Mubadalah.id – Malam itu, Sabtu, 22 Ramadan 1446 H atau bertepatan dengan 22 Maret 2025, ribuan jamaah memadati Masjid Istiqlal, Jakarta. Sebelum melaksanakan salat tarawih, mereka menyimak dengan khidmat ceramah yang disampaikan oleh Ketua Majelis Musyawarah Keagamaan (MM) Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI), Nyai Hj. Badriyah Fayumi.
Dalam ceramahnya, Nyai Badriyah menyoroti peran besar para perempuan dalam sejarah Islam, khususnya dalam periwayatan hadis dan momen-momen penting perjalanan dakwah Rasulullah.
“Di antara sahabat Nabi, ada banyak sahabiat—sahabat perempuan—yang memiliki peran luar biasa, penting, dan signifikan dalam periwayatan hadis serta sejarah Islam,” ungkapnya di hadapan para jamaah.
Salah satu sosok yang ia singgung adalah Ummul Mukminin Khadijah Ra, istri pertama Rasulullah. Nyai Badriyah mengisahkan bagaimana Khadijah menjadi figur utama yang menenangkan Rasulullah ketika beliau pulang dari Gua Hira dalam keadaan menggigil setelah menerima wahyu pertama.
“Khadijah-lah yang meyakinkan beliau bahwa itu bukan halusinasi. Bahkan, beliau juga yang pertama kali beriman dan melakukan konfirmasi kepada Waraqah bin Naufal, seorang ahli kitab, untuk memastikan bahwa yang diterima Rasulullah benar-benar wahyu,” jelasnya. Kisah ini, tambahnya, tercatat dalam hadis pertama kitab Sahih Bukhari.
Ummul Mukminin Ummu Salamah Ra
Selain Khadijah, Nyai Badriyah juga menyoroti peran Ummul Mukminin Ummu Salamah Ra dalam peristiwa Perjanjian Hudaibiyah. Kala itu, para sahabat merasa kecewa karena tidak diperbolehkan masuk ke Makkah untuk melaksanakan umrah. Mereka enggan melakukan tahallul, padahal Rasulullah telah memerintahkan.
Di tengah situasi yang pelik itu, Ummu Salamah memberikan saran kepada Rasulullah: “Ya Rasul, tidak usah engkau memerintahkan apa-apa, lakukanlah saja cukur rambut dan potong hadyu di depan para sahabat.”
Rasulullah mengikuti saran Ummu Salamah, dan para sahabat pun akhirnya mengikuti jejak beliau. “Ini menunjukkan bagaimana perempuan juga bisa menjadi aktor penting dalam sejarah Islam,” ujar Nyai Badriyah.
Ceramah malam itu memberikan perspektif segar bagi jamaah Masjid Istiqlal. Nyai Badriyah tidak hanya mengingatkan bahwa para perempuan di masa Rasulullah memiliki peran besar. Tetapi juga mengajak umat Islam untuk mengapresiasi dan menggali lebih dalam kisah-kisah mereka. Karena dalam sejarah Islam, perempuan bukan sekadar pendamping, tetapi juga pilar utama peradaban. []