• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Hak Perempuan terhadap Persamaan dalam Akses Kerja

Diskriminasi upah jelas berdasarkan pada asumsi-asumsi bias gender yang melihat perempuan sebagai pencari nafkah tambahan, dan bukan kepala keluarga

Zahra Amin Zahra Amin
01/05/2023
in Publik, Rekomendasi
0
Hak Perempuan

Hak Perempuan

665
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Hari ini, 1 Mei 2023 kita peringati sebagai Hari Buruh Internasional. Banyak fakta di lapangan yang masih belum memberikan akses kerja layak bagi para perempuan. Hak perempuan terhadap kesempatan dan persamaan dalam akses kerja masih terbatas. Masih banyak ketimpangan, dan ketidakadilan gender yang menimpa para pekerja perempuan.

Sebagaimana yang Musdah Mulia paparkan dalam buku “Ensiklopedia Muslimah Reformis.” Di mana ia menjelaskan bahwa penindasan terhadap pekerja perempuan berjalan sistemis.

Pertama, negara melegitimasi pengusaha untuk melakukan diskriminasi upah kepada buruh perempuan. Diskriminasi upah tersebut jelas berdasarkan pada asumsi-asumsi bias gender yang melihat perempuan sebagai pencari nafkah tambahan, dan bukan kepala keluarga. Hak perempuan di sini telah terabaikan.

Oleh karena itu perempuan tidak berhak atas berbagai tunjangan yang diperoleh rekannya yang laki-laki. Status perkawinan telah membedakan upah laki-laki dan perempuan. Khususnya dalam perolehan tunjangan keluarga.

Peran Gender Perempuan

Kedua, pemerintah juga telah melegitimasi nilai-nilai sosial budaya masyarakat tentang peran gender perempuan. Yakni dengan memfokuskan perhatian pada pendidikan yang memerlukan ketelitian dan keterampilan. Akibatnya, kaum perempuan tergiring untuk masuk pada bidang-bidang pekerjaan stereotipe, yang pada umumnya bernilai dan berupah rendah.

Baca Juga:

Ibu, Aku, dan Putriku: Generasi Pekerja Rumah Tangga

Semua Adalah Buruh dan Hamba: Refleksi Hari Buruh dalam Perspektif Mubadalah

Marsinah, RUU PPRT, dan Janji Prabowo

Ki Hajar Dewantara: Antara Pendidikan dan Perjuangan Kelas Pekerja

Ketiga, kebijakan ekonomi negara yang beroroentasi pada pertumbuhan ekonomi, dan kebijakan politiknya yang berorientasi pada stabilitas telah memperburuk kondisi kerja buruh secara keseluruhan. Sebab, pada dasarnya kebijakan untuk kaum perempuan ditujukan untuk memenuhi persediaan tenaga kerja murah bagi pemilik modal.

Peraturan baru yang telah pemerintah keluarkan sesungguhnya merupakan kesempatan untuk melaksanakan kewajibannya sesuai dengan ketentuan yang ada dalam Konvensi. Tetapi ternyata kesempatan ini justru pemerintah gunakan untuk mengukuhkan kembali nilai-nilai gender dan stereotipe yang selama ini ada dalam masyarakat.

Maka, agar dapat memberi perlindungan hukum bagi para pekerja rumah tangga yang bekerja di luar negeri, pemerintah harus mendesak supaya MoU (memorandum of Understanding) terdapat klausul perlindungan hukum bagi mereka.

Yakni untuk memperkuat posisi mereka di hadapan hukum negeri penerima. Baik Indonesia sendiri sebagai negara pengirim maupun negara penerima, harus meratifikasi Konvensi PBB tentang Perlindungan Pekerja Migran dan Keluarganya.

Perempuan Bekerja dalam Islam

Pada prinsipnya Islam tidak melarang perempuan bekerja di dalam, atau di luar rumah, secara mandiri atau bersama-sama. Baik itu dengan swasta ataupun pihak pemerintah. Di mana pekerjaan itu mereka lakukan siang atau malam, selama perempuan dapat menghindarkan dampak-dampak negatif dari pekerjaan yang ia lakukan. Baik itu terhadap diri, keluarga dan lingkungannya.

Islam juga tidak menetapkan jumlah jam-jam tertentu dan hari-hari tertentu untuk bekerja. Yang digariskan hanyalah bahwa pekerjaan tersebut tidak boleh menjadi beban yang sangat berat ia pikul. Baik karena lamanya waktu bekerja, maupun karena sifat pekerjaan.

Sebagaimana yang Quraish Shihab jelaskan dalam buku “Perempuan”, di mana Nabi Muhammad SAW bersabda,

وَ لِجَسَدِكَ عَلَيْكَ حَقًّا رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Artinya: “Sesungguhnya badanmu memiliki hak atas dirimu”. (HR. Muslim; No:1967)

Dengan demikian, kerja yang kita bebankan pada perempuan, baik oleh dirinya maupun orang lain, tidak boleh melebihi kadar yang wajar. Nabi SAW juga mengingatkan tentang perlunya istirahat. Bukan saja untuk melepaskan lelah dari kerja mencari nafkah. Melainkan juga dalam ibadah ritual. Itu semua beliau tekankan tanpa merinci kadar atau batas tertentu. Karena hal ini berkaitan dengan kondisi masing-masing pribadi dan perkembangan suatu masyarakat.

Jika penjelasannya begitu, maka lama waktu bekerja terpulang pada kewajaran yang berdasarkan pada penilaian setiap masyarakat di daerah setempat. Atau istilah lainnya, memperhatikan kearifan lokal di masing-masing wilayah. Tentu dengan tetap memperhatikan hak-hak perempuan di dalamnya, seperti upah layak sesuai dengan standar setempat, sehingga ini bisa menjadi perhatian bersama pada momentum peringatan Hari Buruh Internasional. []

Tags: Buruh PerempuanHak PerempuanHari Buruh Internasionalperempuan bekerjaUpah Buruh
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Peran Aisyiyah

Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan

20 Mei 2025
Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas

Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama

20 Mei 2025
Bangga Punya Ulama Perempuan

Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

20 Mei 2025
Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version