Sabtu, 6 Desember 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    16 HAKTP di

    Fitri Nurajizah di 16 HAKTP: Kekerasan terhadap Perempuan adalah Pelanggaran Martabat Kemanusiaan

    Jaringan Cirebon untuk Kemanusiaan

    Jaringan Cirebon untuk Kemanusiaan Perkuat Kampanye 16 HAKTP di Majalengka

    META Indonesia

    Pelatihan Digital Literasi bersama META Indonesia agar Aman Berekspresi di Media Sosial

    Transisi Energi

    Gerakan 16 HAKTP: Jaringan Cirebon untuk Kemanusiaan Menguatkan Transisi Energi Berkeadilan

    Fahmina

    Marzuki Rais: Fahmina Tumbuh dari Kontrakan, Kuat di Pendidikan, Meluas Lewat Jejaring Asia

    Fahmina

    Marzuki Rais Beberkan Tantangan Advokasi dan Misi Keberagaman Fahmina

    Inklusif

    Peringati Seperempat Abad, Fahmina Kuatkan Gerakan Pendidikan Inklusif

    Demokrasi

    Kelas Diskusi Islam & Demokrasi Fahmina Soroti Rapuhnya Demokrasi dan Pengalaman Diskriminasi Kelompok Minoritas

    Kekerasan Seksual

    Kelas Diskusi Islam dan Gender Fahmina Ungkap Masalah Laten Kekerasan Seksual dan Perkawinan Anak

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Krisis Iklim

    Krisis Iklim dan Beban yang Tak Setara

    16 HAKTP

    16 HAKTP di Tengah Bencana: Perempuan dan Anak Jadi Korban Ganda Kerusakan Alam

    Hutan Indonesia

    Ekosida: Jejak Kejahatan terhadap Hutan Indonesia

    Citizen Journalism

    Citizen Journalism Berbeda dengan Ummu Jamil

    Lautan Indonesia

    Lautan Indonesia di Ambang Kehancuran

    Menjaga Hutan

    Guru Diminta Mengajarkan Kesadaran Menjaga Hutan. Hutan yang Mana, Pak?

    Keanekaragaman Hayati yang

    Eksploitasi Alam: Penyebab Utama Hilangnya Keanekaragaman Hayati

    Keadilan Ekologis

    Keadilan Ekologis di Ambang Krisis

    Keanekaragaman hayati

    Keanekaragaman Hayati Indonesia yang Terancam Punah

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Mimi Monalisa

    Aku, Mama, dan Mimi Monalisa

    Romantika Asmara

    Romantika Asmara dalam Al-Qur’an: Jalan Hidup dan Menjaga Fitrah

    Binatang

    Animal Stories From The Qur’an: Menyelami Bagaimana Al-Qur’an Merayakan Biodiversitas Binatang

    Ujung Sajadah

    Tangis di Ujung Sajadah

    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    Surga

    Ketika Surga Direduksi Jadi Ruang Syahwat Laki-Laki

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    16 HAKTP di

    Fitri Nurajizah di 16 HAKTP: Kekerasan terhadap Perempuan adalah Pelanggaran Martabat Kemanusiaan

    Jaringan Cirebon untuk Kemanusiaan

    Jaringan Cirebon untuk Kemanusiaan Perkuat Kampanye 16 HAKTP di Majalengka

    META Indonesia

    Pelatihan Digital Literasi bersama META Indonesia agar Aman Berekspresi di Media Sosial

    Transisi Energi

    Gerakan 16 HAKTP: Jaringan Cirebon untuk Kemanusiaan Menguatkan Transisi Energi Berkeadilan

    Fahmina

    Marzuki Rais: Fahmina Tumbuh dari Kontrakan, Kuat di Pendidikan, Meluas Lewat Jejaring Asia

    Fahmina

    Marzuki Rais Beberkan Tantangan Advokasi dan Misi Keberagaman Fahmina

    Inklusif

    Peringati Seperempat Abad, Fahmina Kuatkan Gerakan Pendidikan Inklusif

    Demokrasi

    Kelas Diskusi Islam & Demokrasi Fahmina Soroti Rapuhnya Demokrasi dan Pengalaman Diskriminasi Kelompok Minoritas

    Kekerasan Seksual

    Kelas Diskusi Islam dan Gender Fahmina Ungkap Masalah Laten Kekerasan Seksual dan Perkawinan Anak

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Krisis Iklim

    Krisis Iklim dan Beban yang Tak Setara

    16 HAKTP

    16 HAKTP di Tengah Bencana: Perempuan dan Anak Jadi Korban Ganda Kerusakan Alam

    Hutan Indonesia

    Ekosida: Jejak Kejahatan terhadap Hutan Indonesia

    Citizen Journalism

    Citizen Journalism Berbeda dengan Ummu Jamil

    Lautan Indonesia

    Lautan Indonesia di Ambang Kehancuran

    Menjaga Hutan

    Guru Diminta Mengajarkan Kesadaran Menjaga Hutan. Hutan yang Mana, Pak?

    Keanekaragaman Hayati yang

    Eksploitasi Alam: Penyebab Utama Hilangnya Keanekaragaman Hayati

    Keadilan Ekologis

    Keadilan Ekologis di Ambang Krisis

    Keanekaragaman hayati

    Keanekaragaman Hayati Indonesia yang Terancam Punah

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Mimi Monalisa

    Aku, Mama, dan Mimi Monalisa

    Romantika Asmara

    Romantika Asmara dalam Al-Qur’an: Jalan Hidup dan Menjaga Fitrah

    Binatang

    Animal Stories From The Qur’an: Menyelami Bagaimana Al-Qur’an Merayakan Biodiversitas Binatang

    Ujung Sajadah

    Tangis di Ujung Sajadah

    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    Surga

    Ketika Surga Direduksi Jadi Ruang Syahwat Laki-Laki

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Monumen

Hari Air Sedunia: Perempuan, Air dan Energi Hijau dalam Perspektif Mubadalah

Melalui pendekatan mubadalah, laki-laki dan perempuan dapat bekerja sama dalam mengelola sumber daya alam secara adil dan berkelanjutan.

Lailatuz Zuhriyah Lailatuz Zuhriyah
22 Maret 2025
in Monumen, Rekomendasi
0
Hari Air Sedunia

Hari Air Sedunia

1.4k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Air adalah elemen fundamental dalam kehidupan manusia, yang tidak hanya menopang keberlangsungan alam secara biologis, tetapi juga memiliki dimensi sosial, ekonomi, dan spiritual yang mendalam. Dalam berbagai tradisi keilmuan, air sering berkaitan dengan keberlanjutan, keseimbangan ekologi, serta aspek keadilan sosial.

Namun, di balik keberadaannya yang esensial, pengelolaan air masih menjadi tantangan besar di banyak belahan dunia. Terutama bagi kelompok yang paling terdampak, yakni perempuan. Hari Air Sedunia yang kita peringati setiap 22 Maret menjadi momentum penting untuk merefleksikan peran perempuan dalam pengelolaan air serta kontribusinya terhadap energi hijau.

Dalam perspektif feminisme, perempuan memiliki keterkaitan erat dengan sumber daya alam, termasuk air. Mereka tidak hanya sebagai pengguna tetapi juga sebagai pengelola dan penjaga keberlanjutan sumber daya ini. Banyak studi menunjukkan bahwa perempuan di berbagai komunitas adat dan pedesaan memiliki peran sentral dalam memastikan ketersediaan air bersih bagi keluarga dan masyarakat (Ningsih, 2024).

Namun, kebijakan lingkungan sering kali mengabaikan pengalaman dan pengetahuan perempuan. Sehingga kontribusi mereka dalam konservasi air dan energi hijau masih kurang mendapat pengakuan yang layak.

Sementara itu, dalam kajian fenomenologi, pengalaman perempuan dalam mengelola air dapat dilihat sebagai bagian dari relasi mendalam mereka dengan lingkungan. Fenomenologi menyoroti bagaimana perempuan merasakan, memahami, dan merespons krisis air dalam kehidupan sehari-hari. Dari perspektif Filsafat Islam, air dipandang sebagai amanah yang harus dijaga demi keseimbangan ekosistem dan kemaslahatan umat.

Sementara itu, dari perspektif mubadalah, pengelolaan air membutuhkan kesalingan antar pihak. Dengan menggabungkan keempat perspektif ini, artikel ini akan mengulas bagaimana perempuan memainkan peran penting dalam pengelolaan air dan energi hijau sebagai bentuk kepedulian ekologis yang berkelanjutan.

Feminisme dan Pengelolaan Air: Perempuan sebagai Agen Keberlanjutan

Dalam banyak komunitas di dunia, perempuan memainkan peran utama dalam pengelolaan air. Mereka bertanggung jawab atas pengambilan, distribusi, dan pemanfaatan air untuk kebutuhan domestik, pertanian, serta industri rumah tangga. Perspektif ekofeminisme, yang melihat keterkaitan erat antara eksploitasi alam dan penindasan perempuan, menyoroti bahwa perempuan memiliki peran strategis dalam menjaga kelestarian air (Rohendi & Nur, 2019).

Ketidakadilan gender dalam kepemilikan sumber daya dan akses terhadap air sering kali memperburuk dampak perubahan iklim bagi perempuan, karena mereka harus menempuh jarak lebih jauh untuk mendapatkan air bersih atau menghadapi risiko kesehatan akibat sanitasi yang buruk.

Menurut Vandana Shiva, perempuan sering kali memiliki pemahaman ekologis yang lebih dalam karena keterlibatan mereka yang langsung dengan sumber daya alam (Suliantoro & Murdiati, 2019). Di banyak daerah, perempuan telah menjadi pelopor dalam inisiatif konservasi air, seperti proyek rainwater harvesting di India yang dipimpin oleh kelompok perempuan desa.

Hal ini menunjukkan bahwa keberdayaan perempuan dalam pengelolaan air dapat berkontribusi pada solusi keberlanjutan jangka panjang. Selain itu, dalam studi Carolyn Merchant, eksploitasi terhadap sumber daya alam sering kali sejalan dengan eksploitasi terhadap perempuan (Zahroh, 2024), sehingga pendekatan ekofeminisme menekankan pentingnya mengembalikan keseimbangan ekologi melalui keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan terkait sumber daya alam.

Pendekatan Berbasis Komunitas

Di beberapa negara berkembang, perempuan juga berperan sebagai inovator dalam teknologi pengolahan air. Misalnya, di Afrika Sub-Sahara, komunitas perempuan telah mengembangkan metode filtrasi air sederhana dengan menggunakan bahan-bahan alami (KLHK, 2019), yang memungkinkan masyarakat memperoleh akses air bersih dengan biaya rendah.

Hal ni menunjukkan bahwa pendekatan berbasis komunitas yang dipimpin oleh perempuan memiliki potensi besar dalam menghadapi krisis air global. Oleh karena itu, memberikan akses dan pendidikan kepada perempuan dalam bidang sains dan teknologi air menjadi langkah strategis dalam menciptakan ketahanan air yang berkelanjutan.

Selain itu, dalam konteks kebijakan publik, studi oleh UN Women menunjukkan bahwa negara-negara yang melibatkan perempuan dalam perencanaan dan pengelolaan air cenderung memiliki tingkat keberlanjutan yang lebih tinggi (UNESCO & Kementerian PUPR, 2024).

Program-program konservasi yang memperhitungkan perspektif gender terbukti lebih efektif dalam meningkatkan akses air bersih dan mengurangi dampak lingkungan. Oleh karena itu, kebijakan lingkungan yang adil gender bukan hanya soal keadilan sosial tetapi juga merupakan strategi yang efektif dalam mencapai keberlanjutan jangka panjang.

Air dalam Pengalaman Hidup Perempuan: Tinjauan Fenomenologi

Fenomenologi sebagai metode filsafat menekankan pengalaman langsung dan subjektif manusia terhadap dunia. Dalam konteks air, pengalaman perempuan dalam mengelola sumber daya ini sering kali diabaikan dalam kebijakan lingkungan yang cenderung berorientasi pada pendekatan teknokratis. Padahal, pemahaman perempuan terhadap air tidak hanya bersifat fungsional tetapi juga eksistensial, yang mencerminkan relasi mereka dengan lingkungan dan nilai-nilai budaya yang diwariskan secara turun-temurun.

Sebagai contoh, di daerah pesisir Indonesia, perempuan nelayan harus beradaptasi dengan krisis air bersih akibat intrusi air laut yang semakin parah akibat perubahan iklim (Wiratama, 2016).

Pengalaman mereka dalam menemukan solusi lokal, seperti penggunaan sumur bor dan filtrasi alami, menunjukkan bahwa pendekatan berbasis pengalaman perempuan harus diperhitungkan dalam kebijakan pengelolaan air. Kajian fenomenologis juga dapat menjelaskan bagaimana perempuan merespons keterbatasan air dengan praktik adaptasi yang tidak hanya pragmatis tetapi juga berbasis nilai dan spiritualitas.

Selain itu, dalam banyak budaya tradisional, perempuan memiliki peran dalam ritual dan praktik keagamaan yang berkaitan dengan air. Air sering dianggap sebagai simbol kesucian, kehidupan, dan pembaruan spiritual. Dalam Islam, konsep thaharah (kesucian) menekankan pentingnya air dalam kehidupan sehari-hari, baik secara fisik maupun spiritual (Adawiah et al., 2023).

Kesadaran Kolektif Pentingnya Air

Pengalaman perempuan dalam menggunakan air untuk wudhu, mandi janabah, dan keperluan ibadah lainnya menunjukkan bahwa air bukan sekadar sumber daya material tetapi juga bagian dari pengalaman religius yang mendalam.

Lebih jauh, pengalaman perempuan dalam menghadapi krisis air juga dapat kita analisis melalui konsep intentionality dalam fenomenologi Husserlian. Perempuan tidak hanya mengalami air sebagai objek yang harus terakses, tetapi juga sebagai bagian dari kehidupan yang membentuk kesadaran dan tindakan mereka sehari-hari.

Misalnya, perempuan yang harus berupaya maksimal berjalan jauh untuk mendapatkan air, tidak hanya mengalami kesulitan fisik, tetapi juga membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya akses air yang adil dan berkelanjutan.

Oleh karena itu, melalui pendekatan fenomenologi dalam memahami pengalaman perempuan dalam pengelolaan air ini, dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam bagi perumusan kebijakan yang lebih inklusif dan berkeadilan gender. Dengan menggali pengalaman hidup perempuan, kita dapat merancang solusi yang tidak hanya berbasis teknologi, tetapi juga mempertimbangkan aspek sosial, budaya, dan spiritual yang melekat dalam kehidupan mereka.

Air sebagai Rahmat dan Amanah: Tinjauan Filsafat Islam

Dalam Islam, air dipandang sebagai rahmat (ni‘mah) dan amanah yang harus dijaga. Al-Qur’an sering menyebut air sebagai sumber kehidupan, sebagaimana dalam QS. Al-Anbiya’ (21:30).

اَوَلَمْ يَرَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَنَّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنٰهُمَاۗ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاۤءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّۗ اَفَلَا يُؤْمِنُوْنَ۝٣٠

“Apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi, keduanya, dahulu menyatu, kemudian Kami memisahkan keduanya dan Kami menjadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air? Maka, tidakkah mereka beriman?” (https://quran.nu.or.id/al-anbiya’/30)

Air dalam perspektif Filsafat Islam memiliki dua dimensi utama: sebagai anugerah yang harus disyukuri dan sebagai amanah yang harus dijaga. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Mulk (67:30).

قُلْ اَرَءَيْتُمْ اِنْ اَصْبَحَ مَاۤؤُكُمْ غَوْرًا فَمَنْ يَّأْتِيْكُمْ بِمَاۤءٍ مَّعِيْنٍࣖ ۝٣٠

“Katakanlah (Nabi Muhammad), “Terangkanlah kepadaku jika (sumber) air kamu surut ke dalam tanah, siapa yang akan memberimu air yang mengalir?”. (https://quran.nu.or.id/al-mulk/30)

Tokoh seperti Seyyed Hossein Nasr menegaskan bahwa dalam Islam, lingkungan hidup memiliki nilai sakral (Masykur et al., 2023), sehingga eksploitasi berlebihan terhadap air merupakan bentuk penyalahgunaan amanah.

Dalam hadis Rasulullah SAW, disebutkan: “Janganlah seorang di antara kalian menyia-nyiakan air, meskipun ia berada di sungai yang mengalir.” (HR. Ibnu Majah) (MUI, 2015). Hadis ini menekankan prinsip efisiensi dan tanggung jawab dalam penggunaan air.

Perempuan yang secara tradisional bertanggung jawab dalam pengelolaan air di tingkat rumah tangga, dapat dilihat sebagai pemegang amanah dalam menjaga keberlanjutan sumber daya ini. Oleh karena itu, perspektif Filsafat Islam mengajarkan bahwa pelibatan perempuan dalam kebijakan pengelolaan air bukan hanya upaya ekologis, tetapi juga manifestasi dari tanggung jawab moral dan spiritual yang lebih luas.

Perempuan dan Energi Hijau: Masa Depan Keberlanjutan

Peran perempuan dalam pengelolaan energi hijau semakin terakui sebagai faktor kunci dalam pembangunan berkelanjutan. Dalam banyak komunitas, perempuan berada di garis depan dalam penggunaan energi terbarukan, baik sebagai konsumen, inovator, maupun penggerak kebijakan lingkungan.

Keterlibatan perempuan dalam proyek energi hijau, seperti panel surya dan biogas, telah meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan program energi bersih di berbagai negara berkembang (https://irid.or.id/peran-perempuan-dalam-mengatasi-dampak-buruk-penggunaan-bahan-bakar-padat/).

Sebagai agen perubahan, perempuan tidak hanya mengadopsi teknologi energi hijau tetapi juga berperan dalam mendidik komunitasnya tentang pentingnya transisi energi berkelanjutan. Di berbagai negara, inisiatif seperti jaringan perempuan dalam energi terbarukan telah mendorong kebijakan yang lebih inklusif dan berbasis kebutuhan lokal.

Studi oleh Clancy et al. (2012) menegaskan bahwa program energi yang melibatkan perempuan cenderung lebih berhasil karena mempertimbangkan kebutuhan rumah tangga dan perspektif kesejahteraan sosial.

Selain sebagai pengguna, perempuan juga berperan sebagai inovator dalam pengembangan teknologi energi hijau. Di Kenya misalnya, perempuan pengusaha telah menciptakan solusi pencahayaan berbasis tenaga surya untuk daerah pedesaan yang belum terjangkau listrik (https://cleanenergy4africa.org/kenyas-off-grid-energy-revolution-impact-and-initiatives/). Program ini tidak hanya mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil tetapi juga membuka peluang ekonomi bagi perempuan di sektor energi.

Mendorong lebih banyak perempuan untuk terlibat dalam kebijakan energi hijau menjadi langkah penting dalam memastikan keberlanjutan lingkungan. Negara yang memperkuat partisipasi perempuan dalam sektor energi terbarukan akan memiliki tingkat inovasi yang lebih tinggi dan dampak sosial yang lebih luas. Oleh karena itu, investasi dalam pendidikan dan pemberdayaan perempuan di sektor energi hijau bukan hanya keharusan moral tetapi juga strategi keberlanjutan yang visioner.

Perspektif Mubadalah dalam Pengelolaan Air

Pengelolaan air dan energi hijau tidak bisa hanya menjadi tanggung jawab satu pihak. Melainkan harus melibatkan semua elemen masyarakat secara setara, termasuk perempuan. Dalam hal ini, prinsip mubadalah atau kesalingan dalam Islam menjadi sangat relevan dalam fenomena ini.

Dalam konteks ini, perempuan memiliki peran strategis dalam memastikan keberlanjutan ekologi, baik sebagai penjaga lingkungan, inovator teknologi hijau, maupun agen perubahan sosial.

Islam sendiri mengajarkan bahwa manusia diberikan amanah untuk menjaga keseimbangan alam, sebagaimana dinyatakan dalam QS. Al-A’raf [7]: 31, “…dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (Allah) memperbaikinya.” Perintah ini menegaskan bahwa pelestarian air dan lingkungan adalah kewajiban bersama yang tidak dapat dipandang sebelah mata.

Melalui pendekatan mubadalah, laki-laki dan perempuan dapat bekerja sama dalam mengelola sumber daya alam secara adil dan berkelanjutan. Pemberian penguatan partisipasi perempuan dalam kebijakan lingkungan, dapat mewujudkan pengelolaan air yang lebih inklusif dan efektif dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.

Hari Air Sedunia menjadi pengingat bahwa kolaborasi berbasis kesalingan adalah kunci utama dalam membangun masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan bagi seluruh umat manusia.

Selamat Hari Air Sedunia! []

 

REFERENSI:

Adawiah, E. R., Amanah, I. M., & Yurna, Y. (2023). Implementasi Thaharah Dalam Mengelola Hidup Bersih Dan Berbudaya Ima Muslimatul Amanah. Jurnal Pendidikan Berkarakter, 1(4), 123–141. https://doi.org/10.51903/pendekar.v1i4.301

https://cleanenergy4africa.org/kenyas-off-grid-energy-revolution-impact-and-initiatives/

https://irid.or.id/peran-perempuan-dalam-mengatasi-dampak-buruk-penggunaan-bahan-bakar-padat/

https://quran.nu.or.id/al-anbiya’/30

https://quran.nu.or.id/al-mulk/30

KLHK. (2019). Kerangka Kerja Manajemen Lingkungan Dan Sosial Provinsi Kalimantan Timur.

Masykur, Z. M., Ni’am, S., & Naim, N. (2023). Scientia Sacra Seyyed Hossein Nasr Perspektif Filsafat Lingkungan dan Kontribusinya pada Pengembangan Kajian Ekologis. Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin, 25(2), 166–183.

MUI. (2015). Air, Kebersihan, Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan menurut Agama Islam. Majelis Ulama Indonesia, 1–164.

Ningsih, W. F. (2024). Perempuan dan Ketahanan Pangan (Rumah Tangga) pada Masa Revolusi. Jurnal Sejarah Citra Lekha, 9(1), 27–43. https://doi.org/10.14710/jscl.v9i1.59981

Pokhrel, S. (2024). No TitleΕΛΕΝΗ. Αγαη, 15(1), 37–48.

Rohendi, A., & Nur, C. M. (2019). Peran Perempuan Dalam Konservasi Air Rumah Tangga. Gender Equality: International Journal of Child and Gender Studies, 4(1), 73. https://doi.org/10.22373/equality.v4i1.4482

Suliantoro, B. ., & Murdiati, C. W. (2019). Perjuangan Perempuan Mencari Keadilan & Menyelamatkan Lingkungan; Telaah Kritis Etika Ekofeminis Vandana Shiva. In Cahaya Atma Pustaka. http://e-journal.uajy.ac.id/20723/6/buku Perjuangan Perempuan.pdf

UNESCO & Kementerian PUPR. (2024). Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Perkembangan Sumber Daya Air : Air untuk Kesejahteraan dan Perdamaian. https://unesdoc.unesco.org/ark:/48223/pf0000389717

Wiratama, Y. P. (2016). Strategi Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim di Indonesia. November. https://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/97267

 

 

Tags: Energi HijauHari Air SeduniaIbu BumiKeadilan EkologisKebersihanperspektif mubadalah
Lailatuz Zuhriyah

Lailatuz Zuhriyah

Dosen Filsafat dan Kepala Pusat Penelitian LP2M UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung

Terkait Posts

Krisis Iklim
Publik

Krisis Iklim dan Beban yang Tak Setara

6 Desember 2025
Keadilan Ekologis
Publik

Keadilan Ekologis di Ambang Krisis

4 Desember 2025
Tumbler
Publik

Tumbler: Antara Komitmen Jaga Bumi atau Gaya Hidup Masa Kini

15 November 2025
Perempuan Adat
Publik

Perempuan Adat di Tengah Krisis Iklim

14 November 2025
Eco-Waqaf
Publik

Eco-Waqaf dan Masa Depan Hijau: Sinergi Iman, Ekonomi, dan Lingkungan

9 November 2025
Presiden Meksiko Dilecehkan
Publik

Ketika Presiden Meksiko Dilecehkan: Membaca Kekerasan Seksual dari Perspektif Mubadalah

8 November 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • 16 HAKTP

    16 HAKTP di Tengah Bencana: Perempuan dan Anak Jadi Korban Ganda Kerusakan Alam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Guru Diminta Mengajarkan Kesadaran Menjaga Hutan. Hutan yang Mana, Pak?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jaringan Cirebon untuk Kemanusiaan Perkuat Kampanye 16 HAKTP di Majalengka

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Citizen Journalism Berbeda dengan Ummu Jamil

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ekosida: Jejak Kejahatan terhadap Hutan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Krisis Iklim dan Beban yang Tak Setara
  • 16 HAKTP di Tengah Bencana: Perempuan dan Anak Jadi Korban Ganda Kerusakan Alam
  • Ekosida: Jejak Kejahatan terhadap Hutan Indonesia
  • Fitri Nurajizah di 16 HAKTP: Kekerasan terhadap Perempuan adalah Pelanggaran Martabat Kemanusiaan
  • Kisah Angkie Yudistia sebagai perempuan Penyandang Disabilitas

Komentar Terbaru

  • Refleksi Hari Pahlawan: Tiga Rahim Penyangga Dunia pada Menolak Gelar Pahlawan: Catatan Hijroatul Maghfiroh atas Dosa Ekologis Soeharto
  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID