• Login
  • Register
Sabtu, 25 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Buku

Islam dan Kisah Perempuan di Titik Nol

Islam hadir di masyarakat Arab dan dunia yang secara umum waktu itu masih meletakkan perempuan di titik nol. Seumur hidupnya, perempuan sangat rentan alami penistaan.

Nur Rofiah Nur Rofiah
03/04/2021
in Buku
0
Islam

Islam

132
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Perempuan di Titik Nol adalah salah satu judul novel mungil karya almarhumah Nawal El Sa’dawi yang punya daya sengat dahsyat. Saat aku share rencana bedah novel ini, beberapa teman cerita nggak mampu khatam baca. Alasannya ada yang mual, ada pula yang merasa ngeri.

Aku ingat betul setelah baca novel ini kemudian lanjut novel Memoar Seoorang Dokter Perempuan, kumerasa panas dingin. Ada yang bergejolak dan membuat marah, kecewa, dan KZL. Gelisah menyadari ada gap yang menganga lebar antara Islam yang kuyakini adil pada perempuan dengan Islam sebagaimana dipraktekkan oleh masyarakat yang sungguh kerap menistakan kemanusiaan perempuan hingga di titik nol.

Beruntung saat itu, aku sedang jadi mahasiswi jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin IAIN (sekarang UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta. Saat kecewa segera pula menemukan harapan karena ternyata satu ayat bisa dipahami secara beragam. Masih ada pemahaman yang adil pada perempuan. Walau kala itu pemahamannya masih bersifat tercecer, belum sistemik.

Kala itu aku masih bisa ambil posisi: “Al-Quran adalah firman Allah Yang Mahaadil termasuk pada perempuan, maka mustahil Allah memaksudkan firman-Nya untuk ketidakadilan pada perempuan. Tapi al-Quran juga selalu dipahami oleh manusia yang tak satupun maha adil, maka pemahaman atas al-Qur’an bisa adil pada perempuan bisa pula sebaliknya.”

Pokoknya kalau ketemu pemahaman yang tidak adil atas ayat al-Quran aku cuma membatin: pasti bukan ini yang dimaksudkan oleh Allah. Lalu apa pemahaman yang Dia maksudkan? Mbuh, pokoknya bukan ini, biar kucari!

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Nabi Saw Melarang Umatnya Merendahkan Perempuan
  • 3 Tips Jika Target Ibadah Ramadan Berhenti di Tengah Jalan
  • 5 Dasar Toleransi Menurut Wahbah Az-Zuhaili
  • Asy-Syifa Binti Abdullah: Ilmuwan Perempuan Pertama dan Kepala Pasar Madinah

Baca Juga:

Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Nabi Saw Melarang Umatnya Merendahkan Perempuan

3 Tips Jika Target Ibadah Ramadan Berhenti di Tengah Jalan

5 Dasar Toleransi Menurut Wahbah Az-Zuhaili

Asy-Syifa Binti Abdullah: Ilmuwan Perempuan Pertama dan Kepala Pasar Madinah

Jika dipikir-pikir miris juga ya! Kita yang cuma membaca kisah Firdaus saja sangat mual dan ngeri. Bagaimana mereka yang mengalami nasib sama? Bayangkan novel ini ditulis oleh Nawal yang hidupnya baru berakhir beberapa hari lalu. Novel diinspirasikan oleh fenomena riil. Artinya, di abad 20 hingga 21 ini perempuan masih kerap diterjunkan ke titik nol kemanusiaannya. Ndahneo di abad 7 M saat Islam hadir.

Tentu ada banyak kemajuan dahsyat terkait dengan kesadaran tentang kemanusiaan perempuan. Manusia abad ini sudah mulai menyadari bahwa perempuan adalah sama dengan laki-laki sebagai manusia. Dua-duanya perlu diperlakukan secara manusiawi. Ini adalah kesadaran yang menitikberatkan pada persamaan keduanya sebagai manusia.

Bahkan kini lebih maju lagi kesadaran kemanusiaan perempuan disertai dengan kesadaran tentang perbedaan laki-laki dan perempuan sebagai manusia. Karenanya laki-laki tidak bisa menjadi standar tunggal kemanusiaan perempuan. Di samping persamaan, masing-masing juga punya perbedaan sebagai manusia. Karenanya, sikap manusiawi pada perempuan mesti mempertimbangkan kondisinya yang berbeda dengan laki-laki sebagai manusia, baik secara biologis maupun sosial. Ini adalah kesadaran kemanusiaan yang menitikberatkan pada perbedaan keduanya sebagai manusia.

Islam hadir di masyarakat Arab dan dunia yang secara umum waktu itu masih meletakkan perempuan di titik nol. Seumur hidupnya, perempuan sangat rentan alami penistaan. Baru lahir rentan dikubur hidup-hidup, masuk usia anak rentan alami insest dan perkawinan paksa, saat menstruasi rentan alami tabu menstruasi, lalu rentan pula rentan dijadikan hadiah, jaminan hutang, saat nikah rentan dicerai lalu dirujuk tanpa batas, rentan dipoligami dalam jumlah istri tak terbatas dan tanpa syarat adil, saat suami meninggal rentan praktek iddah dan ihdad yg menistakan di samping juga rentan diwariskan, dst.

Mari kita refleksikan apa respon Islam pada abad 7 M pada sistem sosial yang meletakkan perempuan di titik nol? Apa hambatan hingga 14 abad kemudian perempuan masih rentan diletakkan pada titik nol? Apa yang mesti lakukan perempuan agar bisa beranjak dari titik nol ke kemanusiaan penuhnya?

Apa makna perhelatan penting Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) pada tahun 2017 terkait kemanusiaan perempuan dalam Islam di abad ini? Apa perubahan signifikan yang terjadi pada posisi perempuan dalam sistem pengetahuan keislaman yang diproduksinya? Apa dampak pada pengetahuan Islam yang dihasilkannya? Bagi yang ingin mengetahui jawaban-jawaban atas pertanyaan penting ini, yuk mari melingkar di Ngaji KGI! []

 

Tags: GenderislamkeadilanKesetaraanNgaji KGIperempuanperempuan di titik nolTradisi
Nur Rofiah

Nur Rofiah

Nur Rofi'ah adalah alumni Pesantren Seblak Jombang dan Krapyak Yogyakarta, mengikuti pendidikan tinggi jenjang S1 di UIN Suka Yogyakarta, S2 dan S3 dari Universitas Ankara-Turki. Saat ini, sehari-hari sebagai dosen Tafsir al-Qur'an di Program Paskasarjana Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur'an (PTIQ) Jakarta, di samping sebagai narasumber, fasilitator, dan penceramah isu-isu keislaman secara umum, dan isu keadilan relasi laki-laki serta perempuan secara khusus.

Terkait Posts

Nalar Kritis Muslimah

Nalar Kritis Muslimah: Menghadirkan Islam yang Ramah Perempuan

23 Maret 2023
Korban Kekerasan Seksual

Luka yang Tidak akan Sembuh: Beban Psikis Korban Kekerasan Seksual dalam Novel Scars and Other Beautiful Things

12 Maret 2023
Isu Gender

Etin Anwar: Isu Gender dalam Pandangan Filsafat Islam

4 Maret 2023
Women’s March

Relasi Mubadalah Muslim dengan Umat Berbeda Agama Part III-Habis

13 Januari 2023
Dongeng dari Gus Mus

Awas, Manusia! Dongeng dari Gus Mus untuk Gen Alpha

10 Januari 2023
Relasi Mubadalah

Relasi Mubadalah Muslim dengan Umat Berbeda Agama Part II

4 Januari 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Puasa dan Intoleransi

    Puasa dan Intoleransi: Betapa Kita Telah Zalim Pada Sesama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jangan Pernah Menyalahkan Agama Seseorang yang Berbeda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nabi Muhammad Saw Berpesan Jika Berdakwah Sampaikan Dengan Tutur Kata Lembut

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kebebasan Dalam Konstitusi NKRI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Zakat bagi Perempuan Korban Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Nabi Saw Melarang Umatnya Merendahkan Perempuan
  • 3 Tips Jika Target Ibadah Ramadan Berhenti di Tengah Jalan
  • Kebebasan Dalam Konstitusi NKRI
  • Wahai Ayah dan Ibu, Jadilah Sahabat Bagi Anakmu!
  • Nabi Muhammad Saw Berpesan Jika Berdakwah Sampaikan Dengan Tutur Kata Lembut

Komentar Terbaru

  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Kemandirian Perempuan Banten di Makkah pada Abad ke-20 M - kabarwarga.com pada Kemandirian Ekonomi Istri Bukan Melemahkan Peran Suami
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist