Mubadalah.id – Media sosial seperti Tiktok dan X baru-baru ini ramai dengan kemunculan serial film berjudul Avatar: The Last Airbender yang tayang di Platform Netflix. Serial ini merupakan adaptasi live action dari animasi Avatar: The Legend of Aang yang diproduksi oleh Nickelodeon pada tahun 2004-2005.
Apakah salingers sudah nonton film ini? Dari serial ini kita bisa belajar kesetaraan gender dalam serial Avatar loh salingers. Yuk, kita belajar kesetaraan gender dari Katara sang pengendali air.
Bertemu dengan Aang sang Avatar
Dahulu empat elemen hidup saling berdampingan, empat elemen tersebut adalah elemen air, udara, tanah dan api. Hal tersebut karena setiap zamannya terdapat avatar, yaitu seseorang yang dapat menguasai dan mengendalikan empat elemen utama tersebut.
Naasnya, Aang sebagai calon avatar selanjutnya menghilang saat negara api mulai menyerang pengembara udara. Saat kejadian tersebut, Aang pergi bersama tunggangannya yaitu Appa, di tengah perjalanan keduanya menghadapi badai dan membeku selama seratus tahun.
Seratus tahun kemudian Katara dan Sokka menemukan Aang, masih dengan kondisi yang sama dengan seratus tahun lalu saat Aang masih berumur dua belas tahun. Katara dan Sokka membawa Aang ke desa mereka, yaitu suku air selatan. Tetua suku air selatan mengatakan bahwa Aang adalah avatar dari pengendali udara yang selama ini menghilang dan hanya Aang yang akan menyelamatkan bumi.
Katara, Perempuan Pengendali Air
Katara merupakan gadis pengendali air. namun karena dirinya perempuan, ia tidak mendapat dukungan dari orang-orang sekitar. Sedangkan dalam tradisi suku air selatan dan utara menyatakan bahwa perempuan tidak boleh ikut berperang melawan negara api.
Katara memiliki kakak kandung bernama Sokka, Sokka digam sebagai seorang ksatria penjaga desa air. Meskipun seorang ksatria, Sokka tidak memiliki kemampuan pengendalian air semumpuni adiknya. Sokka juga kurang menyukai adiknya yang terus belajar jurus-jurus pengendalian air, Sokka khawatir negara api akan menyerang suku air jika mengetahui Katara adalah pengendali air yang hebat.
Dengan semangatnya, dia tidak mempedulikan larangan-larangan dari orang-orang sekitar. Katara terus menerus belajar jurus pengendalian air meskipun harus secara sembunyi-sembunyi. Penggambaran Katara dalam serial ini merupakan gambaran realistis apa yang terjadi di masyarakat kita, perempuan sebaiknya mengurusi ranah domestik dan tidak mencampuri urusan laki-laki. Meskipun si perempuan tersebut memiliki kemampuan yang lebih baik daripada laki-laki.
Perjalanan Menuju Utara
Sebelum pengembara udara hancur oleh serangan negara api, Guru Gyotso menugaskan Aang untuk menguasai empat elemen utama. Katara adalah orang pertama yang bersedia menemani Aang untuk berkelana mempelajari berbagai elemen. Berbeda dengan Sokka yang awalnya enggan mendampingi Aang karena menganggap Aang mustahil dapat menguasai seluruh elemen.
Perjalanan mereka menuju utara penuh dengan dinamika. Mereka melewati berbagai negeri untuk mempelajari berbagai elemen. Destinasi pertama mereka adalah Kyoshi Island (elemen tanah), Omashu (elemen tanah), negara api, dan suku Air utara. Melewati berbagai tempat tersebut, Avatar Aang mencoba menghubungi avatar-avatar terdahulu untuk meminta petunjuk.
Aang, Katara dan Sokka adalah teamwork yang baik. Dalam beberapa momen Katara menunjukkan kebolehannya dalam menggunakan jurus pengendali air. Seperti pada saat Aang tertangkap oleh Zuko sang pangeran api, ia mengeluarkan jurus cambuk air untuk menangkal serangan api dari Zuko.
Di tengah perjalanan, Aang mendapatkan kabar bahwa negara api selanjutnya akan menyerang suku air utara. Berdasarkan informasi ini, Aang, Katara dan Sokka bergegas menuju utara. Ketiganya tiba disana sebelum pasukan negara api sampai di utara.
Katara belajar dari Pakku
Sesampainya di suku air utara, ketiganya disambut dengan sukacita oleh tetua suku air utara. Suku air utara menaruh harapan besar kepada Aang, Katara dan Sokka untuk bisa menyelamatkan mereka dari kehancuran akibat negara api. Tetua suku tersebut mengenalkan Guru Pakku seorang master jurus pengendalian air kepada Katara.
Dalam sebuah perjamuan makan malam, Guru Pakku menyadari bahwa gadis belia ini memiliki kemampuan pengendalian air yang lebih unggul dari teman sebayanya. Guru Pakku kemudian menyuruh Katara untuk menemui Yagoda, yaitu seorang pengendali air yang menggunakan jurusnya untuk penyembuhan.
Katara sangat cepat mempelajari sesuatu yang baru. Hingga akhirnya Katara meminta Yagoda untuk mengajarkannya jurus untuk berperang. Namun Yagoda tidak mengabulkan permintaannya, menurut Yagoda perempuan suku air tidak boleh ikut berperang. Katara mengkritik bahwa itu adalah tradisi bodoh yang mengancam keberlangsungan suku air.
Dalam suatu momen, Katara menantang Guru Pakku untuk berduel. Duel sengit tersebut meyakinkan Guru Pakku bahwa Katara sangat berbakat, namun tidak merubah pendirian Pakku bahwa perempuan tidak boleh ikut berperang
Katara izin ikut perang
Suatu hari negara api sampai dengan ribuan armada kapal dan pasukan. Mereka mulai melakukan serangan secara masif terhadap suku air, dalam keadaan darurat tersebut Katara meminta izin kepada Pakku untuk ikut perang, namun Pakku tetap bersikukuh dengan tradisi. Pakku baru luluh ketika Yagoda menemuinya dan menyebutnya orang tua bebal, “untuk apa melestarikan masa lalu jika hal tersebut mengorbankan masa depan” begitulah nasihat Yagoda kepada Pakku.
Akhirnya Katara ikut bersama pasukan lainnya, atas kemampuannya dirinya tidak hanya menjadi pasukan biasa. Ia turut mengatur strategi perang agar dapat dimenangkan oleh suku air. Scene epic selanjutnya adalah ketika Katara berhadapan dengan Zuko. Lagi-lagi dengan jurus pengendalian airnya, Katara membuat Zuko kewalahan.
Serial Avatar ini masih terus berlanjut, serial pertama terdapat delapan episode. Salingers akan melihat kehebatan perempuan kuat bernama Katara di serial selanjutnya. Bagi saya sendiri, produser berhasil menggambarkan Katara sebagai sosok yang kuat dan memiliki kemampuan lebih. Hal ini merupakan pembeda dari serial-serial lainnya yang umumnya menggambarkan perempuan hanya sebagai pemeran kedua dan penguat karakter utama saja.
Saya banyak belajar kesetaraan gender dari serial ini dan merefleksikannya dengan fenomena yang terjadi di masyarakat. Tentu perempuan hari ini tidak perlu ikut berperang seperti Katara, terbukanya akses pendidikan dan dukungan masyarakat pun akan sangat membantu perempuan untuk memiliki daya saing yang sama dengan laki-laki. Tontonan ini cocok bagi salingers yang jelak dengan pernyataan “perempuan hanya bertugas di sumur, dapur dan kasur.” []