagiku, metode mubadalah memiliki substansi akan kesetaraan dalam bermitra, berelasi, hingga bersosial baik di ruang domestik, maupun publik. Di mana jika relasi mubadalah dapat kita lakukan, tentu saja akan menghasilkan harmoni dalam kehidupan. Hal ini jelas sejalan dengan substansi demokrasi.
Demokrasi adalah Wadah Kebhinekaan
Tentu bukan tanpa sebab Bhineka Tunggal Ika menjadi semboyan bangsa Indonesia. Indonesia dengan kebhinekaan adalah sebuah fitrah kebangsaan yang tidak terbantahkan. Jika Gus Yahya mengatakan bahwa demokrasi adalah sebuah platform atau wadah bagi kebhinekaan Indonesia, Menlu Retno Marsudi dalam acara yang sama, juga mengatakan bahwa sejatinya demokrasi bukanlah tujuan bangsa Indonesia, melainkan sebuah sarana untuk mencapai tujuan itu.
Tujuan dari bangsa Indonesia di tengah kebhinekaan yang ada sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sebuah tujuan besar yang mustahil akan tercapai jika kebhinekaan yang ada tidak memiliki wadah yang menaunginya.
Demokrasi tetaplah pilihan terbaik bagi bangsa Indonesia, karena dengannya kebhinekaan Indonesia terwadahi. Dengan premis kesetaraan dalam demokrasi, maka harmoni dalam sebuah negara lebih mudah terbentuk. Ketika harmoni sudah ada dalam sebuah negara, maka akibat-akibat buruk dari keragaman tidak akan terjadi, sehingga tujuan sebuah bangsa menjadi jauh kebih mudah tercapai. []