Mubadalah.id – Salah satu ketua Majelis Musyawarah Kongres Ulama Perempuan Indonesia (MM KUPI), Nyai Hj. Badriyah Fayumi, Lc. MA mejelaskan bahwa analisis sebagian kalangan yang tidak setuju dengan kiprah perempuan di ranah publik langsung menyimpulkan bahwa gugat cerai dipicu oleh istri yang mandiri secara ekonomi.
Maka, untuk menekan perceraian, Nyai Badriyah mengungkapkan, istri semestinya kembali menjadi ibu rumah tangga murni, tidak usah beraktivitas dan bekerja di luar rumah.
Perceraian, kata dia, idealnya agar menghindarinya. Jika masih ada celah untuk memperbaiki hubungan dan keadaan.
Namun jika akhirnya terjadi, sangat tidak adil apabila semua kesalahan perempuan yang harus bertanggungjawab, sehingga perempuan harus di rumahkan.
Menurut Nyai Badriyah, ini bukanlah solusi, melainkan menanam masalah baru, karena kenyataannya, jauh lebih banyak keluarga dengan ibu yang berkarier dan bekerja, yang utuh dan bahagia dari pada yang bercerai.
Di sisi lain, banyak keluarga yang istrinya menjadi tulang punggung ekonomi karena suami tidak bertanggungjawab.
Dan banyak suami menganggur, atau tidak bisa bekerja karena kondisi tertentu.
Tidak sedikit pula istri harus bekerja karena penghasilan suami jauh dari mencukupi kebutuhan dasar keluarga.
Selain alasan faktual dan sosiologis sebagaimana di atas, secara teologis, kata dia, tidak ada satu pun ayat atau hadis yang melarang perempuan atau istri bekerja di dalam atau di luar rumah.
Bahkan sebagai khalifah Allah, bersama laki-laki, perempuan memikul tanggung jawab sosial-keagamaan yang sama, yakni melakukan amal ma’ruf dan nahi mungkar.
Dalam al-Qur’an surat at-Taubah/9:71 Allah berfirman:
والمؤمنون والمؤ منات بعضهم اْولياءبعض ياْمرون بالمعروف وينهون عن المنكر ويقيمون الصلاة ويؤتون الزكاة ويطيعون الله ورسوله اْولئك سير حمهم الله عزيز حكيم
Artinya : “Dan kaum laki-laki beriman dan kaum perempuan beriman sebagian dari mereka adalah penolong bagi yang lain.
Memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar, menegakkan shalat dan membayar zakat, dan mentaati Allah dan rasul-Nya. Mereka itu akan dirahmati oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Rul)