• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Sastra

Jalan Pulang

Ruli Budi Apriyanto Ruli Budi Apriyanto
22/06/2019
in Sastra
0
Ilustrasi: pexels[dot]com

Ilustrasi: pexels[dot]com

34
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Setiap hari di jalan ini ramai orang yang berjalan searah. Iya, tidak ada yang berjalan ke arah sebaliknya. “Hanya ini jalan satu-satunya untuk kita pulang,” jawab lelaki setengah baya di sampingku. “Di mana jalan pulang?” tanyanya.

Hari ini aku mulai mengikuti orang-orang pada umumnya. Berjalan di jalan ini dengan ribuan rombongan orang yang lain. Sepanjang jalan, tidak ada orang yang berdesakan atau ribut mendahului. Memang ada diantara mereka ada yang menepi ke pinggir jalan, sekedar untuk duduk atau minum dari kendi yang berjejer setiap 10 meter.

Di kanan dan kiri jalan ini tidak ada tiang listrik ataupun pos ronda. Hanya ada kendi berisi air, yang kudengar dari obrolan kelompok orang di depan, tidak pernah habis isinya. Begitupun dengan kendi yang berjejer itu, semenjak aku mulai berjalan, tidak ada 10 meter dari jalan ini yang tidak tersedia kendi. Sehingga, betapapun ramainya orang, tidak ada yang tidak bisa minum dari kendi-kendi itu. Terlihat hanya dua atau tiga orang saja yang mengantri untuk minum dari setiap kendinya.

Lelaki setengah baya yang berjalan di sampingku adalah orang yang ramah. Dari awal kami bertemu, kami sudah banyak bercerita. Pun begitu dengan orang-orang lainnya. Aku tak melihat ada yang bermuka masam ataupun sekedar mengernyitkan dahi.

Menurut lelaki di sampingku, diantara pejalan ini sudah ada yang memulai perjalanannya dua puluh, lima puluh bahkan sampai seratus tahun yang lalu. Betapa panjangnya jalan ini, pikirku.

Baca Juga:

Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

“Tak ada yang tahu pasti kapan kita sampai. Kita semua berjalan, hanya karena sudah keharusan,” imbuh lelaki di sampingku ini.

Di sepanjang jalan, orang-orang tak sibuk dengan dirinya sendiri. Mereka mengobrol dan saling bercerita tentang perjalanan yang sudah dilaluinya. Jika ada orang baru sepertiku, mereka tak enggan untuk memulai pembicaraan dan menjawab semua rasa keingintahuannya. Dan dari cerita-cerita mereka aku tahu, sepanjang jalan pulang ini hanya akan ada dua titik perhentian sebelum kita semua sampai ke tempat tujuan.

Di titik perhentian pertama setiap orang akan diwawancarai. Tak ada yang tahu persisnya pertanyaan seperti apa yang akan ditanyakan. Kabarnya hanya perjalanan masing-masing yang menjadi kisi-kisinya. Mungkin ini yang membuat semua orang tak ragu untuk saling berbincang. Mereka ingin tahu semua kisah perjalanan orang lain, sehingga mereka akan punya banyak kisi-kisi untuk menjawab pertanyaan nanti.

Saat sampai di perhentian kedua, setiap orang akan ditimbang. Sama seperti ujung jalan ini, cerita tentang perhentian terakhir ini pun tidak ada yang tahu. Entah apa yang akan ditimbang dari masing-masing kami. Berat badan, tinggi badan atau apa, kami tak tahu. Kami pun tak tahu apa yang harus kami persiapkan sebelum masuk ke perhentian terakhir itu. Yang jelas, semua orang tetap berjalan.

Aku menepi. Di perjalanan yang kupikir sudah setengah harian ini, tiba-tiba kerongkonganku kering. Sembari menunggu satu orang di depanku yang sedang minum dari kendi, aku berpikir, akan sampai kapan aku berjalan di jalan ini. Satu tahun, sepuluh tahun atau seratus tahun ? Entahlah. Hanya saja aku berharap, dari keharusanku untuk berjalan melalui jalan panjang ini, kelak aku akan sampai di rumah yang tak harus megah tapi nyaman untukku mengistirahatkan badan.

Yogyakarta, Juni 2019.

Ruli Budi Apriyanto

Ruli Budi Apriyanto

Terkait Posts

Pekerja Rumah Tangga

Ibu, Aku, dan Putriku: Generasi Pekerja Rumah Tangga

11 Mei 2025
Tidak Ada Cinta

Tidak Ada Cinta bagi Arivia

11 Mei 2025
Tak Ada Cinta

Tidak Ada Cinta Bagi Ali

4 Mei 2025
Kartini Tanpa Kebaya

Kartini Tanpa Kebaya

27 April 2025
Hujan

Laki-laki yang Menjelma Hujan

13 April 2025
Negara tanpa Ibu

Negara tanpa Ibu

23 Maret 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version