Libasut taqwa dan ghadhdhul bashar dalam makna ini sama-sama penting untuk membangun relasi kemitraan laki-laki dan perempuan yang bisa menjaga farji dan aneka pelecehan seksual.
Mubadalah.id – Tuntutan Islam terkait relasi selalu menyasar pada dua pihak. Misalnya, rakyat diminta taat, tapi penguasa juga diminta adil. Anak diminta berbakti, tapi orang tua juga diminta merawat dengan baik.
Dalam berinteraksi dengan lawan jenis, semua pihak sama-sama harus berpakaian yang mencerminkan ketakwaan (libas at-taqwa), yakni pakaian yang sejalan dengan status melekat manusia sebagai hanya hamba Allah (tauhid, iman) dan amanah melekat sebagai khalifah fil ardh yang bertugas mewujudkan kemaslahatan di muka bumi.
Di samping itu, semua pihak juga meminta untuk ghadhdhul bashar (mengontrol cara pandang) dan hifzhul farji (menjaga kelamin).
Menurut Dr. Amrah Kasim, ahli semiotika al-Quran alumnus al-Azhar Kairo, kata bashar tidaklah bermakna mata fisik seperti kata ‘ainun, melainkan kondisi mental saat memandang sesuatu. Ghadhdhul bashar dengan demikian bukan penundukan mata, melainkan kontrol atas cara pandang.
Ketika cara pandang kita pada lawan jenis hanya sebatas makhluk seksual, interaksi pun menjadi sebatas pejantan dan betina. Karenanya, farji menjadi sulit ia jaga.
Dalam cara pandang seperti ini, lawan jenis hanya akan hadir dalam pikiran sebagai objek seksual. Ini berbahaya, serendah apa pun mata ditundukkan saat melihatnya. Pakaian apa pun yang menjadikan ciri lawan jenis justru ditangkap oleh otak sebagai tanda keberadaan objek seksual.
Inilah mengapa perempuan masih menjadi korban pelecehan seksual walau sudah menutup rapat seluruh tubuhnya.
Islam menuntun kita untuk memandang lawan jenis sebagai manusia yang juga punya dimensi intelektual dan spiritual. Dalam cara pandang seperti ini, interaksi dengan lawan jenis bisa menjadi arena bersama untuk mengasah intelektualitas dan spiritualitas.
Inilah perbedaan mendasar antara manusia yang memiliki akal budi dengan makhluk lain, seperti hewan. Libasut taqwa dan ghadhdhul bashar dalam makna ini sama-sama penting untuk membangun relasi kemitraan laki-laki dan perempuan yang bisa menjaga farji dan aneka pelecehan seksual.
Sekaligus produktif melahirkan aneka kemaslahatan di muka bumi. Semoga kita bisa terus berlatih agar semakin terbiasa berinteraksi dengan sesama manusia secara manusiawi. []