• Login
  • Register
Sabtu, 5 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hukum Syariat

Hukum Suami Mengasuh Anak dalam Perspektif Mubadalah

Jika merujuk pada beberapa teks hadits tentang teladan Nabi Muhammad Saw, mungkin bisa disimpulkan bahwa hukum suami mengasuh anak adalah sunah yang sangat dianjurkan.

Redaksi Redaksi
19/05/2022
in Hukum Syariat, Keluarga
0
hukum suami mengasuh anak

karakter anak

947
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Jika merujuk pada beberapa teks hadits tentang teladan Nabi Muhammad Saw, mungkin bisa disimpulkan bahwa hukum suami mengasuh anak adalah sunah yang sangat dianjurkan. Suami dan istri sudah seharusnya saling membantu dalam mengasuh anak. (Baca: Apakah Mengasuh Anak Hanya Menjadi Tanggung Jawab Istri dan Mencari Nafkah Hanya Tanggung Jawab Suami?)

Dalam berbagai teks hadits, hukum suami mengasuh anak yang sunnah ini merupakan bagian dari ekspresi sifat kasih sayang yang sering ditunjukkan Nabi Muhammad Saw. (Baca: Keterkaitan Konsep Motherhood dan Pola Pengasuhan Anak)

Misalnya, dalam Sahih Bukhari (no. hadits: 6063) menyebutkan sebuah teks tentang teladan Nabi Saw mengasuh cucunya, Hasan dan Husein bin Fathimah ra, menggendong dan menciumnya. Teks ini bisa menjadi rujukan untuk menyatakan bahwa hukum suami mengasuh anak adalah sunnah. (Baca: Anak Harus Terlindungi dari Kekerasan Seksual)

Kesunahan hukum suami mengasuh anak juga bisa disimpulkan dari praktik Nabi Muhammad Saw, yaitu bahwa beliau sangat mencintai dan menyayangi anak-anak, laki-laki maupun perempuan. (Baca: Rasa Sesal setelah Mengkhitankan Anak Perempuan)

Nabi Saw sering menyapa mereka, menyambut kehadiran mereka, mengajak mereka bermain, dan mencium kening mereka. (Baca: Doa agar Anak Dilindungi dari Berbagai Bahaya)

Baca Juga:

Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama

Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

Tafsir Sakinah

Ketika ada seorang sahabat yang bercerita di hadapan Nabi Saw, bahwa praktik suami mengasuh anak jarang ia lakukan sehingga ia tidak dekat dengan anak-anaknya. Mendengar jawaban itu, Nabi Saw justru menegurnya (Sahih Bukhari, no. 6063). (Baca: Sebab Hidup Kita Bukan Hanya tentang Hari Ini)

Kemudian, Nabi Saw mempercepat shalat ketika mendengar tangis bayi di jama’ah perempuan, agar si bayi segera memperoleh ketenangan (Sahih Bukhari, no. 712). (Baca: Benarkah Perempuan yang Mengubur Bayi, dan Bayi yang Dikubur, Keduanya di Neraka?)

Nabi Saw juga memuji seorang ibu yang membelah satu kurma menjadi dua untuk kedua putrinya (Musnad Ahmad, no. 22603). (Baca: Putri Gus Mus dan Dua Penulis Muda Perempuan akan Mengisi Acara Seminar)

Nabi Saw juga saat sedang sujud membiarkan punggung beliau dinaiki kedua cucu Hasan dan Husein (Sunan Nasa’i, no. 1149 dan Musnad Ahmad, no. 16279 dan 28295). (Baca: 4 Inspirasi Parenting Teladan Nabi Muhammad SAW Mendidik Anak dan Cucunya)

Cucu Nabi Saw yang perempuan, bernama Umamah bint Abu al-‘Ash ra, putri dari Zainab bint Rasulullah Saw juga sering diasuh Nabi Saw. Dia sering diajak main, dipangku, digendong, bahkan dibawa ke masjid untuk shalat. (Baca: Puasa Ramadhan Tapi Tidak Shalat Lima Waktu, Begini Hukumnya)

Beberapa catatan hadits menyebutkan bahwa Nabi Saw pernah shalat dengan tetap menggendong Umamah bint Abu al-‘Ash ra. (Baca: Anak-Anak yang Menggendong Anak)

Ketika beliau sujud, Umamah diletakkan terlebih dahulu, dan ketika mau berdiri digendong lagi (Sahih Bukhari, no. 515). (Baca: Jika dibolehkan, Suamipun Harusnya Sujud pada Istri)

Karena cinta yang besar ini, seperti kata Sayyidah Aisyah ra, ketika Nabi Saw memperoleh hadiah kalung dari Yaman, langsung diberikan kepada Umamah ra (Musnad Ahmad, no. 25343). Ada beberapa kisah juga, dimana Nabi Muhammad Saw dititipi anak untuk diasuh sementara dan didoakan, kemudian akan dijemput lagi oleh ayah mereka. (Baca: Wahai Manusia, Kepada Ayah, Berbaktilah!)

Semua teks-teks hadits ini, terang benderang, menunjukkan bahwa Nabi Muhammad Saw, sebagai laki-laki, ikut terlibat dalam kerja-kerja pengasuhan anak. Dengan teladan ini, kita bisa menyimpulkan bahwa hukum suami mengasuh anak adalah sunnah dalam Islam. (Baca: Ibu dan Ayah, dan Siapapun yang Sedang Mengasuh Balita)

Begitupun beberapa Sahabat laki-laki mempraktikkan teladan Nabi Saw tersebut, sehingga hukum suami mengasuh anak ini menjadi sunnah yang dianjurkan. Kakrena itu, tidak benar, jika dikatakan bahwa pengasuhan dan pendidikan anak hanya menjadi tanggung-jawab istri semata, tanpa keterlibatan suami. (Baca: Moderasi Cinta Suami Istri dalam Wadah Rumah Tangga)

Dalam perspektif mubadalah, suami dan istri bertanggung-jawab bersama dalam mengasuh dan mendidikan anak. Suami istri yang mengasuh anak secara bersamaan akan membawa keberkahan dalam keluarga mereka. (Baca: Rasulullah Saw Tegaskan Dalam Mendidik Anak Harus dengan Kasih Sayang) (Faqih Abdul Qadir). Wallahu a’lam.

Tags: anakhukummengasuhMubadalahperspektifsuami
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Pemimpin Keluarga

Siapa Pemimpin dalam Keluarga?

4 Juli 2025
Marital Rape

Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

2 Juli 2025
Anak Difabel

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

1 Juli 2025
Peran Ibu

Peran Ibu dalam Kehidupan: Menilik Psikologi Sastra Di Balik Kontroversi Penyair Abu Nuwas

1 Juli 2025
Geng Motor

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

29 Juni 2025
Keluarga Maslahah

Kiat-kiat Mewujudkan Keluarga Maslahah Menurut DR. Jamal Ma’mur Asmani

28 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Gerakan KUPI

    Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bekerja itu Ibadah
  • Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi
  • Jangan Malu Bekerja
  • Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID