Mubadalah.id – Kita sering mendengar istilah good looking yang arah tujuannya pada kondisi fisik seseorang. Good looking dipahami sebagai orang yang memiliki penampilan baik dan enak jika dipandang. Dari sini muncullah standar-standar good looking (baca:cantik). Cantik adalah hal yang sangat subjektif, mengapa? Karena setiap orang memiliki penilaian tersendiri, bisa jadi menurut kita cantik tapi tidak menurut orang lain.
Tapi alangkah baiknya jika kita tidak memandang manusia dari sisi parasnya saja, baik tampan untuk laki-laki dan cantik untuk perempuan. Karena sejatinya paras dan kondisi fisik seseorang adalah hal yang tidak bisa dikendalikan sebab, hal itu merupakan pemberian Tuhan dengan wujud sebaik-baiknya. Yang bisa kita kendalikan adalah pemikiran dan pengetahuan kita sehingga bisa melakukan tindakan dengan baik.
Berbicara masalah paras yang menjadi standar (baca:cantik), banyak orang-orang yang mengejarnya sampai melakukan banyak hal demi mewujudkannya. Tak jarang, mereka sampai menyakiti dirinya sendiri. Padahal konsep cantik bisa dilihat dari mana saja, misal dari perbuatan (akhlak) dan pengetahuan (kecerdasan).
Kedua hal tersebut tidak pernah sirna sampai kapanpun bahkan sampai jasad sudah tidak memiliki ruh, artinya akan selalu dikenang. Berbeda dengan kecantikan fisik yang akan sirna oleh waktu. Menjadi cantik secara fisik adalah anugerah, tetapi tidak cantik juga bukan sebuah hal yang harus disesali.
Banyak diantara kita yang mendambakan kecantikan karena hal itu merupakan sebuah keindahan, namun keindahan tidak hanya dari paras saja sebagaimana yang sudah saya sebutkan di atas dan jangan kira memiliki paras cantik juga selalu menyenangkan.
Saya memiliki salah seorang teman bernama Neli. Neli adalah perempuan berparas paras yang kata orang-orang cantik, dia berkata bahwa “jangan mengira menjadi cantik itu enak, saya itu susah mau fokus karena banyak gangguan, seperti banyak yang ngehubungin, diteror sana sini, dan itu sangat menganggu aktivitas saya.”
Dia juga berkata “seharusnya kalian (kami teman-temannya yang parasnya biasa-biasa saja) itu bersyukur karena bisa menjalani aktivitas dengan santai, nyaman dan kelak kalian tidak merasa risau dengan pasangan kalian yang sudah pasti mencintai kalian dengan tulus, tidak seperti saya yang sering risau apakan lelaki itu tulus mencintai saya atau karena paras saya saja.”
Dari sini, kita bisa belajar bahwa tidak ada yang perlu disesali oleh kondisi fisik yang ada, apalagi sampai memakai krim-krim pemutih yang membahayakan. Yang perlu diingat bahwa semua memiliki nilai dan tidak ada yang sia-sia. Seharusnya, kita lebih fokus untuk memperbaiki cara pandang kita dengan menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, dengan ini kita bisa mengalihkan konsentrasi kita kepada hal yang lebih luas lagi, bukan berarti melampiaskan tentang kesehatan fisik/kulit kita lo yaa, setidaknya kita bisa mempertimbangkan skincare apa yang seharusnya dibutuhkan oleh kulit tidak sembarangan ” asal putih saja”.
Najwa Shihab berkata bahwa, cantik bukan sekedar kata benda, tetapi juga kata kerja. Cantik juga bukan sebatas fisik, melainkann juga energi positif yang berdampak pada sekelilingnya. Presenter Mata Najwa itu juga menuliskan bahwa seorang perempuan juga bisa terlihat cantik dari cara ia meraih mimpi serta kemurahan hati. Karena sejatinya kecantikan fisik bukan sesuatu untuk diperlombakan (Instagram/najwashihab). Dari sini dapat kita fahami bahwa, kecantikan yang sebenarnya terletak dalam jiwa manusia yang nantinya membawa dampak pada lingkungan sekitar.
Memperjuangkan standar cantik adalah perkara yang sangat melelahkan, selain itu standar cantik akan terus berkembang, jadi akan sampai kapan kita menuruti perkembangan yang melelahkan itu? Lagipula kecantikan pun sifatnya sangat subjektif. Alangkah baiknya jika kita menerima segala bentuk yang ada pada diri kita lalu mensyukuri dengan menjaganya dengan sebaik-baiknya.
Semua yang sudah ditakdirkan adalah hal yang sebaik-baiknya, kita hanya bisa berikhtiar untuk melakukan kebaikan dan kebermanfaatan. Di Mata Allah SWT semua manusia itu sama yang membedakan hanya amal perbuatannya saja. Sudah sepantasnya kita memperjuangkan sesuatu yang sudah jelas arah tujuannya dan terus mensupport perempuan-perempuan (baca:woman support woman) untuk menjadikannya percaya akan kualitas dirinya. []