• Login
  • Register
Sabtu, 9 Desember 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Demokrasi dan Kebhinekaan Indonesia Menurut KH. Yahya Cholil Staquf

Demokrasi tetaplah pilihan terbaik bagi bangsa Indonesia, karena dengannya kebhinekaan Indonesia terwadahi. Dengan premis kesetaraan dalam demokrasi, maka harmoni dalam sebuah negara lebih mudah terbentuk

Sulma Samkhaty Maghfiroh Sulma Samkhaty Maghfiroh
26/09/2022
in Publik
0
Kebhinekaan Indonesia

Kebhinekaan Indonesia

340
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sebuah seminar nasional di Balai Senat UGM dengan tajuk “Menuju Demokrasi Berkualitas: Tantangan dan Agenda Aksi” dihelat pada 27 Agustus 2022. KH Yahya Cholil Staquf, Ketua PBNU hadir sebagai salah satu pembicara di sana. Gus Yahya memaparkan tentang demokrasi dan kebhinekaan Indonesia pada sesinya.

Daftar Isi

    • Demokrasi adalah Pilihan Terbaik
  • Baca Juga:
  • Refleksi 16 HAKTP: Indonesia Darurat Femisida
  • Feminisida: Pelenyapan Nyawa yang tidak Netral Gender
  • Kiprah Komnas Perempuan Selama 25 Tahun Didirikan
  • Inilah Sejarah Panjang PGRI Di Balik Penetapan 25 November Sebagai Hari Guru Nasional
    • Demokrasi Memiliki Premis Kesetaraan
    • Demokrasi adalah Wadah Kebhinekaan

Demokrasi adalah Pilihan Terbaik

Kebhinekaan Indonesia adalah tentang kemajemukan warganya, keragaman suku, agama, ras, dan golongannya. Kebhinekaan Indonesia adalah tentang keragaman yang tidak perlu kita seragamkan. Kendati kebhinekaan Indonesia sering kali dimonopoli oleh mayoritarian yang ada, namun demokrasi masih menjadi jalan keluar terbaik dalam menyelesaikan konflik yang ada.

Tentu sangat menarik tatkala bahasan tentang demokrasi dan kebhinekaan dibawakan oleh seorang kiai, yang juga merupakan pemimpin ormas keagamaan terbesar di Indonesia. Mengingat tidak sedikit dari muslim di Indonesia menggaungkan kata khilafah islamiyah sebagai alternatif pengganti sistem demokrasi, NKRI, dan Pancasila. Sejalan dengan NU yang sering memekikkan slogan “NKRI Harga Mati!”, maka Gus Yahya pun tanpa ragu menyatakan bahwa demokrasi adalah pilihan terbaik bagi Indonesia.

Meskipun ada beberapa negara yang secara terang-terangan menolak demokrasi dengan berbagai sebabnya, maka bangsa Indonesia juga memilih demokrasi dengan sebabnya sendiri. Yahya Cholil Staquf menegaskan bahwa bangsa Indonesia memilih demokrasi karena ingin mencari sebuah platform yang dapat menjamin harmoni di tengah kebhinekaan (keberagaman) yang menjadi realitas bangsa Indonesia.

Gus Yahya juga mengingatkan bahwa momentum Sumpah Pemuda 1928 adalah tentang mencari platform yang mampu mewadahi kebhinekaan bangsa Indonesia. Bahkan Sumpah Pemuda juga menegaskan bahwa sesungguhnya kita adalah satu. Bertanah air satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu, yaitu Indonesia. Maka, bangsa Indonesia memilih demokrasi karena ingin menghindari akibat-akibat buruk yang dapat terjadi karena keragaman yang ada.

Baca Juga:

Refleksi 16 HAKTP: Indonesia Darurat Femisida

Feminisida: Pelenyapan Nyawa yang tidak Netral Gender

Kiprah Komnas Perempuan Selama 25 Tahun Didirikan

Inilah Sejarah Panjang PGRI Di Balik Penetapan 25 November Sebagai Hari Guru Nasional

Bukankah ini berarti sejak awal, bangsa Indonesia telah menyadari bahwa ada kebhinekaan pada mereka sebagai fitrah kebangsaan. Dan di sisi lain, bangsa yang penuh dengan kebhinekaan itu memiliki keinginan yang kuat untuk bersatu. Dan demokrasi menjadi pilihan yang terbaik untuk Indonesia dari semua pilihan sistem negara yang ada.

Demokrasi Memiliki Premis Kesetaraan

Yahya Cholil Staquf secara gamblang mengatakan bahwa demokrasi memiliki premis kesetaraan, dan kesetaraan itulah yang menjamin adanya harmoni. Memang benar apa yang Gus Yahya katakan, karena tanpa adanya kesetaraan, dapat kita pastikan akan ada diskriminasi di sana. Ketika ada diskriminasi, sudah barang pasti tidak akan tercipta sebuah harmoni.

UUD 1945 pasal 27 turut memperkuat opini dari Gus Yahya. Hal ini karena pasal 27 UUD 1945 secara eksplisit menegaskan bahwa setiap warga negara Indonesia adalah setara atau sederajat. Maka, hal ini berarti setiap warga negara Indonesia mempunya kesamaan kedudukan, hak, dan kewajiban sebagai warga negara.

Membincang tentang kesetaraan, seketika aku teringat akan Kiai Faqihuddin Abdul Kodir, dengan metode mubadalahnya. Bagiku, metode mubadalah memiliki substansi akan kesetaraan dalam bermitra, berelasi, hingga bersosial baik di ruang domestik, maupun publik. Di mana jika relasi mubadalah dapat kita lakukan, tentu saja akan menghasilkan harmoni dalam kehidupan. Hal ini jelas sejalan dengan substansi demokrasi.

Demokrasi adalah Wadah Kebhinekaan

Tentu bukan tanpa sebab Bhineka Tunggal Ika menjadi semboyan bangsa Indonesia. Indonesia dengan kebhinekaan adalah sebuah fitrah kebangsaan yang tidak terbantahkan. Jika Gus Yahya mengatakan bahwa demokrasi adalah sebuah platform atau wadah bagi kebhinekaan Indonesia, Menlu Retno Marsudi dalam acara yang sama, juga mengatakan bahwa sejatinya demokrasi bukanlah tujuan bangsa Indonesia, melainkan sebuah sarana untuk mencapai tujuan itu.

Tujuan dari bangsa Indonesia di tengah kebhinekaan yang ada sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sebuah tujuan besar yang mustahil akan tercapai jika kebhinekaan yang ada tidak memiliki wadah yang menaunginya.

Demokrasi tetaplah pilihan terbaik bagi bangsa Indonesia, karena dengannya kebhinekaan Indonesia terwadahi. Dengan premis kesetaraan dalam demokrasi, maka harmoni dalam sebuah negara lebih mudah terbentuk. Ketika harmoni sudah ada dalam sebuah negara, maka akibat-akibat buruk dari keragaman tidak akan terjadi, sehingga tujuan sebuah bangsa menjadi jauh kebih mudah tercapai. []

Tags: bhineka tunggal IkaIndonesiaKebangsaanKH Yahya Cholil StaqufNahdlatul UlamaNusantaraPBNU
Sulma Samkhaty Maghfiroh

Sulma Samkhaty Maghfiroh

Penulis Merupakan Anggota Komunitas Puan Menulis, dan berasal dari Ungaran Jawa Tengah

Terkait Posts

Ketertindasan Perempuan

Di Balik Kilau Perhiasan Terdapat Kelam Ketertindasan Perempuan

8 Desember 2023
Masyarakat Pesisir

Peran Perempuan dan Adaptasi Mayarakat Pesisir terhadap Pengaruh Perubahan Iklim

7 Desember 2023
Mencegah Kekerasan Seksual

FGD All About Respect untuk Langkah Awal Mencegah Kekerasan Seksual

6 Desember 2023
Darurat Femisida

Refleksi 16 HAKTP: Indonesia Darurat Femisida

6 Desember 2023
Demokrasi

KUPI dan Posisi Perempuan dalam Demokrasi

5 Desember 2023
Pemilu 2024

Deklarasi Pemilu Damai 2024: Upaya Cegah Konflik, Politisasi SARA dan Hoaks

4 Desember 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Peran Ayah

    Aku Punya Ayah, Tapi Aku Kehilangan Perannya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Proses Perempuan, dan Titik Berangkat yang Berbeda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Aktivitas Seksual Suami Istri: Media untuk Menumbuhkan Cinta Kasih

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Aktivitas Seksual Suami Istri Menjadi Bagian dari Sedekah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Di Balik Kilau Perhiasan Terdapat Kelam Ketertindasan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Saat Berkonflik dengan Keluarga, Ini yang Nabi Saw Lakukan
  • Kesuksesan Hamka dan Siti Raham: Bukti Kesalingan dalam Rumah Tangga
  • Kehidupan Rumah Tangga Nabi Muhammad Saw Penuh Perbedaan
  • Khadijah binti Khuwailid : Manifestasi Perempuan Pencari Nafkah Utama
  • Bangunan Rumah Tangga Ideal dalam Islam

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist