Mubadalah.id – Rasanya film Barbie bukan lagi film yang asing di telinga setiap orang. Banyak anak perempuan telah menggandrungi Barbie baik mainan maupun filmnya, sejak bertahun-tahun yang lalu.
Warna pink yang dominan dalam film Barbie menjadi icon dari sisi feminitas perempuan. Tidak jauh dari film kartunnya, Barbie yang diperankan oleh manusia juga menunjukkan dunia di mana perempuan bebas dan dihormati.
Film Barbie menceritakan dunia Barbie yang penuh dengan kebebasan perempuan. Dalam filmnya perempuan di dunia Barbie bisa berprofesi apa saja. Baik dokter, pengusaha, hukum bahkan tukang bangunan. Presiden yang memimpin Barbie Land juga seorang perempuan. Keadaan perempuan berbanding terbalik setelah Barbie pindah ke dunia nyata.
Tokoh-tokoh baru kemudian muncul dalam film tersebut. Ruth Handler, seorang tokoh yang menciptakan Barbie ikut muncul dalam scane di film Barbie. Termasuk manusia yang menjadi pemilik boneka Barbie di dunia nyata, Gloria dan anaknya. Merekalah yang kemudian membantu Barbie mengembalikan Barbie Land.
Dunia Barbie Impian Perempuan di Dunia
Gambaran dunia di negeri Barbie Land yang nampak dalam film Barbie adalah wujud nyata impian perempuan pada umumnya. Dunia mengapresiasi kerja keras perempuan dan pintu ruang publik terbuka untuk seluruh perempuan. Serta perempuan akan selalu merasa aman dalam keadaan apapun.
Tidak seperti ekspetasi awal para pencinta Barbie. Film Barbie mengangkat tema yang cukup berat untuk dinikmati anak-anak. Film Barbie mengemas segala bentuk kekerasan pada perempuan seperti stereotipe, patriarkhi, marginalisasi dengan begitu epik. Alur cerita film Barbie ini semakin rumit saat Barbie sang pemeran utama mengalami kelainan.
Barbie dalam filmnya merasa pikirannya semakin aneh sebab sering kali memikirkan tentang kematian. Kejadian-kejadian yang janggal yang ia alami akhirnya membuat dia memberanikan diri pergi menemui pemiliknya di dunia nyata.
Tampilan animasi yang lucu dan bauran warna pink pada tiap soot film Barbie sangat memanjakan mata. Sampai kemudian, Barbie bersama Ken tiba di dunia manusia. Dunia nyata, dunia manusia yang menunjukan patriarki dan stereotipe buruk perempuan.
Representasi Ketimpangan Gender dalam Film Barbie
Film Barbie menunjukan sisi hitam dunia bagi perempuan. Sisi Hitam saat perempuan hanya menjadi makhluk nomor dua. Dunia menganggap perempuan adalah sebuah objek.
Sehingga gagasan dan opininya adalah suatu hal yang remeh. Perempuan seolah menjadi kiblat atas berbagai kesalahan yang terjadi di Dunia.
Film Barbie menunjukan betapa dunia nyata bukanlah ruang aman bagi perempuan itu sendiri. Tak peduli selayak apapun ia menjadi pemimpin, tetap saja banyak orang yang meremehkan. tidak hanya laki-laki, sesama perempuan pun berloba-lomba untuk saling menjatuhkan.
Begitu pula yang terjadi di lungkungan tempat kita tinggal. Budaya yang mengakar memaksa perempuan membawa sterotipe bahwa ia adalah makhluk domestik. Kehadirannya tak lain dan tak bukan hanya sebatas menjadi pelengkap bagi laki-laki.
Hal ini seperti ditunjukan dalan scane film Barbie di bagian terakhir:
“Kamu harus kurus, tetapi tidak boleh terlalu kurus, kamu harus bisa memaklumi semua perilaku buruk pria yang gila, kamu harus tetap cantik untuk pria. Tetapi tidak boleh terlalu cantik atau kamu akan dibilang menggoda pria lain atau kamu akan membuat wanita lain cemburu.”
“Kamu tidak boleh tua, tidak boleh kasar, dan tidak ada yang memberimu medali atau ucapan terima kasih dan ternyata kamu tidak hanya melakukan kesalahan. Tetapi semuanya adalah salahmu. Aku hanya lelah melihat diriku sendiri dan wanita lain yang terikat dnegan stigma tersebut hanya agar orang lain dapat menyukai kita.” kata Gloria, salah satu pemeran Barbie.
Pernyataan Gloria salah satu tokoh yang mencul di film Barbie sangat mewakili kehidupan perempuan di dunia nyata. Perempuan yang serba salah dalam perilaku dan sifatnya. Perempuan tidak memiliki ruang yang cukup dalam ranah publik.
Konsep Islam
Hal tersebut tidak sesuai dengan konsep Islam yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Dalam Islam, pekerjaan rumah tangga maupun kerja di depan publik adalah hal yang dapat dipilih dan dilakukan baik perempuan baik laki-laki. Islam mendukung berdirinya perempuan di ruang publik.
Sejarah mencatat bagaimana perempuan pada masa Nabi SAW ikut berdaya dalam penyebaran Islam, seperti yang tercatat dalam kitab Tahrir Al-Mar’ah fi Ashr al-Risalah karya Syekh Abu Syuqqah.
Di dalam kitab tersebut, Abu Syuqqah menceritakan tentang banyaknya perempuan yang ikut andil dalam perjuangan Islam masa Rasulullah SAW, baik dalam bidang pendidikan, perekonomian, sosial budaya, dan ibadah.
Bahkan dalam peperangan sekalipun para perempuan ikut terlibat. Dalam peperangan ada sahabat perempuan yang terlibat aktif seperti Nusaibah bint Kaab.
Pada masa Nabi SAW banyak perempuan yang berkiprah di sektor-sektor penting, seperti contoh Siti Aisyah di bidang pendidikan, Siti Khadijah di bidang ekonomi dan bisnis, Zainab ats-Tsaqofiyah yang menafkahi suami dan anaknya, dan tentu masih banyak lagi.
Perempuan-perempuan hebat tersebut adalah contoh bagaimana sesungguhnya Islam memuliakan dan menghargai perempuan. Perempuan dan laki-laki seharusnya memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang baik dalam pendidikan, karir maupun jabatan.
Oleh karena itu, relasi yang seimbang memberikan jalan yang luas baik bagi perempuan maupun laki-laki untuk saling membantu dan memajukan Islam itu sendiri.
Karena sejatinya Allah SWT memandang makhluknya sama baik perempuan dan laki-laki. Satu-satunya hal yang membedakan mereka adalah amal ibadah yang mereka lakukan selama di dunia. Gender tidak menahan perempuan untuk tumbuh, dan gender tidak menekan laki-laki untuk terus menjadi kuat.
Maka film Berbie menunjukan bagaimana dunia memperlakukan perempuan tidak seperti seharusnya. Pun tidak sesuai dengan konsep yang Rasulullah SAW ajarkan.
Rasulullah SAW mencontohkan bagaimana perempuan boleh dan mampu untuk ikut berperan di ruang publik. Seperti banyaknya sahabat perempuan Rasulullah SAW ikut andil dalam kehidupan bermasyarakat pada zaman Rasulullah SAW. Tidak ada batasan bagi perempuan untuk berkarir dan mencari ilmu.
Representasi dunia nyata pada film Barbie seharusnya menyadarkan kita tentang banyak hal. Terutama tentang struggle perempuan menghadapi patriarki. []