Mubadalah.id – Ibadah Haji seluruhnya adalah simbol perjuangan kemanusiaan. Thawâf di Ka’bah, adalah simbol perjuangan menyatukan langkah, pikiran dan hati manusia dalam kepasrahan total menuju satu titik dari mana mereka berasal dan ke sana pula mereka kembali. Titik itu tidak lain adalah Allah.
Ibadah Haji adalah pusat eksistensi, kepada siapa seluruh alam semesta, harus mengabdi dan menghambakan diri. Perjuangan hidup seharusnya memang mengarah menuju kerangka ini dan bukan ke arah yang lain. Sa’i ritual berjalan dari bukit Shafa ke Marwah, adalah simbol perjuangan keras meraih hidup sejahtera.
Simbol Ibadah Haji ini ditampilkan lewat peran seorang perempuan papa, Siti Hajar. Ia mencari air, sumber kehidupan dan kesuburan bagi manusia dan alam.
أَوَلَمْ يَرَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا۟ أَنَّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَٰهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ ٱلْمَآءِ كُلَّ شَىْءٍ حَىٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
Artinya: Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?(QS. Al Anbiya: 30)
Tuhan lalu menganugerahinya air Zam-zam. Ia melambangkan sumber kehidupan yang bersih, sehat dan halal.
Dan isteri Nabi Ibrâhim itu, sungguh, tidak berjuang hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk manusia yang tidak berdaya; anaknya; Ismail, dan kelak untuk berjuta-juta manusia. Wuqûf di ‘Arafah, sebuah ritual haji paling inti: “al-Hajju ‘Arafah”, adalah simbol kesetaraan manusia di hadapan Tuhan. Di tempat ini semua identitas sosial, kultural (budaya), politik, ekonomi, ideologi-ideologi, sekte-sekte, jenis kelamin, warna kulit, bahasa dan lain-lain melebur dan hilang bentuk.
Pesan Moral dalam Ritual Ibadah Haji
Ini adalah pesan perjuangan fundamental ketuhanan bahwa segala perbedaan yang sengaja Tuhan ciptakan itu atau diciptakan oleh manusia sendiri, tidak boleh menjadi dasar bagi upaya-upaya manusia untuk merendahkan, meminggirkan atau menyingkirkan manusia yang lain. Wuqûf di ‘Arafah, dengan begitu, adalah lambang persaudaraan manusia sedunia untuk sebuah martabat kemanusiaan.
إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا۟ بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Artinya: Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. (QS. Al Hujurat : 10)
Jumrah (melempar batu) di Mina secara berulangkali, adalah simbol perjuangan manusia melemparkan dan menghancurkan kecenderungan-kecenderungan egoistik yang menyesatkan bahkan menyengsarakan manusia yang lain, seperti karakteristik setan.
Allah menyatakan: وَمَآ أُبَرِّئُ نَفْسِىٓ ۚ إِنَّ ٱلنَّفْسَ لَأَمَّارَةٌۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىٓ ۚ إِنَّ رَبِّى غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Artinya: Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. (QS. Yusuf : 53)
Terakhir adalah kurban. Ia adalah simbol perjuangan mewujudkan solidaritas sosial-ekonomi. Allah menyatakan: “Kemudian bila (hewan itu) telah roboh, maka makanlah sebagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan keberadaannya (kemiskinannya) dan orang yang minta-minta.” []