• Login
  • Register
Jumat, 23 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Jalan Panjang Keadilan Perempuan Korban Kekerasan

Zahra Amin Zahra Amin
26/09/2022
in Kolom
0
Jalan Panjang Keadilan Perempuan Korban Kekerasan

Jalan Panjang Keadilan Perempuan Korban Kekerasan

156
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.Id- Hampir satu bulan ini pemberitaan di media tentang kekerasan terhadap perempuan mencuat kembali, menjadi trending topic dan pembicaraan banyak orang. Sebut saja kasus hukum mati buruh migran Tuti Tursilawati, mahasiswa UGM Agni, seorang staf honorer di SMAN 7 Mataram Baiq Nuril dan terakhir kematian tragis perempuan korban KDRT serta perkawinan anak, berinsial Y di Indramayu. Berikut ini lalan panjang keadilan perempuan korban kekerasan

Untuk itu saatnya kita memberikan dukungan pada mereka, bertepatan pula dengan momentum Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (HAKTP), yang dimulai sejak 25 November hingga 10 Desember.

Hal ini tentu saja menjadi catatan kritis bagi kita semua, sejauh mana perlindungan hukum terhadap perempuan, dan bagaimana sistem dalam masyarakat kita memberikan rasa nyaman bagi perempuan.

Kasus yang disebutkan di atas tadi hanya bagian kecil dari banyaknya kekerasan yang kerap terjadi dan menimpa perempuan. Hukum yang masih belum berpihak pada perempuan, serta rasa malu, takut dan trauma yang menghantui seumur hidupnya.

Maka tak salah jika kasus kekerasan terhadap perempuan menjadi fenomena gunung es yang tidak bisa diungkapkan dengan segera. Berdasarkan laporan dari Komnas Perempuan ada 348 ribu kasus kekerasan terhadap perempuan, yang didominasi KDRT dan pelecehan di dunia maya.

Baca Juga:

Melampaui Batasan Tafsir: Membebaskan Narasi Gender dalam Islam Menurut Mernissi dan Wadud

Bolehkah Dokter Laki-laki Memasangkan Alat Kontrasepsi (IUD) kepada Perempuan?

Catcalling Masih Merajalela: Mengapa Kita Tidak Boleh Diam?

Film Pengepungan di Bukit Duri : Kekerasan yang Diwariskan

Sebagaimana dilansir dari detiknews.com Ketua Komnas Perempuan Azriana menyebutkan angka kekerasan meningkat karena budaya masyarakat yang masih menempatkan posisi perempuan lebih rendah dibanding laki-laki.

Hal itu bisa dilihat dari sisi pengambilan keputusan yang masih didominasi laki-laki. Sehingga konstruksi sosial yang menempatkan perempuan lebih rendah dari laki-laki merupakan akar persoalan kekerasan terhadap perempuan.

Sehingga menegakkan keadilan bagi para perempuan korban kekerasan adalah jalan panjang yang harus ditempuh.

Melalui tulisan KH. Husein Muhammad “Memaknai Keadilan bagi Perempuan” yang dimuat Kompas edisi 28 September 2017, saya mencatat bahwa pemenuhan hak bagi perempuan merupakan problem kemanusiaan yang serius.

Potensi intelektual perempuan belum diakui sebagai secemerlang laki-laki. Perempuan masih dipandang sebagai makhluk Tuhan yang bodoh, meskipun dalam faktanya telah mencerdaskan umat manusia.

Perempuan masih dianggap provokator amoral, walaupun bukti faktual menolak generalisasi seperti itu.

Satu-satunya potensi “cemerlang” perempuan yang dipersepsi kebudayaan patriarkhi adalah tubuhnya. Pandangan ini mendasari perspektif kebudayaan yang lain di mana tubuh perempuan seakan-akan sah saja untuk dieksploitasi secara intelektual, ekonomi dan seksual. Melalui beragam cara dan bentuknya.

Kecemerlangan tubuh perempuan menurut KH. Husein, menjadi sasaran hasrat-hasrat kenikmatan. Perempuan masih dikepung oleh berbagai bentuk kekerasan fisik, psikis, seksual dan ekonomi, baik di ruang privat maupun publik.

Maka mendengarkan suara perempuan korban kekerasan menjadi kian penting, meski telah meregang nyawa dan tubuhnya berkalang tanah. Namun dalam rekam jejak kehidupannya, telah tercatat pengalaman bagaimana kekerasan begitu mudah menghampiri, dan korban tak punya daya untuk melakukan perlawanan.

Pengalaman perempuan itulah yang harus kita dengarkan. Karena pemenuhan rasa keadilan baru bisa tercapai jika kebudayaan dan tradisi masyarakat menunjukkan keberpihakannya pada korban, bukan malah menghakimi dan menyudutkannya sebagai orang yang bersalah.

Jika selama ini suara perempuan dibungkam, dianggap sepi dan seringkali tidak dihargai maka cara pandang ini harus dirubah. Memberikan ruang yang adil bagi perempuan penyintas kekerasan bahkan sejak dalam pikiran kita.

Perjalanan itu mungkin masih panjang. Tidak mungkin untuk selalu menutup, menghambat, memarjinalkan, membawa ketidakadilan atau melarang perempuan untuk mencapai peranan yang seutuhnya.

Setidaknya dengan prinsip kesalingan dalam berelasi antara laki-laki dan perempuan, akan mampu mengatasi akar persoalan kekerasan terhadap perempuan. Maka kesadaran menerapkan timbal-balik menjadi wajib dan tak bisa ditawar lagi.

Jika kau tak suka diperlakukan dengan kekerasan, maka jangan perlakukan orang lain dengan kekerasan. Demikian jalan panjang keadilan perempuan korban kekerasan[]

Tags: derajatFeminisGenderhukumhusein muhammadislamkeadilankekerasanlaki-lakiperempuanperjuangansetaraZahra
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Narasi Gender dalam Islam

Melampaui Batasan Tafsir: Membebaskan Narasi Gender dalam Islam Menurut Mernissi dan Wadud

22 Mei 2025
Jalan Mandiri Pernikahan

Jalan Mandiri Pernikahan

22 Mei 2025
Age Gap

Berhenti Meromantisasi “Age Gap” dalam Genre Bacaan di Kalangan Remaja

22 Mei 2025
Catcalling

Catcalling Masih Merajalela: Mengapa Kita Tidak Boleh Diam?

21 Mei 2025
Berpikir Positif

Rahasia Tetap Berpikir Positif Setiap Hari, Meski Dunia Tak Bersahabat

21 Mei 2025
Puser Bumi

Ulama Perempuan sebagai Puser Bumi

21 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jalan Mandiri Pernikahan

    Jalan Mandiri Pernikahan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Berhenti Meromantisasi “Age Gap” dalam Genre Bacaan di Kalangan Remaja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bolehkah Dokter Laki-laki Memasangkan Alat Kontrasepsi (IUD) kepada Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rumah untuk Si Bungsu: Budaya Nusantara Peduli Kaum Rentan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Jenis KB Modern

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Melampaui Batasan Tafsir: Membebaskan Narasi Gender dalam Islam Menurut Mernissi dan Wadud
  • KB dan Politik Negara
  • “Normal” Itu Mitos: Refleksi atas Buku Disabilitas dan Narasi Ketidaksetaraan
  • 5 Jenis KB Modern
  • Jalan Mandiri Pernikahan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version