Mubadalah.id – Pengasuh Pondok Pesantren Mahasina Darul Qur’an wal Hadits, Nyai Hj. Badriyah Fayumi, Lc. MA menyampaikan bahwa Asiyah ibu angkat Nabi Musa dan Yuhanidz (ada yang menyebutnya Yukabad) ibu kandungnya adalah dua ibu hebat di balik kehebatan Nabi Musa.
Tanpa dua orang ini, bayi Musa akan mengalami nasib sama dengan bayi laki-laki yang lahir saat itu, Fir’aun terbunuh. Dengan kepasrahan total Yuhanidz melarung bayi Musa ke Sungai Nil.
Asiyah, istri Fir’aun, menemukannya dan menjadikannya anak angkat setelah meluluhkan hati Fir’aun. Ia hidup di istana ibu angkatnya.
Dan ikut menyusu kepada ibu kandungnya tanpa sepengetahuan Fir’aun karena bayi Musa tak mau menyusu selain kepada Yuhanidz.
Asiyah dan Yuhanidz pun telah menjadi perisai hidup, pengasuh dan pendidik Musa yang sejati di titik pusat kekuasaan Fir’aun yang zalim.
Kekuatan Iman Asiyah
Salah satu Ketua Majelis Musyawarah Kongres Ulama Perempuan Indonesia (MM KUPI) itu mengungkapkan, kekuatan iman, keteguhan hati, keberanian Asiyah mengambil risiko dihukum suaminya menjadi sekolah hidup bagi Musa.
Hingga tumbuh menjadi pribadi yang hebat di usia muda.
Tak heran jika Musa sejak belia tumbuh menjadi sosok yang kuat iman, dan teguh pendirian.
Serta berani mengambil risiko meninggalkan nikmatnya kekuasaan untuk berhadapan dengan Fir’aun.
Kekuatan iman dan keberanian Musa itu, sudah ibu angkatnya contohkan dalam memilih meninggalkan istana dunia demi istana surga.
Kemudian, Allah SWT memujinya dalam Surat at-Tahrim 68 ayat 11 :
“Dan Allah menjadikan istri Fir’aun sebagai contoh bagi orang-orang beriman”
Ketika ia berkata, “Ya Tuhanku, bangunlah untukku rumah di sisi Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.” (Rul)