• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Sastra

Emak, Ijah tak Ingin Menikah

Karena menikah bukan solusi semua masalah. Apalagi bagi korban pemerkosaan, di mana ia juga berhak memilih dan menentukan jalan untuk masa depannya sendiri

Zahra Amin Zahra Amin
22/01/2023
in Sastra
1
Tak ingin Menikah

Tak ingin Menikah

728
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Usianya masih belasan tahun. Ketika neneknya pamit pada pihak sekolah, cucunya hendak ia nikahkan. Ijah demikian namanya dipanggil oleh teman-teman satu kelas. Lengkapnya Khodijah. Ia melawan keinginan neneknya. Ijah tak ingin menikah. Gadis manis kelas IX SMP swasta tempat saya mengajar.

Sebelum Neneknya datang ke sekolah, yang kerap Ijah sapa hangat dengan panggilan Emak Siti, Ijah merupakan siswi yang cerdas. Setiap kali mendapat tugas dari guru, dia yang paling pertama menyelesaikannya. Jika Ijah sudah mengacungkan tangan, nampak wajah lega dari siswa satu kelas itu. Petanda siksaan menjawab soal-soal sulit di papan tulis akan segera terselesaikan.

Tak hanya pandai berhitung, Ijah juga aktif di kegiatan ekstrakulikuler. Ia memimpin teman-temannya di Pramuka. Berapa kali berkompetisi dengan sekolah lain di tingkat kabupaten, ia selalu membawa pulang piala untuk sekolah. Senyum manis dengan gigi gingsul selalu menghiasi wajahnya.

Maka ketika sang nenek, Emak Siti datang ke sekolah dan mengabarkan Ijah harus putus sekolah karena mau menikah, gemparlah seisi sekolah. Tak hanya teman-temannya, yang tentu akan sangat kehilangan. Saya yang kerap mendampingi Ijah setiap kali hendak mengikuti perlombaan, merasa terpukul. Siswa secerdas itu, masa depannya harus kandas di bawah bayang-bayang ikatan pernikahan.

Ijah tak Ingin Menikah

Dalam satu kesempatan sepulang sekolah, akhirnya saya berkunjung ke rumah Ijah. Di sepetak rumah, berlantai tegalan hitam, berdinding bambu, dengan dua kamar yang beraroma pengap dan lembap, saya duduk ditemani Emak Siti. Ijah memilih mengurung diri di kamar. Saya hanya ingin tahu apa alasan Emak Siti terburu-buru menikahkan Ijah, sementara usianya belum jua matang. Kuncup payudaranya belum jua mengembang.

Baca Juga:

Tonic Immobility: Ketika Korban Kekerasan Seksual Dihakimi Karena Tidak Melawan

Benarkah Menikah Menjadi Bagian dari Separuh Agama?

Menikah sebagai Kontrak Kesepakatan

Jangan Nekat! Pentingnya Memilih Pasangan Hidup yang Tepat bagi Perempuan

Emak Siti sesekali menyusut air mata yang berlinang di kedua bola matanya. Ia nampak menyesal dan merasa telah gagal menjadi orang tua pengganti bagi Ijah. Menurut Emak Siti, ayah Ijah tak tahu ke mana rimba. Hilang tanpa kabar. Sementara ibunya telah wafat ketika melahirkan Ijah. “Ijah hamil Bu Guru, usia kandungannya sudah dua bulan. Tapi Ijah tidak mau bilang, siapa yang sudah menghamili dia. Saya merasa berdosa sama Neneng, almarhumah Ibu Ijah, saya tak bisa merawat Ijah dengan baik.” Ratap Emak Siti.

“Kebetulan ada laki-laki baik yang bersedia menikahi Ijah. Mandor Nana, kepala proyek pasar di kampung ini mau sama Ijah. Dia suka Ijah. Pas sekali, istrinya juga baru saja meninggal dunia. Kasian anak-anaknya masih kecil tidak ada yang mengurus. Buat Emak, yang penting Ijah ada yang mau bertanggung jawab.” Jelas Emak Siti.

“Ijah tak ingin menikah Emak!” Teriak Ijah dari dalam kamar. Saya mendekatinya perlahan masuk ke kamar, dan meminta izin agar bisa bicara berdua dengan Ijah. Dalam situasi tegang itu, Ijah tak memberi perlawanan ia diam saja. Sambil sesekali menyeka air matanya yang tumpah.

“Ijah, maaf kalau Ibu lancang ingin ngobrol sama kamu. Ibu ingin Ijah percaya sama Ibu, jadi Ijah bisa cerita apa saja sama Ibu.”

Upayaku cukup berhasil, Ijah menoleh sambil mengatakan. “Ibu Ratna, Ijah tak ingin menikah. Tapi Ijah juga tak ingin melahirkan anak ini. Anak yang Ijah sendiri tidak tahu siapa ayahnya.” Ujarnya sambil terisak-isak meremas-remas perut.

Layanan Pendampingan

Setelah mengetahui duduk persoalannya, dan mendengarkan keinginan Ijah, saya berpamit pergi. Begitu keluar dari rumah, saya langsung menghubungi sahabat saya yang bekerja di Yayasan Pendampingan dan Layanan Korban Kekerasan Seksual. Jelas Ijah korban pemerkosaan, karena ia tak tahu siapa pelakunya.

Berdasarkan ceritanya, sepulang sekolah sore itu, usai latihan baris berbaris persiapan Upacara Hari Kemerdekaan. Di tengah jalanan yang sepi dan suram, Ijah dibekap dari belakang. Ia langsung pingsan tak sadarkan diri. Dan tiba-tiba bangun sudah tanpa busana di sebuah rumah kosong. Ia memunguti bajunya yang berserakan di sekitar. Lalu ia pulang ke rumah dalam kondisi kacau. Sejak saat itu, Ijah berubah menjadi gadis pendiam dan tak lagi aktif berkegiatan di sekolah.

Harusnya, saya sebagai gurunya, dan pihak sekolah lebih peka dengan kondisi anak didik. Perubahan emosional sekecil apapun menjadi tanda ada yang tidak baik-baik saja pada siswa kami. Dalam hal ini, saya juga merasa bersalah sama Ijah, karena tidak peduli padanya. Hanya menuntut dia menjadi siswa yang cerdas dan berprestasi, sementara dari sisi kasih sayang, perhatian, sangat minim ia rasakan.

Saya menyampaikan pada Emak Siti agar kita tidak mendesaknya untuk menikah, dan membiarkan Ijah melewati masa kritis ini dalam pendampingan konselor, serta pengawasan tenaga kesehatan. Sebab usianya masih terlalu muda, kehamilan dan persalinannya berisiko tinggi. Bahkan bisa menyebabkan kematian ibu dan bayi.

Saya menebus perasaan bersalah tersebut dengan mendampingi Ijah hingga kondisi mentalnya pulih kembali. Lalu menjanjikan padanya, ia tetap bisa bersekolah meski tidak di lembaga pendidikan yang sama. Saya dan teman-teman di lembaga layanan, akan memastikan ruang aman baginya. Agar ia kelak mampu keluar dari rasa trauma, dan tak perlu mendapat stigma apapun dari masyarakat.

Menikah bukan Solusi Semua Masalah

Emak Ijah memeluk saya erat, ketika proses aborsi aman Ijah selesai. Meski masa depannya kini terenggut paksa, namun ada asa yang ingin ia nyalakan bersama nenek tercinta. Satu-satunya anggota keluarga yang masih tersisa.

Mandor Nana yang dulu pernah berkeinginan menikahi Ijah pun urung melakukannya, setelah saya memberi penjelasan. Menikahi seorang perempuan hanya untuk menjadi baby sister gratisan bagi anak-anaknya yang masih kecil, itu adalah perampasan kebebasan hidup perempuan. Hanya laki-laki kere, dan pengecut yang mau melakukan hal itu.

Karena menikah bukan solusi semua masalah. Apalagi bagi korban pemerkosaan, di mana ia juga berhak memilih dan menentukan jalan untuk masa depannya sendiri. Maka ketika kini marak adanya pengajuan dispensasi nikah, rasanya kita perlu mempertanyakan kembali tanggung jawab kita sebagai orang tua, guru, dan orang-orang dewasa di sekitar anak-anak, sudahkah memberinya ruang aman dan nyaman untuk berbagi cerita?

Jangan-jangan karena ketakpedulian kita, anak-anak yang belum ajeg pemikirannya itu, terjerat dalam pergaulan berisiko. Bisa jadi awalnya karena terjebak, lalu lama-lama terlanjur berdosa hingga menggadaikan nasib masa depannya sendiri.

“Ibu, terimakasih telah mendengarkan keinginan Ijah.” senyumnya tulus di atas pembaringan klinik kesehatan ibu dan bayi, sebelum akhirnya saya berpamit pergi. []

 

Tags: KBGSKekerasan seksualmenikahpemerkosaanperempuan korban kekerasan
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Pekerja Rumah Tangga

Ibu, Aku, dan Putriku: Generasi Pekerja Rumah Tangga

11 Mei 2025
Tidak Ada Cinta

Tidak Ada Cinta bagi Arivia

11 Mei 2025
Tak Ada Cinta

Tidak Ada Cinta Bagi Ali

4 Mei 2025
Kartini Tanpa Kebaya

Kartini Tanpa Kebaya

27 April 2025
Hujan

Laki-laki yang Menjelma Hujan

13 April 2025
Negara tanpa Ibu

Negara tanpa Ibu

23 Maret 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version