Mubadalah.id – Perjalanan hidup sang Nabi Muhammad Saw, kekasih Tuhan itu, telah dan masih terus akan ditulis oleh beribu orang di dunia dan dalam ribuan halaman baik dalam bentuk narasi prosais maupun puitis atau kasidah.
Bahkan, mereka menulis dengan seluruh cinta dan kekaguman terhadap beliau. Beberapa di antaranya yang terkenal adalah Sirah Ibn Ishaq oleh Ibn Ishaq, Sirah Ibn Hisyam karya Ibn Hisyam dan Kitab al-Syifa bi Tarif Huquq al-Musthafa karya Qadhi Iyadh.
Lalu ada juga kitab Al-Syamail al-Muhammadiyyah tulisan Imam al-Turmudzi, al-Rahiq al-Makhtum karya Syekh Shafiyy al-Rahman Mubarakfuri, dan beribu buku lainnya, baik ditulis para penulis klasik maupun modern. Itu dalam bentuk karya prosais.
Sementara dalam karya Puisi antara lain: Qashidah al-Burdah karya al-Bushairi, Al-Barzanji oleh Syekh al-Barzanji. Lalu ada juga dalam kitab Al-Majmu’ah al-Nabhaniyyah fi al-Mada-ih al-Nabawiyyah kompilasi Yusuf al-Nabhani dan lain-lain.
Terlalu panjang untuk mengurai pandangan mereka di sini. Seorang penyair Turki abad pertengahan, Asyiq Pasha, menaruh kekaguman yang luar biasa terhadap nabi yang mulia itu. Ia mengingatkan bangsanya tentang eksistensi primordial Nabi Muhammad saw.
Bahkan, Ia juga menulis dalam puisinya yang memukau. Sebagaimana dalam tulisan Annemarie Schimmel dalam bukunya yang terkenal Dan Muhammad adalah Utusan Tuhan:
Adam masih berupa debu dan lempung
Muhammad telah menjadi Nabi
Ia telah Tuhan pilih
Ucapkan shalawat untuknya
Kemudian, para sufi falsafi sering mengutip sebuah hadis Qudsi yang berbunyi: “Laulaka, Laulaka Ma Khalaqtu al-Aflak” (Andai bukan karenamu, andai bukan karenamu, Muhammad, tak akan Aku ciptakan alam semesta). []