Mubadalah.id – Islam merupakan agama yang sangat menghargai hak-hak reproduksi perempuan. Dalam beberapa ayat al-Qur’an misalnya, kita bisa menemukan bahwa Allah Swt menghargai perjuangan seorang ibu yang sedang mengandung. Demikian juga saat ibu melahirkan dan menyusui.
Oleh karena itu, Allah mewajibkan setiap anak manusia untuk menghormati kedua orang tuanya (QS. Luqman (31): 14), khususnya ibu (QS. al-Ahqaf (46): 15).
وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ اِحْسَانًا ۗحَمَلَتْهُ اُمُّهٗ كُرْهًا وَّوَضَعَتْهُ كُرْهًا ۗوَحَمْلُهٗ وَفِصٰلُهٗ ثَلٰثُوْنَ شَهْرًا ۗحَتّٰىٓ اِذَا بَلَغَ اَشُدَّهٗ وَبَلَغَ اَرْبَعِيْنَ سَنَةًۙ قَالَ رَبِّ اَوْزِعْنِيْٓ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَالِدَيَّ وَاَنْ اَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضٰىهُ وَاَصْلِحْ لِيْ فِيْ ذُرِّيَّتِيْۗ اِنِّيْ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاِنِّيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
Artinya: Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Masa mengandung sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan, sehingga apabila dia (anak itu) telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun dia berdoa, “Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridai; dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sungguh, aku termasuk orang muslim.” (QS. al-Ahqaf (46): 15)
Demikian tingginya nilai ibu di mata Tuhan, sampai-sampai dinyatakan dalam banyak hadits Nabi bahwa ibu memiliki hak penghormatan anak tiga kali lebih lipat daripada penghormatan terhadap ayah. Dan juga ada penegasan bahwa surga ada di bawah telapak kaki ibu.
Ibu yang menyusui juga mendapat perlindungan kesehatan, gizi, dan lainnya. Ayah diharuskan memenuhi kebutuhan ibu yang menyusui. Jika terjadi sesuatu yang mengakibatkan si ibu tidak bisa atau tidak mau menyusui, sang ayahlah yang harus mencarikan ibu penyusu (QS. al-Baqarah (2): 233 dan (QS. at-Thalaq (65): 6).
Haid dan Nifas
Penghormatan terhadap reproduksi juga agama Islam berikan terhadap perempuan yang sedang haid dan nifas. Berbeda dengan tradisi Yahudi yang memandang perempuan haid sebagai najis dan harus diasingkan dari kampung halaman, Islam tidak memperlakukan perempuan demikian.
Haid dipandang sebagai siklus bulanan yang sifatnya alami. Bahkan haid bulanan yang teratur merupakan hal yang positif, yakni sebagai salah satu pertanda bahwa perempuan itu sehat dan normal.
Oleh karena itu, perempuan haid boleh bergaul dengan semua orang dan bebas berhubungan dengan suami selain hubungan seksual. Yang najis hanyalah darah haid, dan bukan perempuan itu sendiri. Konsekuensinya, yang Islam larang hanya bersetubuh, dan bukan yang lain (QS. al-Baqarah (2): 222).
Rasulullah sendiri dalam banyak hadits sahih dari Aisyah ra. tetap berhubungan biasa dengan istrinya yang haid. Tidur seranjang, makan sepiring, dan minum segelas. Tidak ada perilaku diskriminatif terhadap perempuan yang sedang haid.
Kalau pun ada larangan bersetubuh, hal ini pada hakikatnya demi menjaga organ reproduksi perempuan itu sendiri. Karena secara klinis terbukti bahwa berhubungan intim ketika haid sangat merugikan kesehatan, baik bagi perempuan maupun laki-laki. []