Mubadalah.id – Jika merujuk pandangan Fatima Mernissi tentang hijab, maka tema hijab ini sangat dominan dalam karier intelektual Mernissi.
Pasalnya, tema hijab ini, yang sangat mempengaruhi kehidupan Fatima Mernissi dan keluarganya.
Hijab yang merupakan instrumen pembatasan, pemisahan, dan pengucilan terhadap perempuan dari ruang publik, bagi Mernissi merupakan bentuk pemahaman keagamaan dominan (yang nofabene dikuasai oleh laki-laki).
Hijab juga berarti sarana pemisahan antara penguasa dan rakyat. Pemikiran hijab yang terakhir ini dipengaruhi oleh realitas kekuasaan yang terjadi dalam masyarakat Arab.
Dalam beberapa karyanya, Fatima Mernissi juga mencoba menunjukkan bahwa kekurangan-kekurangan yang ada dalam pemerintahan Arab.
Bukanlah karena secara inheren ajaran-ajaran religius yang nofabene menjadi Undang-Undang Dasar pemerintahan tersebut cacat.
Namun karena ajaran agama itu telah termanipulasi oleh orang yang berkuasa untuk kepentingan sendiri.
Hanya saja, dalam beberapa hal, Mernissi membela negara Arab, ketika negara-negara ini menyorot dan menjadi negatif oleh media Barat.
Misalnya ketika Arab atau Islam identik dengan terorisme oleh Barat, maka Mernissi memberikan pembelaan bahwa Arab atau Islam bukanlah teroris atau sarang teroris.
Dalam kebanyakan karyanya, Mernissi mencoba menggambarkan bahwa ajaran agama bisa dengan mudah memanipulasinya.
Penindasan Perempuan Bukan Ajaran Islam
Mernissi pun percaya bahwa penindasan terhadap perempuan adalah semacam tradisi yang sengaja membuatnya, dan bukan dari ajaran agama Islam.
Mernissi sangat berani dan tidak takut membongkar tradisi yang menganggapnya sakral oleh masyarakat. Banyak tulisan-tulisan lepasnya tentang perempuan yang menyuarakan hal di atas.
Sebagai seorang sosiolog, tulisan-tulisan Mernissi ini bisa tidak semata-mata berisi uraian normatif, tetapi kaya juga dengan analisis sosiologis.
Ini bisa terlihat dari karyakarya yang di atas tadi dan disertasi doktoralnya, yang telah dibukukan dengan judul Beyond the Veil yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berjudul Seks dan Kekuasaan: Dinamika Pria-Wanita dalam Masyarakat Muslim Modern (Surabaya: Al-Fikr, 1997).
Buku ini merupakan hasil penelitian Mernissi terhadap perempuan Maroko tentang batas-batas seksual perempuan.
Oleh karena itu, seakan-akan pergulatan intelektual/pengalaman nya itu yang ia tuangkan dalam karya-karyanya, bisa menjadi representasi persoalan perempuan Islam pada umumnya.*
*Sumber: tulisan karya M. Nuruzzaman dalam buku Kiai Husein Membela Perempuan.